BAB 5

534 13 0
                                    

-Selamat membaca-

“Loh Kak Can? Tadi katanya ada bimbingan ujian sekolah?” tanya Clarissa heran.

“Kata siapa?” tanya Candra.

“Kak Pangestu” jawab Clarissa.

“Tadi kan aku sudah bilang Cla, tunggu aku disini nanti aku jemput, kenapa gak nurutin?” tekannya.

“Maaf Kak Can, tadi Clarissa iseng jemput Kak Can di kelas eh ketemu Kak Pangestu katanya Kak Can ada bimbingan, Ya udah Clarissa makan duluan di kantin. Maaf ya Kak Can?” ucap Clarissa sambil menunduk.

Melihat wajah Clarissa yang seperti itu, Candra jadi tidak tega, “Ya udah aku ke kelas dulu ya, kamu semangat belajarnya” ucap Candra sembari berdiri, “Maaf nanti aku gak bisa anterin ke luar, aku ada kelas tambahan soalnya” beritahu Candra sembari melangkah keluar.

Sesudah Candra menghilang, Clarissa duduk dibangkunya. Terlihat Ihsan melamun, Melihat itu Clarissa merasa takut, takut jika teman sebangkunya kesurupan.

“Woi” bentaknya tiba-tiba membuat Ihsan kaget bukan main.

“Anjing!” Ihsan refleks mengatakan kata-kata kasar membuat Clarissa kaget ingin menangis.

Melihat wajah Clarissa menahan tangis, Ihsan jadi merasa bersalah, “Yah lagian, siapa suruh ngagetin” ucapnya mempertahankan wajah datarnya.

“Clarissa takut kamu kesurupan, mangkanya...” ucapnya Clarissa takut jika kena sembur Ihsan lagi. Mendengar itu ingin sekali Ihsan tertawa, tapi ia sudah di didik untuk mempertahankan mimik wajahnya yang sedatar tembok ini. Ia hanya bisa tersenyum tipis.

---

Saat bel pulang berbunyi, Clarissa bergegas keluar sembari tertatih-tatih. Saat sudah berada di luar, Clarissa melihat mobil ayahnya. Saat melangkah mendekat, ia terbayang-bayang kejadian kemarin, memilih melangkah mundur. Tapi jika tidak maju ia akan pulang naik apa, memutuskan maju selangkah demi selangkah, saat sudah selangkah lagi. Ia tidak berani masuk.

Suara bel membuatnya terkejut bukan main. Sembari membuka pintu, ia mengucapkan doa supaya tidak terjadi apa-apa nantinya.

“Kok lama sih!” kalimat pertama yang diucapkan ayahnya mampu membuat bulu kudunya berdiri.

Clarissa tidak berani menjawab pertanyaan ayahnya. Memilih diam hingga Aditya melajukan mobilnya, “Kaki kamu kenapa?” tanya Aditya dengan nada biasa. Tapi yang Clarissa tangkap adalah nada penuh ancaman.

“T-tadi jatuh Yah” ucapnya setelah memberanikan diri berbicara.

“Ceroboh” kata Aditya.

Beberapa menit kemudian, Aditya memberhentikan mobilnya di sebuah toko, boneka. Clarissa melihat itu menjadi senang. Saat memperhatikan boneka yang ada di jajaran depan toko, Clarissa tidak sadar saat ayahnya sudah membukakan pintu untuknya.

“Mau beli boneka atau lihat-lihat aja di sini?” tanyanya. Mendengar itu, Clarissa ragu untuk menerima uluran tangan Aditya. Aditya mulai emosi dan segera menarik paksa Clarissa, tidak peduli saat Clarissa mengadu kesakitan.

“Sudah sana kamu pilih yang kamu mau” ucapnya melepas cekalan tangannya. Clarissa menjadi semangat lagi untuk memilih boneka mana yang akan menemaninya tidur.

Dengan langkah yang tertatih-tatih, Clarissa memilih dari ujung sampai ujung boneka yang meminta untuk dibelinya.

Sekitar beberapa menit, akhirnya Clarissa memutuskan membeli boneka beruang yang sangat besar.

MYSTERIOUS GIRL  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang