2 : Hope You Remember

1.4K 189 7
                                    

R 18+

POV: Sunoo

Aku merasa kurang enak badan akhir-akhir ini. Mulutku malas mengunyah makanan karena selalu merasa mual. Aku hanya mau makan makanan berkuah dan basah. Terkadang perutku juga terasa sakit. Mungkin ini semua efek dari mengosumsi pil pencegah kehamilan.

"Jay, berhenti kasih aku pie rasa mint-choco. Aku gak suka" Jay yang mendengarnya heran. Aku memang penggemar nomor satu rasa itu tapi entahlah sejak kapan aku kesal tiap kali Jay mengunjungi ruanganku dan memberinya. Mungkin aku kesal karena makanan itu adalah sogokan yang Jay berikan padaku agar aku mau membantu pekerjaannya yang lebih susah. 

"Terus siapa yang mau makan? Aku nggak mau juga, Sunoo"

"Kasih aja sama Mas Jaehyuk IT, dia mau kok. Gih kamu anter sekarang ke dia. Sana, Jay" Sikapku jadi lebih manja, aku pun menyadari. Jay cuma menggelengkan kepala menatapku.



My Very Bestfriend



Hari ini Jay mengajak untuk makan malam di rumah. Lokasi proyek yang kami kunjungi cukup dekat dari sini dan Jay bilang dia rindu masakan rumah karena selama ini tinggal di apartemen. So, yeah aku cuma mengiyakan toh aku menebeng pada mobil Jay. Aku sudah biasa di apartemen Jay yang lokasinya cukup jauh dari sini dan ini kedua kalinya aku di rumah keluarga Jay. Yang pertama adalah saat pesta perayaan selesainya project besar kami. Saat... hm ya itulah. Aku juga belum pernah bertemu dengan Mama-nya Jay padahal kami sudah berteman selama 5 tahun.

"Orang aneh mana yang makan yakitori seafood dicelupin ke sop daging" sindir Jay padaku yang asik melahap makanan. Aku berdecak sebal seraya menyodorkan sate ikan yang sudah basah oleh kuah pada Jay, tentunya ditolak mentah-mentah. Padahal ini nikmat sekali, Jay saja yang sensitif.

Seorang wanita paruh baya bergabung di meja makan. "Gimana masakan tante, enak?"

"Enak banget tante, terima kasih" Aku mengacungkan jempolku sambil tersenyum lebar.

"Liat ma, Sunoo agak berkhayal. Mana enak itu dicampur" adu Jay sambil menunjuk piringku. Kalau saja tidak ada ibumu disini pasti sudah kulemparkan sendokku.

Mama Jay terkekeh, "Biarin ih kak kalo Sunoo doyannya begitu. Yang penting dihabiskan ya, cantik?" bela Mama Jay membuatku puas. Tentu saja akan habis, masakan Mama Jay memang sangat enak.

Tapi aku buru-buru mengurungkan euforia menangku setelah mendengar pertanyaan selanjutnya. "Sunoo ini, yang temennya Jay dari MT kan? Jay sering bilang lagi keluar sama kamu. Apa nggak mau pacaran? Mama suka loh punya menantu cantik kayak Sunoo..."

Jay turut menandaskan air mineralnya.

"Mama tuh ngomongnya pelan-pelan. Kaget kan Sunoo-nya"

"Kamu itu yang nggak ngerti. Mau cari apalagi sih, Kak, sampai nunda-nunda berkeluarga? Harta kamu kurang banyak? Bisa itu dicari. Tapi yang mau sama kamu nggak selalu datang. Kadang kamu perlu jemput"

Jay hanya diam. Aku tahu yang ada dibenak Jay adalah penolakan. Aku mengerti kalau Jay sudah berprinsip tidak mau berkeluarga dan punya anak. Jay lebih memilih untuk memperhatikan ibu-nya dan Sunghoon adiknya agar hidup sejahtera.

Jay pernah bercerita padaku, dulu hidupnya pernah susah semenjak kepergian mendadak sang ayah untuk selamanya. Keluarganya cukup berada dengan asset yang tersisa tidak banyak. Bukan semata tentang harta, namun juga presensi seorang ayah yang selama ini jadi tiang hidup Jay jadi menghilang. Jay masih duduk di sekolah menengah terpaksa menjadi pilar baru untuk menguatkan sang ibu dan menjadi punggung yang dilihat Sunghoon adiknya tumbuh.

My Very BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang