Setelah libur satu hari, Ayah dan Arvi memulai aktivitasnya seperti biasa. Ayah yang bekerja, dan Arvi yang sekolah. Tahun ajaran ini Arvi lulus SMP, begitu juga dengan Dio dan sahabatnya yang lain. Mereka juga telah melaksanakan Ujian Sekolah, jadi tinggal menunggu hasil dan hari perpisahan.
Seperti biasa, Ayah mengantar Arvi ke sekolah dulu sebelum ke kantor. Mobil Ayah sudah memasuki area sekolah, ayah berhenti memberhentikan mobilnya di depan sekolah.
"Jangan nakal, jangan banyak tingkah," ucap Ayah sambil menyalami Arvi.
"Iya, Ayah."
"Pulang nanti Ayah jemput."
"Iya."
"Kiss dulu dong." Ayah menunjuk pipinya agar dicium Arvi.
"Muuaaaah." Ayah wajah lebih berseri-seri setelah dicium Arvi.
"Arvi, turun ya Yah. Dada." Arvi membuka pintu mobil lalu turun dan melambaikan tangan ke Ayah.
Setelah mobil Ayah tak terlihat lagi, Arvi berjalan masuk ke dalam sekolah sambil bersenandung ria.
Arvi berjalan ke kelasnya, menyapa setiap orang yang dia lihat, juga memberi tatapan tajam pada orang yang mengatainya imut dan lucu. Namun tatapan tajam Arvi semakin membuatnya terlihat imut.
"Kak Arvi udah masuk gais!"
"Makin imut aja deh."
"Ikut Mommy yuk sayang!"
"Eh, enak aja lu."
Adik-adik kelas semakin menggodanya, mereka sangat suka jika Arvi kesal. Begitulah aktivitas pagi harinya di sekolah.
"MY LITTLE BABY BOY!" Seseorang berteriak lalu berlari untuk memeluknya.
"IQBAL BANGSAT! LEPASIN ANJING!" Arvi meronta-ronta di pelukan orang itu. Walaupun dia terlihat polos, tapi juga bisa bar-bar.
Akhirnya Iqbal melepaskan Arvi, tak lupa mencium pipinya terlebih dulu.
"Bisa gak sih, gak usah peluk cium!"
"Mana bisa, kamu itu terlalu sayang untuk dilewatkan." Iqbal mencubit kedua pipi Arvi.
"Sakit!"
"Ha ha ha, iya deh. Ke kelas yuk, udah ditunggu para titan."
Iqbal menggandeng Arvi, atau lebih ke menyeretnya. Mereka menuju kelas sambil adu bac- mulut tanpa henti, ada saja yang mereka debatkan, dan tentunya tingkah mereka berdua membuat siswa-siswi yang melihatnya merasa terhibur.
Hingga akhirnya mereka sampai dikelas setelah beberapa menit, Iqbal menendang pintu kelas yang tertutup membuat yang di dalam kaget.
BRAK!
"ASSALAMU'ALAIKUM WAHAI UMAT-UMAT MANUSIA."
"ANYINK KAGET."
"IQBAL TAI."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prakāśa
Teen FictionLika-liku perjalanan hidup seorang Arvian Baskara Candra. Yang dituntun setinggi langit, lalu di lepaskan dan jatuh ke lautan dalam. Begitu gelap dan dingin. Tenggelam dalam lautan abadi adalah keinginannya saat itu. Hingga seseorang menariknya kelu...