i - Tiba

762 94 7
                                    

PERINGATAN!! Tulisan mengandung kata kasar, tidak untuk ditiru!

***

Nala Deniswara. Dipanggil Nala. Usia delapan belas. Jenis kelamin laki-laki. Hobinya main game online yang buang-buang waktu itu. Dan sekarang ia sedang melakukan hobinya. Namun bukan karena ingin, melainkan karena tengah menghindar. Nala terus berteriak pada rekan timnya lewat microphone, meminta mereka untuk mengatasi musuh di sisi timur. Pertandingan penuh teriakan dan umpatan kasar berakhir dengan bahagia, bagi lawan Nala. Nala dan rekannya kalah.

Kolom pesan di pojok kanan tampak terisi. Nala membukanya tanpa banyak pikir.

Beterixeu0102: Main lagi, gak, La?

Nala diam sejenak sebelum membalas pesan dari temannya itu. Anggap saja tengah berpikir. Ia sebetulnya tidak dalam suasana hati baik untuk main satu ronde lagi. Namun dibandingkan membalas pesan penuh keingintahuan yang memenuhi notifikasi WhatsApp-nya, ia lebih baik main game online.

Nalaiswara0214: Boleh.

Nala menerima undangan dari pengguna Beterixeu0102. Setelah memilih karakter yang akan dimainkan, ruang kamar itu kembali penuh dengan umpatan kasar yang penuh amarah.

Ini adalah caranya menyalurkan kekecewaan dan pilu. Nala, salah satu dari sekian banyak orang yang mendapat warna merah saat membuka pengumuman tes masuk perguruan tinggi. Nala, yang muak dengan notifikasi pesan yang mayoritas bertanya tentang hasil tes masuk perguruan tingginya. Nala, yang sedang berduka dan mencoba menghibur diri, dengan bermain game online dan berteriak.

"BANGSAAATTT!!!" teriaknya bagai tiada hari esok. Ingat, tidak untuk ditiru!

***

Sulung Deniswara itu lelah berteriak, lelah juga matanya menatap layar. Dengan langkah berat ia menuruni tangga. Suara dari ruang televisi begitu keras, tapi tidak ada siapa pun di sana. Pasti Hana yang menyalakan televisi, lalu lupa atau sengaja tidak dimatikan.

Serial Upin & Ipin. Nala menghela napas, lantas mencari remot TV.

"Warna merah, warna cinta—" dialog karakter Mei Mei terpaksa berhenti karena Nala mencabut kabel TV.

Nala berbaring di atas sofa. Ia bergerak menyamankan posisi. Sofa berwarna merah maroon dilirik. Lantas hilang sudah mood-nya untuk berbaring di atas sofa.

Pergilah ia menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Begitu sampai di wastafel, sabun batang Lifebuoy berwarna merah membuatnya urung untuk melangkah lebih dekat.

"Abang!" teriak adik satu-satunya, Hana. Benar-benar satu-satunya. Keluarga Deniswara hanya memiliki 2 anak. Nala hanya punya satu adik. Kalau-kalau ada yang mengaku menjadi adik Nala selain Hana, maka jangan percaya.

"Abang lihat jepit rambut warna merah—"

"Gak lihat!"

Merah, merah, merah. Apa hanya ada warna itu di dunia ini?!

***

"Abang Nala—loh, mana orangnya?"

Suara yang lembut tapi menantang itu milik Bunda. Sebenarnya namanya Elis, tapi kan tidak sopan kalau Nala memanggilnya Elis.

Bunda Elis membuka pintu kamar lebih lebar. Dari balik selimut yang hampir membentang dari ujung ke ujung kasur, sebuah tangan menyembul keluar. Bagai hantu dalam film yang muncul dari tempat sempit, Nala melambaikan tangan dengan lemah.

Kunjungan Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang