AYAKA#17

77 14 7
                                    

Hallo AII...
Gimana dengan kabar hari ini?
Udah bahagia belum?
Aku tau kok telat up😒 jadi jangan marah-marah ya🤣
Dan happy birthday bagi yang ultah🥳

Happy reading....

Chapter 17; "pesta"

Darah keturunan memang tidak bisa di hilangkan terkecuali mereka yang memutuskan untuk mati, banyak keturunan WIJAYA yang tak kuasa menahan dan pada akhirnya mereka terpaksa harus mengikuti alur kisahnya. Begitu kentara kehidupan yang penuh kutukan, bahkan mereka  merasakan di benci tanpa kesalahan, di jauhi tanpa adanya masalah.

Nafas Ayana memburu dia benar-benar syok oleh kenyataan kutukan itu nyata di dalam hidup Ayana, padahal Ayana baru membaca halaman pertama, tapi respon tubuhnya berlebihan sampai berkeringat dingin, buku itu sungguh di luar dugaan Ayana.

Ayana pikir isi buku itu adalah album foto ayah-bundanya, ternyata itu salah besar, isi buku tersebut adalah kata-kata Kramat dan kisah cerita dari keturunan WIJAYA dari masa ke masa.

Tok tok tok

"Ana, apakah kamu ada di dalam?" Ucap Fatamorgana dari balik pintu.

Sontak Ayana langsung menyembunyikan buku itu ke dalam laci meja belajar, setelah itu Ayana mengatur nafas dan mengelap peluh keringatnya agar tidak membuat Fatamorgana curiga.

"Iya, masuk aja Fata," ucap Ayana dengan senyuman khasnya.

"Ternyata kamu di sini aku kira kau pergi keluar, apa kamu sudah sarapan ayana?" Tanya Fatamorgana.

"Preff," reflek Ayana membekap mulutnya untuk menahan tawa, ucapan Fatamorgana terdengar menggelikan, ah sial! kenapa ayana lupa kalo cara bicara Fatamorgana masih kaku dan baku, itu terlalu formal sekaligus menggelikan.

Kening Fatamorgana mengkerut, "Kamu kenapa?" Tanyanya bigung.

"Gak papa Fata, tadi nanya apa? Sarapan ya? Ana tadi udah sarapan duluan, soalnya Ana keburu laper hehe," Jawab Ayana seraya menggaruk tengkuknya, Fatamorgana membalasnya dengan anggukan.

"Oh iya! Ana punya ide mumpung sekarang weekend, Fata mau gak belajar bahasa gaul sama Ana? Biar kehidupan Fata di Indonesia gak kuno-kuno banget."

Fatamorgana hendak berpikir, lalu dia berkata,"Emm..., tidak buruk boleh-boleh saja, tapi hari ini Ayah Wijaya menyuruh kita pergi ke tempat kakek Jhonatan bersama Akana juga."

"Bukannya Akana lagi sakit?"

"Iya, tapi katanya dia akan ikut, sungkan juga karena kakek Jhonatan sendiri yang meminta Akana untuk datang."

Ayana terdiam dengan perasaan dongkol, sebenarnya pesta ini yang Ayana hindari dari dulu, karena Ayana harus terpaksa berkumpul dengan keluarga Jhonatan. Padahal di sini sudah jelas mereka pasti membenci kehadiran Ayana.

Sebenarnya Ayana sendiri pun tidak tahu apa alasan mereka membenci dirinya? Apa mungkin ini ada sangkut-pautnya dengan kutukan itu?

"Lebih baik, Ana di rumah aja ya," cicit Ayana seraya menundukkan wajahnya.

Fatamorgana mendekap tubuh Ayana, lalu mencium pucuk rambutnya, "Jangan terus menghindar Na, kamu masih ingat kata kakek Brawijaya 'jangan menghindari apa yang harus kamu dekati, mereka hanya mengetahui saja bukan mengetahui hal sebenarnya.' Fata tau apa yang bikin Ana seperti ini, tapi yakinlah mungkin suatu hari nanti kamu bisa memperbaiki semua teka-teki dan hasutan ini."

'Tapi dalam buku itu, jika kutukan keturunan Wijaya hanya mempunyai dua pilihan, hidup menderita atau mati,' batin Ayana.

"Hei, kok melamun," tegur Fatamorgana sambil mencubit pipi tirus Ayana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang