Malam ini Alana berdandan sangat rapi. Lebih rapi dari penampilan yang biasanya, bahkan terkesan berlebihan.
Dia mengenakkan gaun berwarna merah menyala dengan belahan dada rendah sampai bisa memperlihatkan hampir keseluruhan payudaranya. Ditambah dengan panjang gaun tersebut yang ada diatas paha dan ada sobekan sedikit disamping kirinya.
Rambut perempuan itu dibiarkan tergerai, agar mengeluarkan kesan sexy dan menggoda. Ya, malam ini Alana memang terlihat sangat menawan. Namun, kesan menawan itu hanya menarik dimata para lelaki hidung belang yang suka berganti jalang.
Alana berdiri dihadapan cermin full body dikamarnya. Dia bergaya se-sensual mungkin. Mata sayu dengan tatapan tajam, juga bibir tebal yang sedikit terbuka.
"Sangat cantik," katanya puas. "Aku yakin Louis tidak akan bisa berpaling dariku. Dan akan kupastikan, malam ini akan menjadi malam yang sangat~ panjang."
Ya Alana. Teruslah berfikir seperti itu.
***
Disebuah ruangan yang 160° dindingnya terbuat dari kaca, berdirilah Louis yang tengah memandang pemandangan Jalanan dikotanya. Ditangan kanannya terdapat sebuah cangkir berisi Kopi yang masih mengepulkan sedikit asap.
Tak jauh dari tempat Louis berada, terdapat Javid yang berdiri tegap.
"Kapan Dorian akan sampai?" Louis bertanya seraya melirik singkat pada Javid.
"Sekertaris tuan Dorian mengabarkan bahwa saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju Hotel yang anda rekomendasikan, Sir."
Louis tersenyum bengis. "Quill sudah sampai disana lebih dulu, bukan?"
"Sudah, Sir."
Kepala Louis menunduk sekilas, menyembunyikan raut kejamnya yang sangat kentara. Pembalasan ini terasa sangat menyenangkan. Padahal ini baru awal dan baru akan terlaksana beberapa menit lagi. Tapi sudah sangat memuaskan. Batinnya.
Seketika, Louis teringat akan sesuatu. Dia membalik badannya, menatap Javid yang masih bertahan pada posisinya.
"Javid, menurutmu hadiah apa yang bagus untuk membujuk seseorang yang tengah marah?"
"Anda ingin membujuk Nyonya Isabella, Nona Mirabelle, atau tuan muda Lucius, Sir?" Javid bertanya balik.
"Tentu saja ketiganya." jawab Louis. "Aku ingin memberikan hadiah yang mereka suka. Karena rasanya sudah sangat lama aku tidak memberikan mereka hal-hal seperti itu."
"Bukankah anda adalah yang paling tahu tentang keluarga anda, Sir? Sebagai Suami dan juga seorang Ayah, anda tentu tahu apa hal yang paling disukai oleh Istri dan anak-anak anda, benar?"
"Ya, kau benar. Aku hanya ingin mendengar saran darimu."
Javid tersenyum manis. "Anda bertanya pada orang yang salah, Sir Louis."
Alis Louis terangkat, tanda bahwa dia bingung akan perkataan Javid.
"Saya belum menikah, berpacaran pun belum sama sekali, apalagi sampai memiliki anak. Sejauh ini, orang yang dekat dengan saya hanya anda seorang."
"Haruskah aku terharu akan hal itu?"
"Tidak perlu. Itu menggelikan."
Louis tersenyum miring. Lalu pria itu menghela nafasnya. "Baiklah, jam berapa sekarang?"
"Pukul delapan malam, Sir."
Seharusnya Isabella dan anak-anaknya ada dirumah. Louis akan pulang. Namun sebelum itu,
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE; Rebirth Of The Villaines || END
FantasyLouis merupakan seorang antagonis dalam ceritanya sendiri. Dia dengan tega menelantarkan Istrinya, Isabella, beserta anak-anaknya dan mengkhianati mereka. Seharusnya, dia sudah mati dalam kecelakaan setelah memergoki selingkuhannya menjalin kasih de...