A.N; dimohon untuk baca chapter sebelumnya (takut kalian lupa alur)
.
.
.Louis memiringkan kepalanya memandang pemandangan kota diluar sana. Matanya tampak sayu karena tidak bisa tertidur tadi malam. Bagian bawah matanya pun tampak sedikit menghitam. Meskipun tampak rapi, penampilan wajahnya saat ini pasti akan membuat orang lain menoleh meski hanya sekilas saja.
Dadanya masih terasa sesak setelah kejadian semalam. Isabella memilih pergi dari kamar mereka dan tidak memberikan Louis jawaban apapun lagi. Wanita itu hanya meninggalkannya saja, tanpa ucapan apa-apa.
Bahkan, pagi ini Isabella berangkat sendirian ke tempat acara Elleza.
Dia ... benar-benar pergi sendirian.
Louis menghembuskan nafasnya perlahan, dia pun bangkit dari kursi dan berjalan menuju cermin yang ada dikamar. Berdirilah pria itu disana, memandang pantulan dirinya sendiri yang saat ini tampak kuyu dan tak bertenaga.
Pria itu, pria itulah yang sudah menyakiti Isabella. Pria bodoh yang membuang berliannya. Pria yang tidak tahu malu dan berharap mendapat ampunan. Pria yang pernah mati itu ... adalah dirinya.
"Bodoh kau Louis," bisiknya parau. Matanya mulai memerah, menahan amarah dan juga kesedihan yang telah lama ia tahan. Nafasnya mulai tidak teratur, kedua tangannya mengepal erat sampai jari-jarinya terlihat memutih. "Kau pikir Isabella akan mengampunimu? Kau pikir akan semudah itu?"
"Berdiri disampingnya saja kau tak pantas, Louis."
Louis sadar, semuanya tidak lagi terasa sama. Kehampaan ini, adalah sebab dari apa yang dia lakukan. Kebodohannya dimasa lalu benar-benar membuat Louis memilih untuk kembali mati saja.
Dia malu.
Malu pada dirinya sendiri dan juga Isabella.
Kesalahannya sangat fatal dan sulit dimaafkan. Tapi mengapa dia tetap memaksa agar istri dan anak-anaknya memaafkan dia?
***
Saat ini, Isabella duduk dikursi tamu bersama kedua orang tuanya. Anak-anaknya Isabella biarkan pergi bersama remaja sebayanya.
Mata wanita itu, menatap pada dua pasangan yang ada didepan sana. Elleza dan Dorian, si bintang utama dalam acara ini.
Mata Isabella menyayu saat memandang senyum manis yang Elleza tunjukan pada orang-orang. Mengapa wanita sebaik Elleza malah dikhianati?
Dan ia juga sangat menyayangkan, tentang nasib percintaan Elleza yang bernasib sama dengan dirinya.
"Apakah Louis benar-benar terlambat datang?" Tanya Jessabelle, Ibu Isabella yang menatap sekeliling. "Acara inti sudah akan dimulai. Kemana perginya suami mu itu, Sayang?"
Isabella menghembuskan nafas pelan. Dia menoleh pada sang ibu, "Dia akan segera datang, Ma."
"Mengapa kalian tidak berangkat bersama saja?" Kali ini Nathaniel menatap putrinya.
"Aku hanya ingin melihat Elleza dirias." Jawab Isabella dengan asal.
Jessabelle berdecak dan geleng-geleng kepala, sedangkan Nathaniel terkekeh pelan tak habis pikir. Dia memandangi putrinya sedikit lama. Merasa ada yang aneh dengan diri Isabella beberapa bulan terakhir.
Putri semata wayangnya itu tampak lebih pendiam dan jarang tersenyum. Mungkin ada masalah yang menimpa Isabelle, tapi putrinya tersebut tidak ingin memberitahu.
"Kau dan Louis baik-baik saja, 'kan?" Tanya Nathaniel.
Isabelle melirik Nathaniel, lalu tersenyum singkat. "Kami baik-baik saja, Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...