Kaira benar tentang mendengar lagu bersama orang lain membuatmu mengingat orang itu kembali saat mendengar lagu yang sama. Dia benar, sangat benar. Nala tengah mendengar ulang lagu-lagu yang kemarin didengar bersama Kaira. Tujuannya hanya satu, agar kenangan itu terulang kembali di kepala, berputar-putar seperti video dalam mode looping. Ingatan itu datang lagi, tentang bagaimana Kaira menatapnya dari samping secara rahasia. Bersenandung bersama atas lagu yang sama-sama diketahui. Bagaimana cuaca pada hari itu, hangatnya cahaya matahari, semilir angin yang terkadang mampir membelai lembut kulit. Semua kembali begitu 10.000 Hours oleh Dan + Shay & Justin Bieber diputar.
Itu sebenarnya hanya satu dari sekian banyak yang didengar. Hampir satu setengah jam mereka larut bersama alunan musik berasal dari sebuah kepala earphone. Menyenangkan, dan Nala ingin melakukannya lagi.
Namun sayang, hari ini hujan turun begitu lebat. Sejak Nala membuka mata di pagi hari, sampai akhirnya jam bergulir menyentuh pukul satu siang. Nala tidak bisa bertemu Kaira hari ini. Sayang sekali. Tapi tidak masalah. Cuaca hujan membuat suhu menurun. Hari yang biasa panas kembali sejuk beriringan dengan jatuhnya air akibat gravitasi. Suhu yang pas untuk ... UNTUK APA??? Benar sekali! TIDUR SIANG.
Esok hari tiba, dan hujan tidak kembali turun. Walau begitu, Nala masih belum bisa bertemu dengan Kaira. Ia pergi mendaki bukit dengan kaki berlapis ladang bunga matahari, Kaira tidak ada di sana. Kemudian keesokannya, ia mengunjungi pesisir sungai, tempat kedua kalinya mereka bertemu. Tidak ada yang lain kecuali bebatuan dan aliran sungai yang tenang. Kemudian Nala kembali pulang dengan berlari karena tiba-tiba kucing putih yang tempo hari ditolongnya muncul kembali.
Segalau apapun hatinya kini, waktu terus berjalan, dan hari berganti hari. Nala paling benci ditinggal tanpa suara, dijauhi tanpa alasan jelas. Nala benci kebingungan seorang diri, menunggu kepastian yang tak datang kembali. Namun untuk kasus Kaira kali ini, ia bisa maklum. Bagaimanapun, mereka tidak pernah bertukar nomor telepon, atau akun sosial media lain. Jikalau harus pergi jauh pun Kaira pasti kesulitan untuk menghubunginya.
Nala berjalan lesu, keliling-keliling desa yang sudah agak familiar di mata. Ia berjalan tak tentu arah dengan tak membawa apa-apa. Satu-satunya barang yang ada bersamanya kini hanya baju yang melekat di tubuh. Tanpa sadar ia sudah berada di balai desa. Nala memutar arah, berniat berjalan pulang sebelum akhirnya seseorang menyerukan namanya.
"Nala!"
Terdengar langkah kaki mendekat. Nala memutar arah kembali.
"Benar Nala, 'kan?" Tari tersenyum begitu tiba di depannya. "Tumben sekali kelihatan di sekitar sini."
"Hehe, iya, ini baru mau balik," balas Nala sekenanya.
Tari mengangguk. "Eh, sebelum pergi, ada bingkisan buat kamu. Sebentar," katanya, kemudian melenggang pergi.
Kalau ingin jadi orang jahat, Nala akan langsung melarikan diri begitu jauh dari jangkauan Tari. Sayangnya ia terlalu punya hati untuk melakukan itu.
Tari kembali dengan sebuah kantong plastik merah. Ia berlari kecil karena khawatir Nala menunggu terlalu lama. Di jalan tadi, Nala menemukan orang-orang membawa kantong plastik serupa.
"Salam, ya, buat Bu Sumi," Tari menyodorkan plastik merah.
"Iya, nanti gue sampaiin. Makasih, ya? Kalau gitu, gue pamit," kata Nala sebelum undur diri dari hadapan Tari.
"Hati-hati!" Gadis itu melambaikan tangan sampai akhirnya Nala tak tampak di mata.
Bagaimana ini disebut. Jalan-jalan membawa berkah? Iseng-iseng berhadiah? Nenek pasti bangga mendapati Nala pulang dengan tentengan di tangan padahal tak modal uang sepeser pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunjungan Bulan Juni
FanfictionDi antara mekarnya bunga matahari, matanya hanya tertuju pada sesuatu di puncak sana. Bunga paling cantik di antara para bunga. Bunga yang membuatnya percaya akan cinta pandangan pertama. • • • Karena galau akibat ditolak dua kali oleh pergurua...