coklat

741 122 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makanya lain kali kalo ada waktu senggang belajar gambar, gambar rumah gitu, pemandangan, gunung" kata Rubi yang sedang mengerjakan beberapa tugas Laporan Praktikum milik Haikal, dengan mulutnya yang penuh mengunyah Coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makanya lain kali kalo ada waktu senggang belajar gambar, gambar rumah gitu, pemandangan, gunung" kata Rubi yang sedang mengerjakan beberapa tugas Laporan Praktikum milik Haikal, dengan mulutnya yang penuh mengunyah Coklat.

Haikal hanya memperhatikan Rubi, sambil ia menyuapi coklat itu ke mulut Rubi.

"Lagian aneh aneh aja sih, masa laprak disuruh gambar ginian, gak jelas" Rubi terus berbicara, dengan pipi nya yang sudah sangat menggembung disana.

"Gausah cerewet" kata Haikal ikut memakan coklat itu.

"Iya, tapi ini kakak beli sendiri coklat nya?" Tanya Rubi menatap Haikal dengan tatapan mencurigakan. Haikal terdiam sebentar.

"Aku jujur ya..." Ucap Haikal terlebih dahulu. Rubi menaruh pensil yang ia pegang, dan menghadap ke Haikal sekarang.

"Kamu diem jangan ngomong dulu" kata Haikal lagi. Rubi kini menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

"Kata dia namanya dia Nala. Aku ga kenal, dia angkatan 2 tahun di bawah aku" kata Haikal yang berusaha tenang, tahu kalau Rubi akan memanas setelah ini.

"KOK KAMU TERIMA AJA-" Haikal menyumbat mulut Rubi dengan menyuapkan coklat itu ke mulut Rubi.

"Kan aku bilang diem dulu" kata Haikal. Rubi yang sudah mulai kesal hanya terdiam, mengunyah coklatnya.

"Dia anak himpunan juga, katanya mau terimakasih" lanjut Haikal.

"TERIMAKASIH YA TINGGAL BILANG KENAPA HARUS PAKE COKLAT MAHAL???" Haikal kembali menyuap coklat itu ke Rubi.

"Udah makan aja, enak kan" Haikal berusaha menenangkan Rubi, walau ia tau pasti akan lama untuk Rubi kembali normal.

"Enak. Yaudah buat aku semua, kakak gaboleh makan" kata Rubi mengambil alih coklat itu dari tangan Haikal, kemudian lanjut menggambar.

"Hahaha, kirain aku bakal kamu labrak anaknya" ledek Haikal melihat kelakuan Rubi barusan.

"Coklat nya mahal, aku ga tega soalnya udah aku makan setengah" jawab Rubi yang kembali membuat Haikal terkekeh.

"Tapi kamu beneren ga kenal?? Trus dia berterima kasih dalam rangka apa??" Tanya Rubi yang ternyata masih ingin tahu. Haikal mengangkat kedua bahunya.

"Aku aja jarang ikut ngumpul, rapat sama anak inti doang" jelasnya. Rubi mengangguk.

"Berarti dia naksir sama kakak" lanjut Rubi.

"Bukan aku yang bilang" kata Haikal sambil mengambil tangan kiri Rubi, menggenggamnya.

"Ya hak dia suka sama kamu. Kamu emang ganteng" kata Rubi, Haikal tersenyum kecil.

"KECUALI kalo dia lebih cantik dari aku" Rubi menatap Haikal sekarang.

"Emang ada?"

"Apanya???"

"Yang lebih cantik dari kamu?" Kata Haikal. Rubi berdecak kesal, melepas tangannya dari genggaman Haikal.

"Hahaha kamu paling cantikk" kata Haikal kembali mengambil tangan Rubi, kini memaruhnya di pipinya. Rubi yanh awalnya sedikit 'geli' dengan perkataan Haikal, kini pipinya sudah mulai memerah, menyadari seperti itulah cara Haikal memujanya.

————

Next kak awakqkakakakakKakakakak sebelum sibuk beneren

Sweet Creature - Haechan Ryujin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang