Sementara para wanita menikmati jamuan Beauxbatons, murid-murid lelaki harus rela menunggu satu jam lagi untuk sampai di tujuan. Draco, Blaise, dan Nott memutuskan untuk menunggu dengan bermain kartu. Mereka sungguh tak sabar untuk menginjakan kaki di Durmstrang.
"Memangnya kenapa kau tak bersekolah di Durmstrang, Draco?" Tanya Nott.
"Dulu memang aku akan bersekolah di sana. Tapi ibuku tak rela aku pergi jauh," jawab Draco malas.
Uap Hogwarts Express II semakin menipis sejalan dengan semakin dekatnya mereka dengan kastil Durmstrang. Perbatasan utara Skandinavia baru saja terlewati seiring dengan usainya jawaban Draco. Kini, sejauh mata memandang, hanya ada danau es. Heran memang, ini bukan musim salju, tetapi terdapat danau yang terlapisi es. Seluruh isi kereta pun menghabiskan waktu untuk menebak-nebak bagaimana hal itu terjadi. Akhirnya, mereka menemukan jawaban saat terlihat beberapa orang memotong es-es itu menjadi balok dan diangkut ke kereta kayu kecil, namun lapisan es kembali tumbuh, tumbuh, dan tumbuh. Ini berarti kesimpulannya hanya satu. Danau Es Sihir.
"Aku tak tahu bagaimana mereka menyihir ini," ujar Neville.
"Tak ada yang mustahil di dunia sihir, Neville," balas Harry.
Sepuluh menit kemudian,
Murid-murid lelaki sudah turun dari Hogwarts Express II. Kastil empat puri dengan menara menjulang tinggi itu terlihat lumayan jauh dari tempat berhentinya kereta. Tak lama, kuda-kuda hitam datang dari arah utara mereka. Dua orang pemimpin kuda-kuda tersebut mempersilahkan murid-murid menaiki kuda, dan berangkat bersama-sama menuju kastil Durmstrang.
Dengan kecepatan lari kuda-kuda yang mereka tumpangi, mereka sampai di gerbang kastil tak sampai sepuluh menit. Ternyata kastil itu lebih besar dari yang mereka bayangkan. Draco dan kroninya menatap bangunan tua itu layaknya hal yang mereka sembah.
"Ironis sekali Krum datang bersama Granger di Yule Ball dulu. Padahal sekolahnya tak mengakui adanya Muggle-borns," celetuk Blaise.
"Krum tak tahu," balas Nott.
Gerbang besi tua yang tinggi itu membuka dengan sendirinya. Patung penjaga yang ada di sisi kanan dan kiri gerbang itu menunduk, mempersilahkan para murid masuk. Professor Snape memimpin di depan, dan berjalan masuk dengan angkuhnya. Jubah dan rambut minyaknya sama-sama berkibar tertiup angin kencang. Dingin. Bahkan amat sangat dingin hingga membuat Neville gemetar hebat.
Obor yang menempel di dinding Aula Besar seketika menyala saat murid-murid masuk. Igor Karkaroff masuk lewat pintu kecil di ujung ruangan, diikuti staff dan guru. Setelah itu, murid Durmstrang masuk. Satu persatu dari mereka duduk di tiga deret meja panjang. Setelah semua tenang, barulah Karkaroff mempersilahkan murid Hogwarts duduk. Slytherin bersama Katzenaugen, tentu saja. Sama-sama licik, dan paling berpotensi menjadi penyihir hitam. Sedangkan Gryffindor bergabung Dracheseith, dan Hufflepuff bersama Ehrenadler. Khusus Ravenclaw, pihak Durmstrang sudah menyiapkan meja tambahan.
Pidato singkat dan padat diberikan Karkaroff, begitu juga Snape yang mewakili Kepala Sekolah Hogwarts. Sama-sama pernah bergabung menjadi Death Eater tak membuat keduanya berniat 'reuni'. Sifat mereka tetaplah sama. Dingin dan cuek. Entah kenapa tak ada yang hangat di kastil ini, kecuali obor. Untung saja, dengan mantra sederhana, Harry berhasil menghangatkan badan Neville.
"Ku dengar kau diberi tugas khusus oleh Dark Lord, Malfoy?" Salah satu murid Katzenaugen angkat bicara.
"Ya," jawab Draco acuh.
"Semoga berhasil. Beruntung sekali kau? Di usiamu yang masih seumur jagung. Dan sepertinya memang keluargamu sangat beruntung. Ayahmu berhasil di bebaskan dari Azkaban, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Hanya Mimpi
FanfictionDraco Lucius Malfoy. Orang yang ditugaskan Dark Lord memperbaiki Lemari Penghilang untuk para Death Eaters menyelinap ke Hogwarts. Hermione Jean Granger. Orang yang ditugaskan Dumbledore mengulur waktu Malfoy melakukan tugasnya. Siapa yang akan berh...