16 - Distraction

1.1K 142 24
                                    

"Tidak. Jangan dulu Professor Sprout." Albus Dumbledore berbicara dengan lantang.

"Apa maksudnya?" Timpal Snape sembari berjalan memasuki Hospital Wings. Jubahnya melambai-lambai mengekori tubuh professor tersebut. Begitu juga rambut minyaknya.

"Ingatan Draco. Jangan dulu disembuhkan."

"Maksudnya, kau membiarkan muridku dalam ingatannya yang rusak? Menyembuhkan ingatan bukanlah hal yang besar ataupun susah, Albus." Tegas Snape.

"Bukan begitu, Severus. Biarkan dia begini sampai waktunya tepat."

"Lalu bagaimana dengan Lucius? Apa yang harus dikatakan kepadanya?"

"Biarlah aku yang bicara dengannya."

***

Senja mulai menghiasi langit dengan cat oranye nya. Matahari bersiap untuk menyinari bagian bumi yang lain. Bayagan megah Hogwarts terlihat mulai samar. Dan Hermione bersiap menghadapi kenyataan baru bahwa Draco kehilangan ingatan.

Draco tak akan ingat pada dirinya.

Ia mantapkan hatinya untuk membuka pintu Hospital Wings dan melangkah masuk ke dalam. Hanya ada Draco yang tertidur pulas, dan Eddie, murid Ravenclaw tahun ketiga yang terkena cacar.

Mata Draco terbuka. Ia tidak benar-benar tidur. Hermione duduk di samping ranjangnya dan tersenyum menyapa.

"Hai. Kau kembali. Kenapa kemarin kau pergi begitu saja tanpa menyebutkan nama? Ku pikir kau marah padaku."

Hermione terlihat bingung, "Oh, itu. Aku ingat kemarin ada janji dengan temanku."

"Namaku Granger. Hermione Granger."

Draco mengernyitkan kening, "Hermione. Terdengar familiar. Namaku Draco."

"Memang familiar. Kau dulu suka mengangguku, ferret!" Bentak Hermione dalam hati.

"Bagaimana kemarin kau menemukanku?"

"Um, aku sedang bermain dengan seekor kucing yang tiba-tiba datang di lapangan Quidditch. Lalu aku mendengar suara dari hutan terlarang. Dan aku menemukanmu terbaring disana dengan luka di sekujur tubuhmu."

"Kau sendirian?"

"Tidak, tidak. Aku kan sudah bilang aku bersama seekor kucing."

"Maksudku tak ada yang bisa kau ajak .. aku tak tahu, apa yang biasa dilakukan wanita? Bergossip atau menceritakan pria yang mereka sukai?"

"Aku bercerita banyak kepada kucing itu."

"Ah ya .. terserah." Draco mendengus, "Lalu dimana kucing itu sekarang?"

"Bersama tuannya."

"Tuannya? Ku kira milikmu."

"Bukan. Milik anak perempuan di Hufflepuff. Setelah kau dibawa kesini, aku kembali ke lapangan quidditch dan kucing itu sudah bersama tuannya disana. Padahal aku berharap bisa memeliharanya." Ungkap Hermione dengan mata sayu dan wajah penuh kekecewaan.

Kucing putih itu memang menawan.

Baik Draco maupun Hermione sama-sama diam. Rasa canggung menyelimuti pikiran si rambut semak. Mungkin dia salah bicara, terlalu over, atau apa.

Tak lama, pintu berderit membuka. Memecah keheningan yang terjadi. Pansy berlari ke arah Draco dan langsung memeluknya. Membuat Draco sedikit kehilangan nafas.

"Bagaimana keadaanmu, Drakie sayang?"

"Uh, tak baik. Aku kehabisan nafas, Pansy!"

"Oh maaf." Ucap Pansy yang kemudian melepaskan pelukannya.

(Bukan) Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang