"Berikan aku waktu untuk berfikir,"
Itulah yang dikatakan Isabella akan permintaan Louis. Tidak ada yang bisa pria itu lakukan selain menyetujuinya. Dia tidak mungkin kembali memaksa Isabella agar segera memberinya jawaban. Jika begitu, dia akan semakin terlihat tidak tahu diri.
Isabella sudah pergi keluar entah kemana. Lucius dan Mirabelle pun sepertinya tidak ada niatan untuk keluar dari kamar dan menenangkan Ayah mereka yang sedang bersedih.
Apa yang Louis harapkan memangnya? Setelah apa yang dia lakukan dulu, menelantarkan, menyakiti hati dan fisik, serta mengkhianati kesetiaan yang mereka miliki. Mustahil jika mereka akan memaafkannya begitu saja.
Louis sudah berkali-kali tersadar jika dia memang harus berusaha sekeras mungkin. Rasa sakit yang dia rasakan ini bukanlah apa-apa. Louis tidak lelah untuk berusaha dan meminta maaf, sungguh. Bahkan jika dirinya memang selelah itu, Louis tidak akan berhenti.
Tak peduli jika nanti Isabella dan anak-anaknya tetap pergi meninggalkan dia. Yang Louis inginkan adalah, berusaha membuat semuanya kembali seperti semula. Sebelum Alana datang dan menghancurkan semuanya.
Pertama-tama, yang akan Louis lakukan sebagai bentuk usahanya adalah, tentu saja menyingkirkan Alana. Menghilangkan wanita sialan itu dari hadapannya.
Karena Louis tahu, Alana pasti akan melakukan sesuatu yang akan membuat semua usahanya berantakan.
Louis mengambil ponsel disaku. Mencari-cari kontak seseorang yang membuat dirinya menjadi pria tak berakal.
"Lou---Louis?" suara wanita itu begitu lembut. Tapi tentu saja, Louis bisa menahan hatinya agar tidak kembali terbuai.
"Bisakah kita bertemu malam ini?"
"Ya! Tentu saja! Kita bisa bertemu kapan saja!" dengarlah betapa senang jalang itu saat dirinya mengajak untuk bertemu.
Louis mengeluarkan seringainya. "Primrose Hotel. Datanglah kesana jam delapan malam. Mengerti?"
"Ya, Louis! Aku pasti datang! Aku merindukanmu!"
"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam, Sayangku."
***
Alana menutup mulutnya dengan raut wajah tak percaya setelah menerima telepon dari Louis, mantan Kekasihnya. Matanya berkaca-kaca, sarat akan kesenangan.
"Oh Tuhan! Ini adalah pertanda bahwa Louis akan kembali padaku!" serunya tertahan. "Aku tak menyangka jika semua ini benar-benar terjadi!"
Wanita itu tidak bisa menahan senyuman lebarnya. Dia begitu senang dengan jantung yang berdegup cepat. Pipinya memerah karena membayangkan akan sepanas apa pertemuan mereka nanti malam.
Alana melemparkan tubuhnya keatas ranjang. Dia menutup wajah dengan telapak tangan. Semua yang dia lakukan sangat menunjukan betapa senangnya dia saat ini.
"Lihatlah Isabella, Louis kembali lagi padaku." Alana mengeluarkan seringai kecilnya. Mata hitamnya berkilat tajam.
"Sudah kuduga, jika soal Louis, kau memang tak akan bisa mengalahkanku. Akulah pemenangnya kali ini." setelahnya, Alana tertawa terbahak-bahak.
***
"Ini adalah informasi tentang seseorang yang anda minta, Sir." Javid memberikan sebuah Map berisi berkas yang memuat tentang data diri seseorang. "Tapi Sir, apa anda yakin ingin menghubungi orang ini?"
"Mengapa aku bisa tidak yakin?" tanya Louis seraya menerima Map yang Javid berikan, kemudian membacanya.
"Karena yang saya dengar, Cosa Nostra sangat sulit untuk dihubungi." kata Javid. "Informasi mereka pun saya dapatkan dengan imbalan yang tidak main-main. Apa anda yakin tetap ingin memakai mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...