Mirabelle membuka mata, begitu merasakan ada angin sejuk yang berhembus diwajahnya. Matanya menyipit kala silau menyapa. Dia mengernyit bingung, begitu menyadari bahwa tempatnya berbaring kini bukanlah kasur empuknya, melainkan padang rumput yang warna hijaunya begitu cantik dan terasa menenangkan.
Aroma khas yang menguar dari tempat itu membuat Mirabelle penasaran dan berakhir bangkit dari berbaringnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mengamati padang rumput tempatnya berada kini. Meski terasa sangat asing, tapi entah kenapa, Mirabelle merasa betah dan ingin singgah untuk waktu yang lama.
"Apakah ini mimpi?" Gumam Mirabelle. Dia mengangkat tangannya, lalu mencubit pipinya sendiri. Alis Mirabelle terangkat satu, karena tak merasakan apapun dari cubitannya tadi. Dia pun tersenyum kecil, karena ternyata tebakannya benar, bahwa tempat ini hanyalah alam mimpi.
Mirabelle bangkit berdiri, membenarkan gaun hijau tosca nya yang sedikit kusut. Dia pun menatap lurus kedepan, melihat bentangan rumput hijau yang tidak memiliki ujung. Angin disini berhembus dengan begitu lembut, membawa aroma bunga orkid yang sama lembut dan halusnya. Memanjakan indra penciuman Mirabelle.
'Kau senang berada disini, Sayang?'
Mirabelle tersentak. Dia segera berbalik untuk melihat siapa kiranya si pemilik suara yang tak asing itu. Namun, Mirabelle mengerutkan keningnya, saat matanya tak bisa melihat dengan jelas wajah dari si pemilik suara. Rasanya seperti ada yang sengaja untuk tidak menunjukan wajah itu padanya.
'Aku senang melihatmu tumbuh dengan sehat,'
Begitu katanya. Suaranya memang tidak Mirabelle kenali, namun entah kenapa, rasanya tak asing. Perasaan Mirabelle tak menentu saat melihat si pemilik suara bergerak mendekat. Bukan perasaan takut, tapi seperti perasaan yang seakan tengah menunggu seseorang untuk waktu yang begitu lama.
Perasaan ... rindu?
Mirabelle yakin ini bukanlah perasaan antara sang kekasih. Ini berbeda. Mirabelle tidak bisa menjelaskannya. Hanya saja, rasanya dia ingin berlari dan memeluk orang itu dengan erat.
Ya, perasaan menggebu yang seperti itu.
Sebenarnya ... siapa dia?
'Kau tidak perlu tahu siapa aku, karena memang sudah sepatutnya begitu.'
"Bagaimana bisa seperti itu?" Bisik Mirabelle dengan lirih. "Setidaknya, biarkan aku mengetahui nama mu, agar aku bisa mengingatnya ...,"
'Tidak perlu, Sayang. Karena setelah pertemuan ini, kau tidak akan bertemu denganku lagi.' Suaranya terdengar begitu menyakitkan. Membuat Mirabelle merasakan sesak didadanya.
'Maaf sudah menyita waktu berhargamu dengan membawamu kemari. Aku hanya ... merasa rindu saja.'
Rindu? Itu berarti, mereka memang pernah memiliki hubungan bukan? Mata Mirabelle berubah sayu. Dan entah mengapa dia merasa kesal. Kesal karena tidak ada ingatan apapun tentang orang itu, bahkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...