17 - Tonight

1.2K 151 12
                                    

Setelah tiga hari, akhirnya Draco diperbolehkan keluar dari Hospital Wings. Diluar dugaan, luka-lukanya cepat sembuh. Namun tetap saja, ingatannya belum kembali.

"Biarkan saja kembali sendiri. Kalau dalam satu bulan tetap begini, baru kita bantu."

Kira-kira seperti itu kata kepala sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore. Terkadang, ia sendiripun merasa egois atas perintahnya ini. Namun mau bagaimana lagi? Inilah cara terbaik.

"Lagipula, dia hanya kehilangan ingatannya satu bulan." Dumbledore menenangkan dirinya sendiri agar tak merasa bersalah.

Ya begitulah. Satu bulan bukan waktu yang panjang mengingat umur yang sudah mencapai 112 tahun. Hanya butuh jentikan jari untuk melaluinya.

Tapi di sisi lain kastil Hogwarts yang megah, seseorang merasa bahwa satu bulan adalah waktu yang terlalu lama.

Hermione duduk sendirian di lantai antara sofa dan meja panjang di ruang rekreasi Gryffindor. Buku-buku tebal dan perkamen panjang yang hampir penuh berada tepat di bawah hidungnya, beserta pena bulu yang menggantung lunglai di tangan kanan gadis itu.

Ia berjalan mengitari ruangan. Mencari pemantik yang entah ada dimana. Pikirnya, mungkin akan lebih menenangkan jika ia menghidupkan perapian di depannya. Apalagi ditemani cahaya bulan yang merangsek masuk melalui jendela-jendela yang dibiarkan terbuka.

"Hermione?" Panggil Ginny.

Yang dipanggil pun menoleh, "Kenapa?"

"Sedang apa kau?"

"Mencari pemantik."

"Untuk?"

"Menyalakan perapian."

"Kau sudah gila? Ini hampir musim panas! Kau tak tahu? Suhunya hampir 37 derajat. Jika kuletakkan telur di dahiku pasti sudah matang sekarang."

Diam.

Hermione tercekat. Ia baru bisa merasakan hawa panas setelah Ginny mengatakan itu. Sontak, ia kembalikan pemantik yang baru saja ia temukan di laci, dan berjalan menuju sebuah sofa merah yang empuk.

Sekarang, ia berharap perapian itu berubah jadi per-es-an.

Ia menyenderkan punggungnya di sofa dan mulai mengeluh saat Ginny sudah menyusulnya duduk.

"Kenapa tugas Professor McGonnagall banyak sekali? Aku capek."

"Sungguh? Kau tidak biasanya begini."

"Ah entahlah."

"Oh, aku tahu. Kau pasti kerasukan. Apa Sir Nick merasukimu?"

Belum sempat Hermione menjawab, sebuah bayangan putih dengan kepala yang hampir putus muncul di samping perapian.

Mengagetkan dua gadis yang sedang asyik berbincang.

"Aku tidak merasuki siapa-siapa!"

Ginny hanya bisa melongo.

"Oh.. mm.. tidak.. eh, aku cuma bercanda. Maaf."

"Oke. Kumaafkan kau. Tapi beritahu Fred atau George jangan mengejutkanku dengan petasan apalah itu namanya. Bisa mati jantungan aku."

Ginny mengernyit, "Bukannya kau memang sudah mati?"

"Oh iya ya? Aku lupa. Ngomong-ngomong, kau tahu rasanya merasuki orang? Darahnya akan terasa di permukaan kulit. Seperti ingus mengalir di sekujur tubuhmu. Huh, menjijikkan. Aku tak pernah mau melakukan itu."

"Sejujurnya, aku tak mau tahu."

"Kau akan tahu saat kau memutuskan jadi hantu setelah mati nanti."

(Bukan) Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang