Notes : dialog yg bertuliskan miring pada chapter ini, itu berarti kejadian flasback yaa, terima kasih><
ohh iyaa ada sedikit adegan 18+ di akhir chapter, jadi untuk yg belum 18+ bisa di skip.
°°°°
Jelaga onyx Sarada merotasii tatkala kakinya mulai melangkah memasuki apartemen mewah milik boruto. Tak jauh berbeda dengan salah satu apartemen mewah milik sang ayahh, namun sarada sedikit terkejut tatkala melihat segala peletakan barang pada apartemen boruto yg tertata begitu rapi.
"Aku akan memasukan kopermu ke kamar" Ujar boruto setelah melepas sepatunya sebelum mulai membawa koper koper sarada menuju ke kamar.
"Hn, aku akan menaruh belanjaan di kulkas" Ujar sarada menanggapi.
Boruto mengangguk menanggapi ucapan sarada sebelum akhirnya berlalu pergi. Melihat punggung boruto yg tak lagi terjangkau indra pengelihatannya, sarada mulai melangkahkan kakinya semakin dalam memasuki apartemen boruto, melihat lihat, sekaligus mencari letak dapur pada apartemen dengan dua lantai ini.
Sarada menekan tombol pada pintu touchscreen kuklas boruto,hingga pintu kulkas tersebut terbuka sercara otomatis. Sarada membungkukkan tubuhnya, alih alih segera menaruh belanjaan yg baru di belinya ke dalam kulkas, dirinya justru dibuat terkagum kagum melihat isi kulkas boruto yg begitu terorganisir. Iris sarada melebar, untuk pertama kalinya ia bertemu dengan pria seperti ini. Tak ingin terlarut dalam kekagumannya, sarada segera mengeluarkan belanjaanya dari dalam totebag belanjanya lalu mulai mengelompokkannya kedalam kotak kontainer yg berada dalam kulkas boruto.
"Sarada" Panggil boruto meracaukan aktivitas sarada. Sarada menoleh dengan jantungnya yg masih berdebar sebab terkejut dengan boruto yg memanggilnya tiba tiba.
"Apa? " Jawab sarada ketuss.
"Aku memesan makanan, tolong terimaa saat makanannya datang. Aku akan pergi mandi sebentar. "
"Iyaa" Cicit sarada sembari bangkit berdiri dan menutup pintu kulkasnya kembali.
Sarada menghela nafasnya dalam saat boruto tak lagi berada di hadapannya. Sesungguhnya sarada saat ini sungguh lelah,gaunnya tadi terasa sungguh berat, dan ia terlalu banyak berjalan menggunakan hels tinggi itu, membuat kakinya kini terasa sakit, ingin rasanya Sarada cepat cepat beranjak naik ke atas kasur dan tidur, hanya sajaa sarada bukanlah tipe wanita yg bisa tidur jika ada barang miliknya yg tidak berada di tempatnya. Karna itu, untuk malam ini sarada berfikir untuk tidak tidur, lalu memuas muaskan tidurnya esok harii.
.
Sebuah suara benda yg terjatuh mengacaukan tidur boruto. Membuat pria yg akrab di sapa Bolt itu terbangun dari tidurnya dengan jantung yg berpacu kencang. Sayup sayup boruto membuka jelaga biru lautnya yg tertutup oleh kelopak matanya, namun silaunya sorot cahaya yg di pancarkan oleh lampu dikamarnya membuat boruto mau tak mau memicingkan matanyaa.
"Bukannya tadi lampu sudah kumatikan? " Cicit boruto sembari mengerjapkan matanyaa beberapa kali.
Dengan jantungnya yg masih sedikit berdebar, boruto mengeyakan bedcover yg menyelimuti setengah tubuhnya, menurunkan kakinya, dan menginjakkannya pada marmer dingin lantai kamarnya.
Perlahan boruto berjalan menuju walkincloset nya yg ia duga sebagai sumber suara, namun betapa terkejutnya boruto yg justru mendapati sarada yg tertidur dengan posisi terduduk di meja riasnya.
Melangkahkan kakinya semakin lebar, boruto segera menyambangi sarada, memastikan bahwa wanita –istri– itu dalam keadaan baik baikk sajaa.
"Sarada?? " Panggil boruto membungkuk di hadapan saradaa. Saradaa yg merasa tidurnya terganggu karna suara boruto lantass mengerang, membuat boruto reflekk saat itu jugaa menghelaa nafasnyaa legaa sebelum akhirnyaa ia sedikit menggeser kepalaa saradaa dan membawa satu tangannya ke bawah tengkuk wanita itu dan satu tangannya yg lain ia letakan pada bawah lutut sarada, membawa sarada ke dalam gendongan boruto ala bridal style.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking To Happiness
RomantikDijodohkan dengan seorang pria yang tak ku kenal sebelumnya, bahkan wajahnya pun tak aku ketahui. sedangkan pernikahannya akan segera dilangsungkan satu bulan dari mereka memberitahu ku tentang perjodohan bodoh itu. Bagaimana mungkin aku bisa tenang...