7. Dara?

18 9 5
                                    

Sampailah mereka berdua didepan pintu kamar yang berwarna hitan dan juga ada sebuah papan nama yang bertuliskan 'Don't touch!'.

"Ngapain kesini??" Tanya Rendra sambil memdudukan Cana pada kasur tempat tidur nya lalu dia duduk disamping Cana.

"Disuruh mamah buat liat keadaan kamu." Jawab Cana sambil melihat lihat wajah Rendra yang terdapat luka.

"Ck. Harusnya gak usah kan udah malem, bahaya."

"Tadinya juga aku gak mau, capek mau tidur aja. Tapi mamah maksa aku, gimana dong."

"Tapi, ndraa. kalo dilihat lihat kamu kan jago tuh kalo berantem. kenapa gak ikut gabung Raymond? Anak anak banyak tuh yang jadi anggota nya." Tanya Cana sambil berjalan ke balkon kamar Rendra guna menatap langit malam yang menunjukkan taburan bintang bintang.

"Gak suka sama geng geng-gan." Jawab Rendra sambil menidurkan setegah badanya pada kasur.

"Kok gak suka sih, padahal kan keren tau ndraa."

"Kalo aku gabung, nanti. aku sibuk, gak bisa nemenin kamu kemana mana, terus kalo kamu sendirian dirumah pas mama kamu pergi. siapa yang bakal nemenin." Jawab Rendra sambil sesekali memejamkan matanya.

"Atau nanti aku disuruh jadi ketuanya gimana, hayo?? " Jawab konyol Rendra mendapatkan tawa kercang dari Cana.

"BWHAHAAAA. gak mungkin lah. Kan Damara ketuanya."

Memang orang-orang selalu mengira bahwa Damara lah sang ketua dari Raymond, karena hanya orang tertentu yang bisa mengetahui bahwa bukan Damara yang menjadi ketua melainkan orang lain.

"Gimana? Mau gak ikut??" Tanya Cana memaksa.

"Gak sibuk." Rendra berdiri, berjalan menuju meja belajar dan duduk disana lalu membuka buku biologi nya.

"Ih, sibuk apaan coba?? Orang kerjaannya kamu kan belajar mulu." Ujar Cana sambil membalikan badannya melihat Rendra.

"Belajar itu penting." Jawab Rendra karna dia memang tidak suka ikut geng motor atau sebagainya, dia lebih suka belajar. memang anak yang pintar dan patut dicontoh.

"Iya penting. tapi, kamu jadi terkenal loh disekolah. Jadi banyak tuh cewe cantik pada deketin kamu." Cana menaik turunkan alisnya menggoda.

"Supaya kamu tuh banyak temennya. Dan gak nempel mulu sama aku terus." Lanjut Cana mecoba menghasut Rendra.

"Kenapa, gak suka?" Tanya Rendra menatap serius Cana.

"Gak gitu! Cuman nanti kalo aku punya pacar kan gak enak sama kamunya." Cana menunduk lesu.

"Biar kamu gak jomblo akut tau gak?!" lanjut Cana Ketus. Cana sudah kesal membujuk Rendra.

"Nanti juga dateng sendiri." Ujar Rendra santai lalu mengambil jaket dan memakaikan nya pada Cana.

"Apanya yang dateng??" Cengo Cana yang nurut saja dipakaikan jaket oleh Rendra.

"Hantu." Bisik Rendra.

"Hah! Jangan bikin aku takut ndra." Cana reflek memukul lengan kiri Rendra.

"Udah ayok pulang." Ajak Rendra.

"Tapi kamu beneran gak papa kan?" Tanya Cana mencoba melihat luka lebam pada wajah Rendra.

"Hmm" Jawabnya lalu mengantarkan cana pulang kerumahnya.

===

Disebuah kamar dengan seorang pria paru baya yang memakai pakaian santai karna karna saat ini udah sampai dirumah bukan dikantor atau ia sedang menjalani tugas, jadi dia berpenampilan salayaknya seorang ayah biasa.

DhanurendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang