Setelah kepergian Mirabelle, Lucius juga ikut menyusul adiknya tersebut tanpa mengucapkan apa-apa pada Louis. Kini, diruang makan, hanya ada Louis yang sedang termenung. Pria itu kini sadar, sebesar itulah kesalahannya pada mereka, orang-orang yang dia sayang.
Air mata Louis jatuh. Otaknya kini memutar kembali ingatan tentang Mirabelle yang pernah meminta sesuatu padanya. Hanya sebuah pelukan dan ucapan selamat karena Gadis itu memenangkan sebuah Olimpiade sains. Tapi Louis tidak memberikannya. Dia justru terlalu sibuk dengan Alana. Menghabiskan waktunya bersama wanita sialan itu.
Louis menutup wajahnya yang basah dengan kedua tangan. Hanya karena wanita seperti Alana, Louis tega menelantarkan keluarga kecilnya yang selalu menemani dia saat sedih maupun senang. Dengan jahatnya Louis menganggap keberadaan mereka tidaklah ada.
Ah, bahkan dia pernah memukul Lucius karena Putranya itu menghajar keponakan dari Alana yang seumuran dengannya. Padahal, Louis jelas tahu, putranya tak bersalah. Lucius juga sudah menjelaskan bahwa keponakan Alana-lah yang lebih dulu mengejeknya. Bicara pada semua orang bahwa Lucius dan Mirabelle tak diinginkan kehadirannya oleh Louis. Tentu saja Lucius tak terima dan berakhir menghajar bocah tersebut. Tapi Louis tidak mendengarkannya dan malah menghajar sang Putra atas hasutan Alana.
Brengsek sekali.
Louis kira, setelah dia mengulang waktu, semuanya akan terasa mudah. Dia kira, keluarga kecilnya akan tetap menerimanya saat dia meminta maaf dengan tulus. Nyatanya, semua tidak semudah itu.
Pengkhianatan yang dia lakukan, nyatanya membuat hati rapuh mereka jadi membeku.
***
Mirabelle duduk dikasurnya dengan mata menatap pemandangan dijendela kamar. Ada sorot yang amat sendu dari mata cantik gadis itu. Perasaannya campur aduk. Antara senang, sedih, marah dan juga kecewa.
Dia senang karena Ayahnya sudah berubah dan mulai menyayanginya lagi, seperti dulu. Tapi dia sedih karena ternyata, hatinya sudah tidak bisa menerima rasa sayang dari Ayahnya lagi. Dia marah, marah pada segala hal yang membuat hidupnya begini. Dan dia kecewa, karena Ayahnya yang terlambat untuk berubah.
Mirabelle tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat sang Ayah berubah begini. Dia bingung harus menunjukan ekspresi seperti apa akan perubahan Louis. Semuanya terlalu aneh. Sangat aneh.
Padahal, baru kemarin Louis memakinya karena pulang malam. Padahal, Mirabelle ada kerja kelompok dirumah temannya. Louis terlihat lelah dan marah. Dan dia malah melampiaskan amarahnya pada Mirabelle yang tidak tahu apa-apa. Memarahinya, memakinya, bahkan sampai mengatai Isabella tidak becus menjadi Ibu karena membiarkan Mirabelle pulang malam.
Sebenarnya, tak apa jika Louis memaki dirinya. Tapi tolong, jangan memaki Ibunya. Karena Ibunya pun tidak salah apa-apa. Hal itulah yang membuat Mirabelle sedikit ragu akan perubahan Louis yang terbilang sangat cepat.
Drrtt
Sebuah getaran singkat dari ponsel membuat lamunan Mirabelle buyar. Gadis bernetra karamel itu mengambil ponselnya dari saku seragam. Dia membuka ponselnya dan langsung tersenyum saat melihat sebuah pesan dari seseorang yang mulai disayanginya.
Uncle Rio😉🍥
Hey, Sweetie, sudah pulang sekolah?
17.23Mirabelle C.S
Sudah, paman!
17.24Uncle Rio😉🍥
Bagus sekali!
17.24Mau ikut dengan paman?
17.24
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...