Pagi dini hari tepat pukul 3, secara ajaib Nala terbangun karena bermimpi dehidrasi di gurun pasir tandus. Secara ajaib juga ponselnya mendapat sinyal 4G yang kalau menonton YouTube tidak perlu diterpa buffering tiap menit. Walaupun itu hanya berlaku selama sepuluh menit ketika Nala tengah mengambil air di dapur. Lokasinya tepat di sebelah dispenser tanpa listrik. Selama sepuluh menit itu juga Nala gunakan untuk membuka aplikasi chat yang mana membuatnya menyesal kemudian.
Tante Ami: Nala gimana hasil tesnya? Anak tante alhamdulillah keterima di U** lho.
Amelia: NALAAAAA!! Gue keterima, La T.T.
Hana: Bang, pulang beli oleh-oleh yaaa.
Alvin: Bro, gue juga dapet warna cinta. WKWKWKWK. Ya mau gimana lagi.
Gifar: Lo ngilang ke mana dah? Gara-gara pengumuman SBMPTN? Yaelah, tahun depan masih bisa nyoba lagi.Dan masih banyak lagi pesan yang menumpuk. Nala kembali mematikan ponsel setelah meneguk air. Tes masuk perguruan tinggi negeri adalah hal yang tidak ingin ia bahas. Dengan langkah gontai ia kembali ke kamar dan melanjut tidur.
Terkadang Nala merasa buruk ketika tidak dapat turut bahagia atas pencapaian seseorang. Kondisi yang biasa terjadi saat ia gagal dalam bidang yang sama, sedangkan orang lain meraih sukses dengan begitu menyenangkan. Karena selanjutnya ia akan membandingkan dirinya dengan mereka, menyalahkan diri kemudian. Contohnya adalah saat ini, ketika Kakek dengan mudah menangkap ayam untuk disembelih sebagai menu makan siang. Sedangkan Nala mendekat selangkah saja si ayam sudah berlarian ke sana kemari, melompat, mencoba terbang dengan sayapnya yang pendek.
"Capek, Kek!' keluh Nala yang bajunya sudah compang-camping dicakar ayam. Ia menjatuhkan diri di atas tanah tanpa peduli kotor.
Kakek tertawa hingga menambah keriput pada wajahnya.
"Kalau gagal mencapai suatu tujuan, yang diubah itu bukan tujuannya, melainkan cara mencapainya. Kamu mau nangkep ayam tapi langkahnya berisik gitu, gimana 'ndak lari?" nasehat Kakek yang sekarang sudah menggendong dua ekor ayam. Satu di kanan, satu di kiri.
Nala mendengus. "Kenapa enggak beli ayam potong di pasar aja, Kek? Kan praktis."
Lagi-lagi Kakek tertawa. "Nenekmu yang 'ndak mau, katanya biar hemat. Untuk apa ternak ayam kalau masih beli ayam potong di pasar," kata Kakek, ia menciumi puncak kepala ayam dalam pelukannya, "ya sudah, Kakek masuk dulu."
Sementara Kakek berlalu pergi, Nala tidak beranjak sama sekali dari tempatnya. Seekor ayam dengan bunyi petok-petok melewatinya. Kalau tidak salah lihat, ayam itu tersenyum miring pada Nala seolah mengejek. Bersumbu pendek, lelaki itu terpancing emosi. Nala bangun dan menepuk belakang celananya. Ia memasang kuda-kuda untuk menangkap ayam-ayam itu.
Seperti yang Kakek bilang tadi, langkah yang berisik dapat membuat ayam-ayam itu kabur. Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, Nala melangkah dengan perlahan, mengendap-endap seperti pencuri dalam film. Rencananya, Nala akan menyergap si ayam dari belakang. Sementara dia berjalan sambil menggerakkan bokong ke kanan-kiri dengan kewaspadaan minim, Nala akan mengangkat tubuhnya secara mendadak sehingga dia tidak punya waktu untuk terkejut dan mematok. Rencana yang sempurna.
Jantungnya berdebar. Rasa cemas dan semangat bersamaan. Nala melangkah perlahan, betul-betul perlahan-lahan. Telapak tangan terbuka dengan begitu siap. Ia melangkah. Kemudian melangkah lagi. Tidak menimbulkan suara bagai bayangan. Dan kemudian—HAP! Nala berhasil! Ia menangkapnya! Seekor anak ayam.
Bulunya masih berwarna kuning pudar. Dia tampak lemah tak berdaya dalam genggaman Nala. Sosoknya yang kalem tentu berbeda dengan sang induk. Nyali yang Nala punya terlalu cupu untuk menangkap induk ayam.
Namun seekor anak ayam mampu membuat lelaki itu melompat senang. Ia merayakannya dengan penuh penghayatan. Berada dalam euforia membuatnya tidak awas terhadap sekitar. Total abai dengan induk ayam yang tengah memelototinya akibat anggota rombongan anak ayam yang berkurang satu. Induk ayam yang murka karena salah satu anggota rombongan anak ayam ada dalam genggaman Nala. Kebahagiaan Nala sekejap berubah menjadi tragedi ketika sang induk ayam mulai mematuknya tanpa ampun, mengejar Nala ke mana pun ia berlari.
![](https://img.wattpad.com/cover/312600208-288-k391096.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunjungan Bulan Juni
FanfictionDi antara mekarnya bunga matahari, matanya hanya tertuju pada sesuatu di puncak sana. Bunga paling cantik di antara para bunga. Bunga yang membuatnya percaya akan cinta pandangan pertama. • • • Karena galau akibat ditolak dua kali oleh pergurua...