8. Pemalakan.

13 9 3
                                    

Happy Reading.

Ruang Penyiaran.

Sesaat Sebelum adel tiba.

Seseorang memasuki ruangan ini dengan senyuman, lalu meletakkan sebuah amplop berwarna biru, yang entah berisikan apa diatas meja Penyiaran On/Are.

Setelah itu dirinya pergi begitu saja tanpa ada satu orang pun yang melihat keberadaan nya.

Beberapa menit berlalu.

Disinilah adel sekarang, dimana murid yang lain sedang enak beristirahat. Dirinya malah melakukan tugasnya sebagai penyiar radio SMA 3 Benua.

Adell Abisaka. Dia memang menyukai musik dan ini salah satu ekstrakurikuler yang dia ikutinya dari pertama dia masuk disekolah ini.

"Tapi syukurlah saat ini semua nya sudah kembali normal dan bisa berjalan seperti biasanya. Terimakasih buat siswa siswi SMA 3 Benua yang udah mau gotong royong memperbaiki semuanya."

Saat dirinya selesai dengan siaran berita hari ini, adell tak sengaja melihat sebuah amplop yang cukup menarik perhatiannya.

'Punya siapa sih ini?' adell bertanya pada dirinya.

Adell pun memilih membacakan isi amplop tersebut yang ternyata berisikan kata-kata yang cukup indah menurutnya. Adell pun memilih membawa pulang surat tersebut karena tidak ada yang mau menyimpannya.

•••

Sepulang dari sekolah Cana yang diatar oleh Rendra pun segera memasuki kawasan rumahnya, lalu ia mendapati ibunya sedang melangkah sambil menyeret koper berukuran kecil mendekat kearah Cana.

"Sayang kamu udah pulang?" Tanya Rania.

"Ini baru banget." Jawab Cana sambil menyalimi tangan kanan ibunya.

"Mahh, mamah mau kemana? Kok bawa koper gitu??" Tanya Cana penasaran.

"Ouhh, yaa mamah sampe lupa bilang sama kamu kalo mamah mau keluar kota, ada proyek yang harus mamah cek disana. Kamu gak papa kan dirumah sendirian??" Khawatir Rania karna harus meninggalkan Cana sendirian dirumah.

"Cana gak papa kok mah, mamah. Keluar kotanya sendirian?"

"Gak kok, mamah sama om Diaz. Dia mau nemenin mamah sambil bantuin proyek mamah disana." Jelas Rania sambil mengelus surai indah Cana. Dibalas anggukan kepala oleh sang empu.

"Kalo kamu takut, ajakin aja temen kamu buat nginep disini, buat nemenin kamu. Kalo gak kamu suruh rendra aja buat nemenin kamu, gimana?" Saran Rania.

"Aku berani kok mah, anak mamah kan pemberani." Kata Cana sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Mamah berapa lama disana?" Lanjut nya.

"Kayaknya satu mingguan deh, yaa tergantung disana. Tapi kalo urusan disana udah selesai pasti mamah cepet cepet pulang kok sayang."

"Mmm.. Jangan sedih gitu dong, senyum nya mana??" Goda Rania karna melihat raut wajah Cana yang berubah masam.

"Hehee, nanti pasti Cana kangen banget deh sama mamah." Cemberut cana. Sambil memeluk sang ibu.

"Mama juga bakal kangen sama Cana, yaa udah. nanti mau dibawain apa??" Tawar Rania.

"Cana gak minta apa-apa, mamah cepet pulang dengan selamat aja aku udah seneng." Jawab Cana lalu memeluk erat Rania kembali.

TIN TINN!!

Suara klakson dari mobil om Aldiaz, yang sudah tiba didepan gerbang rumah mereka membuat pelukan antara ibu dan anaknya terlepas. dan Cana membantu membawakan koper sang ibu lalu menuju gerbang bersama sama.

DhanurendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang