PART 08✨

446 37 6
                                    

Mereka berdua pun berjalan menuju taman yang tak jauh dari pondok. Sesampainya di sebuah taman yang di tuju, mereka pun duduk di kursi taman tepatnya di bawah pohon yang rindang nan sejuk.

"Wulan," panggil Ning Aisyah lembut.

"Nggih Ning pripun."

"Apakah kamu tau tujuan saya kesini membawamu?"

"Ndak Ning Wulan ndak tau kan belum di kasih tau Ning, hehe."

"Haha iya juga, tujuan saya ajak kamu kesini itu untuk membicarakan satu hal yang penting sama kamu dan ini berkaitan tentang masa depan mu," terang Ning Aisyah.

"Pripun Ning? masa depan? Wulan enggak paham Ning," ucap Wulan bingung dengan arah pembicaraan ini.

"Kamu sudah mengenal Gus Yusuf kan?" tanya Ning Aisyah basa basi.

"Nggih sampun Ning, kan tadi juga sudah dibimbing sama Gus Yusuf."

"Oh iya lupa saya haha" tawa kikuk Aisyah yang membuat Wulan tambah bingung. Sebenarnya apa yang ingin Ning Aisyah bicarakan?

"Kamu asal dari mana Lan?" lanjut tanya Ning Aisyah, ia tidak mau langsung to the point untuk membicarakan tentang perasaan Gus Yusuf agar Wulan juga tidak terlalu tegang.

"Wulan dari Madura Ning," jawab Wulan.

"Ouh Madura toh saya kira kamu dari Jawa Tengah nduk."

"Ndak Ning saya dari Madura hehe."

"Nggih mpun, boleh saya minta alamat rumahmu Lan?" pinta Ning Aisyah.

Wulan pun mengangguk menyetujuinya dan menuliskan alamat rumahnya di handphone Ning Aisyah.

"Ini Ning alamat Wulan, kalau boleh tau memangnya ada apa ya Ning?"

"Hm Wulan?"

"Dalem Ning," jawab Wulan.

"Gus Yusuf ingin ber ta'aruf dengan mu."

Deg.

Pernyataan itu.

Pernyataan itu berhasil membuat Wulan terkejut dan membeku sehingga membuat mulut Wulan terbuka sedikit. Wulan benar-benar terkejut dengan pernyataan dari Ning Aisyah tersebut.

"Wulan?" Aisyah sudah tau pasti Wulan akan membeku seperti ini. Aisyah pun melayang-layangkan tangannya di depan wajah Wulan yang sedang membeku. Beberapa detik kemudian Wulan tersadar ketika menyadari ada tangan yang sudah berada di depan wajahnya.

"Maaf Ning boleh ulangi tadi Ning bilang apa?"

"Gus Yusuf ingin berta'aruf dengan mu Wulan." Bulu kuduk Wulan pun berdiri, dia merinding dengan hal itu entah kenapa padahal dia akan berta'aruf dengan manusia bukan syaithon ataupun iblis.

"T-tapi kenapa bisa gitu Ning padahal Wulan hanya orang biasa dan Wulan santri baru yang bod—"

"Wulan?" suara lembut itu berasal dari belakang kedua perempuan yang sedari tadi mengobrol dan dia adalah ummi Siti. Ya ummi Siti sudah disitu agak lama karena mungkin ia juga bisa membantu untuk menyakinkan hati Wulan. 

"Dalem Ummi," jawab Wulan sopan.

"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu nak" ucap Ummi yang segera duduk di samping Wulan.

"Gus Yusuf bicara sama Ummi katanya dia melihatmu itu berbeda dengan santri santri yang lain dan sepertinya dia memang benar-benar tulus mencintaimu nak," terang Ummi sambil memegang tangan Wulan.

"Tapi Um—" lagi lagi ucapan Wulan di potong oleh Ummi.

"Keputusan ada di kamu nak kami tidak bisa memaksa kamu tapi sepertinya lusa kami akan kerumah mu"

Gus Yusuf (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang