2. Perjalanan

636 55 0
                                    

Sebuah mobil mewah nan elegan melaju dengan kecepatan rata-rata menuju kediaman keluarga Heize. Di dalam mobil terdapat 3 orang pria dan seorang anak laki-laki, mereka adalah Ayah Candra, Arvi, tuan Rajendra, dan Seta.

Seta mengemudikan mobil tersebut, Ayah Candra dan tuan Rajendra duduk di belakang dengan Arvi yang di pangkuan Ayahnya menghadap menyamping ke tuan Rajendra dan menyadarkan kepalanya di dada Ayah sambil meminum susu kotak yang Ayah Candra bawa dari pesta tadi, Ayah memangku Arvi sambil mengelus-elus punggung Arvi. Hanya ada keheningan dalam mobil tersebut, hingga susu yang diminum Arvi habis.

"Ayah mau lagi," ucap Arvi menyodorkan kotak susu yang sudah habis pada Ayahnya.

Ayah menatap mata Arvi lalu mengambil kotak susu tersebut dari Arvi. "Ayah hanya bawa satu, tidur saja ya?"

"No ... mau susu hiks susu Ayah susu hiks."

"Sttt cup cup, nggak malu nangis hm? Ada tuan Rajendra dan Seta loh."

"HUUUAAAAAA HIKS AYAH HUAAA." Arvi malah menangis keras dan meronta-ronta, persis seperti anak kecil yang ingin membeli mainan tapi tidak dibelikan.

Tuan Rajendra melihat Arvi menangis pun, ingin mengambil Arvi dari Ayahnya. Tapi gagal karena Arvi malah menepis tangannya.

"Hah ... biasanya harus bagaimana agar Arvi tenang Can? Seperti dia banyak menangis, aku takut dia demam dan flu, apalagi ini sudah larut dalam," ucap tuan Rajendra khawatir.

"Susu dalam botol dot cukup menyenangkan Tuan."

"Hm baiklah, Seta mampir ke minimarket terdekat. Dan kau Candra, panggil nama saja jika di luar jam kerja."

"Baik tuan— eh Dra." Ayah hanya tersenyum canggung.

Beberapa saat kemudian Arvi tertidur lagi, jadi mereka tidak jadi mampir minimarket. Seta langsung melaju melalui jalan pintas menuju mansion keluarga Heize, melewati jalan yang kanan-kirinya ditumbuhi pohon lebat, seperti di tengah hutan.

"Tuan, ada 2 mobil yang mengikuti kita," ucap Seta.

"Saya juga merasa mereka mengikuti kita sejak tadi, percepatan kecepatan mobil dan tetap hati-hati." Seta langsung menambah kecepatan mobilnya.

Mobil yang mengikuti juga menambah kecepatan dan ....

DOR!

DOR!

Ckiittt!!!

Suara 2 tembakan lolos mengenai ban mobil, beruntung Seta bisa mengendalikan mobil supaya tidak oleng.

Arvi yang kaget mengeratkan pelukannya pada Ayah yang dibalas tak kalah eratnya oleh Ayah untuk memberikan rasa tenang pada Arvi.

"Ayah ...."

"Tenang ya sayang, tidak apa-apa," ucap Ayah menenangkan Arvi.

"Shit!" umpat Seta.

Terlihat orang-orang berpakaian serba hitam keluar dari kedua mobil yang membuntuti mereka.

"Tuan, mereka dari Maladis."

"Keluar, Candra tetap di dalam," ucap tuan Rajendra dingin dan tatapannya yang menajam.

PrakāśaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang