AYAKA #1

363 205 74
                                    

Hallo all.
Jangan lupa sesudah baca vote ya!

CHAPTER 1 : "KERIBUTAN SAATUPACARA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


CHAPTER 1 : "KERIBUTAN SAAT
UPACARA"

Seperti biasa:)

Seragam dikeluarkan

Sepatu berwarna

Dasi hilang

Tas isi pulpen dan buku kosong.

FOR HARI SENIN:)

Dengan santai Ayana berjalan menelusuri koridor, padahal bell upacara sudah terdengar nyaring, namun Ayana tidak mempedulikan itu. Lagian dia malas untuk mengikuti upacara pagi ini.

"AYANA KASTURI WIJAYA!" Panggil Akana---kembarannya sekaligus ketua OSIS di sekolah.

Ayana menoleh ke belakang, menaikan sebelah alisnya. "What?"

"Ke lapangan atau hukum?"

Ayana memutar bola mata, "gue males upacara please. Lo izinin gue kek kali-kali, lo gak liat nih pipi bengkak gini gara-gara siapa?" Ujar Ayana sambil bersedekap dada, tatapannya seakan menantang Akana.

"Tunggu Bu Ani panggil lo ke ruangannya." Setelah mengucapkan itu Akana pergi menuju lapang.

"Najis, tukang Cepu." Tukas Ayana menatap tajam punggung Akana.

Ayana menghela nafas, dia melanjutkan niatnya ke rooftop. Baru saja beberapa langkah tiba-tiba ada yang menarik telinga Ayana dari belakang.

"AAAA...AAA sakit bangsat!" Sentak Ayana menghempaskan tangan seseorang di telinganya.

Mata Bu Ani hampir saja menggelinding jatuh ke bawah, muka dia merah merona bak kesurupan, telinga dia keluar asap kegelapan, bagaikan banteng mengambil ancang-ancang menubruk dinding yang menjulang....eit skip.

"TIDAK SOPAN KAMU AYANA!" Bentak Bu Ani.

"Lagian ibu sih, ngapain coba tiba-tiba narik telinga saya, saya reflek dong jadi disini saya gak salah." Ujar Ayana.

"Cape ibu, lihat kamu," Keluh Bu Ani sambil mengusap wajahnya.

"Merem aja Bu atau mata ibu congkel biar gak bisa lihat saya."

"Pulang sekolah bersihin gudang belakang, kalo gak kerjain hukuman kamu saya lapor ke pak Wijaya," Ancaman Bu Ani selalu saja membawa-bawa nama ayahnya.

"Ternyata ibu sama aja, menciptakan luka kepada orang lain itu ternyata hal yang mudah. Bukan hanya dari orang-orang terdekat aja, bahkan mereka yang jauh pun bisa menciptakan luka tanpa di sadari"

"Makasih Bu. Saya mau ikut upacara, kalo saya pingsan biarin aja, gak usah di bantuin. Nanti juga lama-kelamaan saya bisa bangun sendiri. Permisi." Ayana melengos pergi meninggalkan Bu Ani yang membisu.

Baru saja Ayana memasuki barisan, dia mendengar orang meneriaki nya dari belakang, "woi..., na lo telat lagi?" Keysa berlari kecil menghampiri Ayana ke barisannya.

AYAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang