13 - Start

2.2K 220 7
                                    

Keesokan harinya, bersamaan dengan matahari mulai mengintip dari balik bukit, Draco menguap lebar. Untuk pertama kalinya di hari itu, mata Draco terbuka. Ia baru sadar bahwa ia tertidur, mengingat kemarin malam sangat sulit baginya untuk sekedar menutup mata.

Badannya sakit semua saat Draco beranjak ke kamar mandi. Leher, siku, dan kakinya terasa pegal. Efek lelah mungkin.

Setelah selesai mandi dibawah guyuran air yang sangat dingin, ia pun menyusul murid lain ke Aula Besar untuk sarapan. Draco berjalan dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celananya. Berjalan tegap dan menimbulkan aura berbeda. Ia berbelok saat sampai di depan pintu Aula Besar. Tak perlu mengedarkan pandangan, Draco langsung menuju mejanya dan duduk disana.

Saat asyik memakan hidangan yang tersedia, burung hantu masuk dan terbang memutari kepala Draco, sebelum akhirnya menjatuhkan sebuah bungkusan. Burung hantu berbulu abu-abu tersebut langsung diberi beberapa sickle oleh sang empunya barang. Begitu juga burung-burung lain. Burung berbulu coklat yang mengantar Daily Prophet ke Hermione, burung berbulu putih salju seperti Hedwig yang mengantar mantel musim dingin kepada Ginny, burung ceroboh yang telah berhasil menabrak dinding dan menjatuhkan bungkusan Clearwater, dan masih banyak lagi.

Draco menghentikan aktifitas makannya sejenak, lalu membuka bungkusan yang baru saja ia terima. Dan seperti dugaannya, bungkusan itu adalah tongkat. Tongkat barunya dari toko Ollivander. 13 inch dengan inti pohon oak. Draco mengeluarkan tongkat barunya dari kotak, dan segera mencobanya. Ia mengarahkan tongkatnya ke arah Neville. Dan dengan sekejap, ayam yang dimakan Neville segara melayang-layang di udara.

Anak Slytherin tertawa renyah. Hiburan pagi gratis. Melihat hal tersebut, Hermione langsung menghampiri Draco. Ia menatap manik mata Draco tajam. Seakan mengisyaratkan kata 'hentikan atau kubunuh kau'. Dalam sekejap, Draco berhenti dan kembali memakan makanannya yang masih tersisa. Ia masih malas ribut dengan seseorang pagi ini.

Hermione kembali ke mejanya setelah ayam Neville jatuh ke lantai. Untung saja perbuatan Draco tak mengundang perhatian professor-professor di depan.

***

"Kau sedang apa?"

Draco menoleh ke arah sumber suara. Saat ini, ia sedang duduk di pinggiran danau dengan kedua kaki dimasukkan ke air. Pemilik suara tadi menggulung celananya, dan ikut-ikutan menceburkan kakinya de dalam air danau yang suhunya menyejukkan.

"Kenapa kau kesini?" Balas Draco acuh.

"Bukannya aku yang tanya duluan tadi?" Jawab Hermione.

Ya, pemilik suara tersebut adalah Hermione. Entah kenapa saat ini, Draco tak mampu membentak Hermione seperti biasanya. Bukan faktor masih lelah, atau perasaan yang berbeda, tentu saja. Ini sudah seminggu dari kepulangan mereka. Rasa lelah tentu saja sudah pudar. Dan tentang perasaan, demi tugas Voldemort, perasaannya masih sama. Benci. Dan tetap menganggap muggle-born disebelahnya ini adalah rival terbesarnya.

Mungkin Draco sudah lelah menghabiskan enam tahun dari hidupnya untuk berteriak memaki orang yang sama. Sayang pita suaranya, bukan?

"Kau tak bisa melihat? Jelas-jelas aku sedang tidak melakukan apapun," balas Draco.

Hermione menoleh, "Bisa kita menjadi teman? Aku sudah capek bermusuhan denganmu. Membuang tenaga."

Draco balas menoleh ke Hermione. Ia tak salah dengar. Tentu hal yang mengejutkan bukan? Secara, tak ada angin tak ada hujan. Apa jangan-jangan benar jika udara di Prancis membuat oramg jadi amnesia akan musuhnya?

"Kalau kau ada masalah. Cerita saja padaku," kata Hermione memecah keheningan.

Jika bukan karena Dumbledore. Tak akan aku berkata seperti ini. Lanjutnya dalam hati.

"Kau ini kenapa? Salah makan?" Tanya Draco ketus sembari bangkit dari duduknya.

Hermione mendengus sebal. Punggung Draco yang berjalan menjauh masih terjangkau oleh matanya. Susah juga ternyata mendekati manusia satu itu. Hermione tak berniat mengejarnya. Menurutnya, harga dirinya sudah rusak karena tadi mencoba menjadi teman Draco. Jika ia mengajar pria itu, hancurlah harga dirinya. Oh nasib.

Ia memainkan kakinya di air. Mengayun-ayunkannya sehingga airnya bermuncratan ke atas. Matanya menerawang jauh kearah celah antara dua bukit di depannya. Dua bukit yang terpisah, tapi terlihat bersatu. Semoga saja suatu saat nanti, ia dan Draco bisa kebalikan dengan bukit itu. Dua manusia yang bersatu, tapi terlihat terpisah. Ya.. suatu saat nanti, agar tugasnya dari Dumbledore bisa selesai tanpa ada teman-temannya yang tahu. Biarlah ia mendekati Draco saat pria itu sendiri. Ia tak mau teman-temannya tahu jika ia mendekati Draco. Tak mungkin menceritakan alasannya kepada semua orang, bukan?

***

Di sisi lain, Draco sedang bersandar di dinding kastil. Kaki kanannya ditekuk dan telapaknya juga disandarkan ke tembok, sedangkan kedua tangannya masuk ke saku celana. Sok cool. Hmm.. ralat. Memang cool.

Terlintas wajah Pius di benak Draco. Dengan cepat, ia berdiri tegak dan pergi menuju kamar kebutuhan. Langkahnya semakin lama semakin cepat. Seakan tak mau kehilangan sedetik pun untuk ini. Terang saja tak mau kehilangan waktu. Sedikitpun sangat berarti untuk nyawa Draco.

Sampai di pintu masuk Ruang Kebutuhan, ia menengok ke kanan dan ke kiri, serta ke belakang. Memastikan tak ada yang mengikuti atau memergokinya. Setelah itu, ia langsung masuk ke ruangan tersebut.

Satu hal yang Draco kecolongan adalah Hermione. Hermione tadi melihat Draco berjalan sangat cepat di koridor. Dilahap setan penasaran, ia pun mengikuti murid asrama ular tersebut secara diam-diam.

Ia bersembunyi di belakang tiang saat melihat Draco berhenti untuk melihat situasi di depan pintu Ruang Kebutuhan yang tiba-tiba muncul. Sontak hal itu semakin menumbuhkan pohon penasaran di otak Hermione.

Ia berlari masuk sebelum pintunya tertutup. Kakinya diangkat tinggi-tinggi saat satu kaki yang lain menapak, berusaha tak menimbulkan suara. Saat sampai di dalam, ia langsung menuju ke balik tiang terdekat. Untung saja diameter tiang tersebut sangat besar, sehingga bisa menutupi tubuh Hermione.

Ia mengintip dari balik tiang, dan menemukan Draco menghadap ke sebuah lemari. Yak, itulah Lemari Penghilang. Hermione kembali menyandarkan kepalanya ke tiang dan menghirup napas panjang.

"Malfoy sudah mencoba memperbaiki lemari itu. Aku harus bekerja lebih keras sepertinya," racau Hermione dalam hati.

Suara langkah kaki bergema di ruangan itu. Hermione mengintip lagi apa yang dilakukan Draco. Ternyata, Draco sedang mengarah ke pintu. Ia memutari tiang saat tubuh Draco sudah mendekat, kemudian cepat-cepat melangkah keluar sebelum pintu kembali tertutup.

Draco mengarah keluar kastil. Sedangkan Hermione ke Ruang Rekreasi Gryffindor.

"Apa yang dilakukannya tadi? Hanya melihat-lihat lemari itu? Cepat sekali dia disana."

***

(Bukan) Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang