BAB 19

204 14 0
                                    

-Selamat membaca-

Mobil Aditya terus melaju hingga tidak sadar sudah mencapai batas kecepatan. Saat melihat mobil polisi telah berjejer rapi siap menghadang jalannya, secara tidak terduga Aditya membanting setir ke kanan menyebabkan ia terjatuh ke jurang.

Semua orang yang menyaksikan itu diam terkejut, ketua tim yang menangani kasus Aditya segera menyuruh anak buahnya untuk memeriksa kondisi Aditya.

Saat berhasil menyusul ke bawah dengan pengaman, salah satu polisi melaporkan pada ketuanya, “Lapor, saat ini hanya ada mobil tersangka saja sedangkan tersangka tidak ada”

‘Cepat cari dan segera lapor’  perintah dari walkie takie tersebut.

---

“KOK BISA?!”

Bulan menjerit saat dikabarkan suaminya hilang saat dalam pencarian.

“Maaf Bu, tapi kami akan berusaha sekuat tenaga supaya cepat menemukan keberadaan Pak Aditya” ketua tim itu berkata sembari menunduk merasa bersalah.

Bulan beranjak dari tempat duduknya menuju kamarnya, menyisakan Clarissa dan ketua polisi itu bersama dua anak buahnya.

“Tolong Pak polisi, tangkap ayah Clarissa, ayah jahat jangan sampai terlepas” Clarissa mengatakan sembari menunduk takut karena wajah para polisi tersebut menakutkan.

Ketiga polisi itu diam tak berkutik, merasa gagal menjalankan misi yang sudah tersusun jauh-jauh hari. Mereka tidak menduga jika Aditya akan senekat itu.

“Jangan khawatir Nak, kami berjanji akan menangkap ayah kamu” ucap ketua tim bernama Dimas berjanji pada anak kecil di hadapannya.

---

Seminggu kemudian

Pencarian Aditya masih dilakukan. Clarissa menjalankan hari-harinya seperti biasa, saat ini ia sedang libur kenaikan sekolah. Ia dinyatakan lulus oleh Dewi karena berhasil mengikuti ulangan kenaikan kelas, ya meskipun ada yang dilakukan secara menyusul. Nilai-nilai yang sangat bagus mampu membuatnya mendapat rangking dua.

Sedangkan Maharani, ia masih menjalani terapi untuk menghilangkan traumanya.

Clarissa tersenyum melihat Maharani selesai melakukan terapi. Seminggu ini hidupnya tenang, Bulan juga senantiasa menemaninya dan Maharani.

“Kamu ke mobil dulu Sa, aku ada urusan bentar sama dokter Nada"

“Iya Bu” Clarissa menggandeng Maharani menuju mobilnya.

Saat akan membuka pintu mobil, ia dikejutkan dengan tangan yang menahannya. Clarissa membulatkan matanya saat melihat sosok Aditya di sampingnya sembari menyeringai.

Aditya membekap mulut Clarissa dengan sapu tangan yang telah ia beri dengan obat bius, seketika Clarissa pingsan di pelukannya. Aditya segera menggendong Clarissa masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Maharani yang seperti orang linglung, tapi ia tersadar saat Clarissa dibawa kabur, ia jadi berteriak histeris, ia takut melihat sosok Aditya lagi.

“Ada apa Ran? Mana Clarissa?” Maharani hanya mampu menjawab lewat tangannya, ia terus menunjuk mobil yang sedang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Menyadari ada yang tidak beres, Bulan segera menelepon polisi yang sedang menangani kasus Aditya.

“Segera ya Pak!” setelah memberi polisi informasi, Bulan mengajak Maharani untuk masuk ke dalam mobil, “Gapapa Ran, semua akan baik-baik saja” katanya setelah mendudukkan Maharani.

---

Terlihat di kantor polisi, semua polisi di sana terlihat bergegas. Tujuannya saat ini untuk menangkap Aditya, “Ingat, jangan sampai kita kecolongan lagi seperti kemarin!” perintah Dimas mutlak.

---

Aditya menghentikan mobilnya saat sampai pada tujuannya. Ia melihat Clarissa yang berada di belakang. Aditya segera turun dari mobil dan menggendong Clarissa untuk dibawa masuk ke dalam gedung tak terurus.

Saat memasuki gedung tersebut, Aditya di sambut oleh teman-temannya, “Aman kan Bro?”

“Aman” jawab Aditya singkat melanjutkan langkahnya menuju lantai atas.

Terlihat lima orang yang diduga komplotan Aditya. Mereka yang membantu Aditya saat itu kabur dari kejaran polisi.

---

Bulan terus mondar-mandir sembari memegang ponselnya. Setelah menuntun Maharani ke kamarnya, Bulan dihantui rasa gelisah.

Saat ini ia sangat ragu dengan keputusan yang ia ambil. Apa ia akan baik-baik saja saat melihat suaminya yang sangat ia cintai mendekam di penjara? Apa yang ia lakukan setelah itu? Menyesal? Saat akan memilih pilihan memilih Aditya, wajah Clarissa terbayang dibenaknya. Ia sangat kasihan melihat Clarissa yang terus Aditya siksa dan menjadi pelampiasannya saat ia marah pada Aditya.

Melihat ke arah Maharani tertidur pulas, ia akhirnya menemukan keputusan yang sangat tepat. Ia tidak peduli bagaimana ke depannya, bagaimana hidupnya setelah tidak ada lagi Aditya. Ia saat ini harus sadar bahwa hubungannya dengan Aditya hanya formalitas semata. Selama pernikahan satu tahun, hanya Bulan yang memakai hati, Aditya? Hanya menganggap Bulan pelacur utamanya.

Menarik nafas panjang...

Bulan bertekat akan melepas Aditya.

---

Aditya sedari tadi tidak memalingkan pandangannya dari wajah Clarissa. Saat dirasa sudah terlalu lama Clarissa pingsan, Aditya mencoba menampar pelan pipi Clarissa. Tapi, Clarissa masih tidak sadarkan diri. Aditya yang tadinya menampar pelan, beralih menjadi menampar Clarissa,

Plak!

Ada pergerakan kecil dari Clarissa. Aditya berhenti mengamati wajah Clarissa tetapi mulai melepas baju yang sedang dikenakan Clarissa.

Clarissa mengeram kala Aditya melepas bajunya, “A-ayah?”

“Sudah sadar kamu? Lama banget kayak orang mati”

“Jangan Yah” Clarissa berusaha menepis tangan Aditya meskipun rasa pusing terus menggerogoti kepalanya.

“Ini balasannya kalau kamu gak nurut sama ayah”

“Yah, cukup, Clarissa gak mau lagi, Clarissa benci saat ayah ngelakuin ini” lirih Clarissa dengan mata berkaca-kaca.

Aditya tidak menggubris ucapan Clarissa. Ia malah tersulut emosinya saat tidak berhasil juga melepas baju Clarissa. Beralih menjambak kuat rambut Clarissa agar bertatapan dengannya.

Clarissa menangis histeris karena merasakan rasa sakit di kepalanya , “Yah lepasin Clarissa, Clarissa janji gak lapor ke ibu, polisi, semua orang” ucapan itu hanya dibalas tertawa oleh Aditya.

“HAHAHA kamu pikir ayah percaya?”

“Ayah bisa percaya sama omongan Clarissa, selama ini Clarissa gak pernah bohong kan sama ayah?”

Aditya diam membisu masih setia menjambak rambut Clarissa, “Yah lepasin Clarissa ya? Clarissa gak mau dia nyakitin ayah, bahkan, dia bisa membunuh ayah sekarang juga”

“Akh-“ Clarissa menjerit kala Aditya menguatkan jambakannya,

Plak!

Dia? Dia siapa?! Ayah gak takut! Panggil dia, panggil!” ucap Aditya setelah menampar pipi Clarissa.

“Jangan Yah, Clarissa mohon, lepasin Clarissa ya Yah?”

Belum sempat Aditya menjawab, seseorang membuka pintu dengan tergesa-gesa, “Polisi sedang menuju kesini Dit-“

---

Haiii, jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak kalian...

MYSTERIOUS GIRL  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang