Hermione mengusap mata nya. Ia menguap lebar. Entah dari kapan ia mulai terlelap, ia sudah lupa. Hermione duduk di tepi ranjang sembari mengumpulkan nyawa.
Sesaat kemudian, Aula besar sudah ramai-sesak oleh murid-murid. Daging kambing dan jagung bakar terdampar di piring Hermione. Di pialanya, jus labu tinggal setengah.
"Bloody Hell, aku baru ingat, PR yang di berikan snape belum ku kerjakan. Ramuan kan di mulai satu jam lagi," Ucap Ron bingung.
Hermione cepat-cepat menelan makanan di mulutnya, "Salah kau sendiri, kemarin malah main catur sihir."
Ron keluar dari Aula besar dengan tergesa-gesa. Hermione dan Harry hanya mengikik pelan.
"Hei Mione, bukannya satu jam lagi pelajaran Ramalan?" Tanya Harry.
"Aku tidak tahu, Harry. Aku kan tidak ikut pelajaran aneh itu."
***
"Kau sedang kosong, Mrs. Granger?" Tanya McGonagall saat melihat Hermione duduk-duduk santai.
Hermione mengangguk.
"Ku sarankan kau mengambil pelajaran ramalan tahun ini. Professor Firenze pasti sangat mengharapkanmu ada di kelas nya."
Hermione terlonjak kaget, "A.. Apa?"
"Sebenarnya aku juga sedikit malas memberitahumu, tapi berhubung Professor Dumbledore yang menyuruh, jadi lakukan saja. Dumbledore tahu yang terbaik," Balas McGonagall
Hermione mengangguk untuk kedua kali dan menuju kelas ramalan dengan malas. Ia bahkan belum mempunyai buku. Sungguh menjengkelkan, batinnya.
Pintu kelas ramalan sudah di depan mata. Tangannya malas mrngetuk pintu kayu tersebut. Ia tahu, siapapun guru nya, ramalan tetaplah ramalan. Membosankan. Memuakkan. Ia bisa mempelajari ramalan di dunia muggle sekalipun.
Tiba-tiba, pintu terbuka dengan sendirinya. Centaurus bernama Firenze menyapa Hermione yang masih mematung.
"Silahkan masuk, Mrs. Granger, aku senang kau mau mengambil kelasku," ucap Firenze.
Hermione tersenyum kecut. Ia menjawab perkataan Firenze dalam hati. Tentu saja, dengan kalimat yang sedikit pedas.
Rambut coklat Hermione yang tergerai, kini melambai-lambai saat ia berjalan masuk. Semua mata memandangnya. Belum ada yang lupa saat Hermione keluar kelas ramalan-yang saat itu di ajar Professor Trelawney- dengan marah. Sejak saat itu, Hermione dikenal tak akan lagi mengambil kelas tersebut.
Ehem, ehem,
Deheman Professor Firenze menggema di seluruh kelas, membuat mata para siswa menuju padanya. Senyuman tipis terukir di wajah tegas sang Centaurus.
"Hari ini, kita akan belajar membaca masa depan melalui bola mata kalian masing-masing."
Hermione diam. Ia baru sadar bahwa sekarang, Gryffindor belajar bersama Slytherin. Tak bisa di bayangkan bagaimana buruknya.
"Slytherin lagi? Huh. Kenapa sering sekali?" Gumam Hermione dalam hati.
"Baiklah. Buka buku kalian halaman 7. Pelajari dan praktekan bersama teman kalian. Jika ada yang belum bisa, baru saya jelaskan," Jelas Firenze.
Hal yang pertama di pikirkan Hermione adalah, cara pengajaran Firenze sama seperti Professor Trelawney. Ia tak yakin akan melalu satu tahun penuh dengan ramalan. Dengan segera, ia membuka buku yang tadi ia ambil dari rak.
Pada halaman tujuh, kertasnya sudah lusuh dan robek sedikit. Gambar bola mata besar disertai garis-garis yang belum ia mengerti menghiasi halaman tersebut. Ia sadar, kini dirinya tak lagi disebut Nona-Tahu-Segala. Jika saja ia tahu bahwa Dumbledore akan menyuruhnya mengambil kelas ramalan, pasti ia akan belajar terlebih dahulu.
Tujuh menit berlalu. Kini, Professor Firenze meminta semua muridnya berhadapan dan membaca bola mata teman di hadapan masing-masing. Hermione berhadapan dengan Neville, Ron dengan Lavender-yang jujur saja, membuat Hermione sedikit risih-, sedangkan Harry berhadapan dengan Dean.
Dari Slytherin, Draco berhadapan dengan Crabbe, Goyle dengan Daphne, dan Pansy berhadapan dengan Bulstrode. Berbeda dengan murid Gryffindor, murid-murid Slytherin seperti tak punya semangat. Tak hanya di kelas ramalan, dikelas lain pun sama, tentu saja dengan pengecualian untuk kelas Ramuan.
"Matamu menyiratkan kebahagiaan, Neville. Eumm, sepertinya aku juga melihat dandellion disana. Itu berarti... oh ya, beberapa masalah akan hilang," Ucap Hermione sambil beberapa kali melihat buku panduan.
"Bagus, Mrs. Granger. Sekarang giliranmu, Mr. Longbottom," Ucap Firenze yang entah sejak kapan sudah di samping Hermione dan Neville.
Neville gugup. Sangat terlihat bahwa ia belum memahami isi bukunya. Sesekali, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ak.. aku.. melihat.. gr.. grim."
Hermione tersentak mendengar ucapan Neville. Ia berpikir, mungkin Neville sudah seperti Professor Trelawney.
"Bukan, bukan grim, Longbottom. Itu kucing. Kucing dengan bulu tak terlalu tebal, berwajah pucat dan runcing," kata Professor Firenze menyela.
Professor Firenze pun berjalan ke depan kelas sambil membahas bola mata Hermione, "Seperti yang ada di buku, kucing adalah pertanda kasih sayang. Bola mata Mrs. Granger mengacu pada orang yang dingin, kaku, kadang menyebalkan, tapi penuh kasih sayang. Kurasa lebih ke Mr. Malfoy."
Draco berjengit, "Holly Shit, tak mungkin aku, Professor. Aku takkan sudi mengasihi Mudblood itu. Kakekku akan bangkit dari kubur kalau sampai itu terjadi."
"Oh, aku sudah berjanji tak akan mengatainya lagi. Tapi mau bagaimana? Sudah terjadi. Lagipula, Mudblood tetaplah Mudblood," lanjut Draco dalam hati.
"Sayangnya, Mr. Abraxas Malfoy tetap tenang dalam kuburnya, Mr. Malfoy. Dan bulu kucing di mata Mrs. Granger sama seperti warna rambutmu. Bisa kau sebutkan siapa saja yang mempunyai rambut seperti itu selain dirimu?"
Wajah Hermione merah padam. Berbagi tugas Arithmancy saja sudah terkena detensi. Apalagi kalau sampai berbagi kasih sayang. Tidak, tak akan terjadi. Setidaknya begitulah pikir Hermione.
"Bukan Malfoy, Professor. Kurasa teman Viktor Krum di Durmstrang ada yang berambut sama dengan Malfoy," balas Hermione berbohong.
"Memangnya ada anak Durmstrang yang terkenal dengan kemurnian darah itu menyukaimu? Saat Yule ball, Krum tak tahu bahwa kau seorang Mudblood. Jika tahu, habis hidupmu, rambut semak! Sekarang tidurlah, Granger, barulah kau bisa bermimpi," cibir Draco.
"Kenapa Hogwarts tak lebih selektif memilih murid yang cocok belajar sihir seperti Durmstrang?" Lanjutnya.
Professor Firenze berdehem kecil membuyarkan pertikaian yang sedang terjadi.
"Oke. Sekarang akan saya jelaskan lebih lanjut, melihat Mr. Longbottom dan Ms. Parkinson sulit mengerti bab ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Hanya Mimpi
FanfictionDraco Lucius Malfoy. Orang yang ditugaskan Dark Lord memperbaiki Lemari Penghilang untuk para Death Eaters menyelinap ke Hogwarts. Hermione Jean Granger. Orang yang ditugaskan Dumbledore mengulur waktu Malfoy melakukan tugasnya. Siapa yang akan berh...