3. Perkara Es Krim

514 53 1
                                    

Sebuah meja bundar yang dikelilingi sofa yang mewah dan empuk, di sinilah sekarang Ayah Candra dan Arvi berada bersama beberapa anggota keluarga Heize, di ruang tamu mansion Heize. Setelah sarapan bersama, kini Ayah dan Arvi disidang- mengobrol biasa tapi terasa kurang nyaman. Hanya Ayah saja sih, Arvi mah bodo amat.

"Candra Adhiraka, manajer operasional di HZ Company. Benarkah itu?" tanya tuan Dimitri— Tuan Besar Heize.

"Benar tuan Dimitri," jawab Ayah sopan.

Tuan Dimitri melihat Arvi yang asyik sendiri makan jajanan yang ada di meja, sayang katanya kalau tidak dimakan.

"Anakmu manis sekali Candra." Arvi mendelik mendengar ucapan tuan Dimitri.

"Adek, namanya siapa?" ucap Dimitri menatap Arvi lembut. Tapi di mata Arvi terlihat seperti .... Entahlah.

"Arvian," ucap Arvi singkat.

"Usianya berapa Can?" tanya Ferdi— anak pertama tuan Dimitri.

"Baru 15 tahun, Tuan."

"Uutu imutnya." Dimitri mendekati dan bersiap mencubit pipi tembam Arvi.

Arvi segera menghindar, berlindung pada Ayahnya. Ayah sedikit kaget saat Arvi tiba-tiba memeluknya.

Raut wajah Dimitri menjadi sedih karena Arvi menghindarinya, lalu mundur perlahan ke tempatnya semula. Ayah Candra yang melihat itu merasa tidak enak hati.

"Ayah ayo pulang," bisik Arvi pada Ayah.

Ayah mendudukkan Arvi di sebelahnya. "Tuan, jika sudah tidak ada apa-apa lagi, saya dan anak saya mohon izin pamit pulang."

"Baiklah, silakan. Mobil Anda ada di depan. Mari saya antar ke depan," ucap Rajendra.

"Terima kasih untuk sarapannya Tuan, saya permisi." Ayah Candra dan Arvi berdiri, Ayah menggandeng tangan mungil Arvi, lalu berjalan keluar mengikuti Rajendra.

Setelah mengantar Candra dan Arvi, Rajendra kembali ke ruang tamu yang masih ada Ayahnya dan saudaranya. Hanya untuk duduk dan sekedar mengobrol, karena hari ini masih libur akhir tahun.

"Hah ... aku harap bisa memilikinya."

"Memiliki siapa? Anaknya atau bapaknya?" goda Ikhsan.

Rajendra mengheashot Ikhsan dengan hp yang dipegangnya. "Bodoh, tentu saja anaknya!"

"Kau juga bodoh Dra, dia masih ada ayahnya. Jangan gila!" peringat Dimitri.

"Iya-iya Pah," ketus Rajendra.

"Sepertinya otakku tergeser."

"Otakmu memang sudah geser wahai adikku," ledek Ferdi.

( ◜‿◝ )♡

Ayah Candra sedang menyetir dengan Arvi yang duduk di sebelahnya, mereka masih dalam perjalanan pulang. Perjalanan cukup lama karena jauh dan jalannya yang berkelok-kelok.

"Ayah, Arvi mau jalan-jalan," ucap Arvi pada Ayah.

"Mau ke mana sayang?" Ayah melirik Arvi.

PrakāśaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang