Louis menghempaskan badan pada kursi kebanggaannya. Pria itu mendesah lelah sekaligus lega karena masalah kali ini bisa teratasi dengan baik meski dibersamai dengan emosi.
Tadi pagi, Javid mengabarinya jika ada tikus kecil yang mencoba untuk mencuri data-data Perusahaannya yang dijaga dengan ketat. Sebagai pemimpin utama, Louis bukan hanya menyalahkan para Karyawannya, tapi juga dirinya sendiri.
Karena beberapa hari ini dia tidak ada di Perusahaan dan membuat tikus-tikus tersebut mendapat celah meskipun sedikit.
“Jav, apa Istriku mengirimkan makan siang?” Louis bertanya dengan mata tertutup karena rasa pening di kepalanya belum hilang.
Javid yang berdiri dihadapan sang atasan mengernyitkan dahinya. “Maaf, Sir? Apa maksud anda adalah, Nyonya Isabella?”
Louis membuka matanya dan menatap Javid dengan kesal. “Memang siapa lagi Istriku selain Isabella?!”
Sang Sekertaris pun melipat bibirnya. “Maafkan Saya, Sir. Tapi maaf, Nyonya Isabella tidak mengirimkan apapun siang ini.”
Louis mendesah kecewa. Dia menelungkupkan wajahnya dimeja, merasa sedih seketika. Javid yang melihatnya tentu saja merasa bingung. Mengapa Bos-nya terlihat galau karena tidak dikirimkan bekal oleh Istri yang selama ini dia abaikan?
Bukankah aneh? Beberapa hari lalu, Javid masih sangat ingat, Alana datang ke Kantor Louis dengan membawa bekal makan siang. Disana ada Javid yang sedang mengerjakan sesuatu, dan tentu saha Javid mendengar apa yang Louis dan Alana bicarakan.
Javid ingat, Louis berbicara pada Alana bahwa, pria itu membenci Isabella dan hanya mencintai Alana. Dan lagi, tanpa tahu malu, mereka bercumbu. Dihadapan Javid!!
Lalu sekarang, mengapa Bos-nya itu malah menanyakan kembali tentang bekal dari Istrinya?
“Apakah … anda merasa sedih, Sir?” tanya Javid hati-hati. Dia hanya penasaran saja. Apakah benar Louis bersedih hanya karena tidak dikirimkan bekal makan siang oleh Istrinya.
Masih dengan menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan, Louis pun menjawab. “Suami mana yang tidak sedih saat Istrinya tidak membawakannya bekal?“
Alis Javid terangkat satu. Benar-benar aneh rasanya melihat perubahan Louis. Seperti tidak menyangka dan sedikit tidak percaya saja.
“Anda ingin saya pesankan Makan siang?” tawar Javid.
“Ya. Tolong pesankan.” ujar Louis yang terdengar seperti gumaman. “Ah, jika bisa, tolong cari Makanan yang rasanya sama persis dengan Masakan buatan Istriku!”
“Maaf?” apa Javid tidak salah dengar?
Louis mengangkat kepalanya dan memandang Javid dengan wajah seperti orang mabuk. “Cari saja. Aku akan menaikan gajimu tiga kali lipat jika kau menemukan masakan yang rasanya sama persis dengan Masakan Isabella!”
“Sir, maaf sebelumnya. Saya memang pernah merasakan masakan buatan Nyonya Isabella, tapi itu adalah empat tahun lalu. Dan tentu saja sekarang Saya sudah lupa bagaimana rasanya. Jadi sepertinya saya akan menolak perintah anda.” ujar Javid dengan kepala yang menunduk sedikit.
Bibir Louis mengerucut. “Baru kali ini aku menukan bawahan yang menolak perintah dari atasannya..”
“Itu karena permintaan anda sangat aneh, Sir.”
“Apakah seaneh itu?” gumam Louis.
Javid yang mendengar gumamannya hanya menganggukkan kepala dua kali.
Louis menghela nafas. “Baiklah, kau keluar saja. Aku tidak ingin makan siang.”
“Anda … merajuk?” oh ayolah, wajah Louis tampak sangat sedih. Membuat Javid tidak tega jika harus meninggalkannya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...