Boruto mengalihkan sejenak atensinya dari jalan raya, melirik saradaa yg menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil dengan mata terpejam. "Kita pulang saja, kita bisa memberitahu ayah dan ibu lewat telfon sara" Ujarr boruto yg segera di sautii gelengan kepala dari saradaa.
Boruto menghela nafas gusar. Ia mengerti Sarada ingin memberi tahu langsung kabar bahagia tersebut pada naruto dan Hinata, hanya sajaa dengan keadaan Sarada sekarang membuat boruto khawatir. Ia tak ingin terjadi hal buruk pada Sarada, maupun jabang bayinya yg berada dalam kandungan Sarada.
Saradaa memijat pelipisnya memutar, tubuhnya entah mengapa tiba-tiba lemas, kepalanya pusing,bahkan ia merasa muall. Padahal sebelumnya ia merasa baik baik saja dan tidak ada yg salah dengan dirinya. "Huekk..... "
"Sarada" Seru boruto dan sontak segera menepikan mobilnya ke tepi jalan.
Boruto melepas seatbelt yg dipakainya, dan segera menghadapkan tubuhnya pada saradaa. Gurat wajah pria bersurai kuning itu kinii nampak tertekukk, tersirat rasa khawatirnya yg tergambar begitu kentara pada wajahnyaa. "Minum" Ujar boruto menyodorkan sebotol air pada Sarada dan membantu Sarada untuk meneguk air yg berada pada botol mineral tersebut.
"Aku tidak apa apa" Ujar saradaa setelah meneguk hampir tandas air mineral yg boruto berikan. Boruto mengerutkan alisnyaa, tidak apa apa bagaimana? Bahkan hanya dari melihat wajahnya saja orang pasti akan tau kalau Sarada sedang tidak baik baik saja. "Gpp gmn? Wajahmu pucatt begituu" Sangkal boruto yg langsung mendapatkan tatapan tidak suka dari Sarada. "Sudah ku bilang hanya mual biasa! Kau diamlahh! " Jawab Sarada meninggi, sungguh Sarada merasa moodnya kini jauh lebih mudah berantakan dibanding sebelum ia hamil. Apa ini karna hormon?
Boruto kembali menghela nafasnya, berusaha mengatur kembali emosinyaa. "Meski kau bilang tidak apa apa, tapi kita tidak akan ke ayah. Kau harus istirahat Sarada"
Sarada melotot mendengar ucapan boruto,ia menatap boruto sengit. Mengapa ia begitu memaksa? Padahal sudah jelas jelas ia katakan kalau ia tidak apa apaa, ini hanya mual biasa! Itu sudah sering terjadi.
"Ayolahh.... Ayah pasti akan mengerti. Lagi pula kenapa kau begitu bersikerass untuk kesanaa??". Boruto melembutkan suaranya, menatap dalam onyx sarada yg menatapnya begitu tajam. " Oke? " Tanya boruto kembali seraya mengusap poni Sarada, menyelipkan helaian rambut tersebut pada daun telinga sarada.
Tatapan Sarada melembut tatkala sentuhan boruto berhasil meredakan emosinya. Sarada kembali menyandarkan tubuhnya pada kursii mobil, dan segera menanggapi boruto dengan anggukan kepala kecil. Boruto mengulas senyumnya begitu Sarada menganggukan kepalanya, lalu mengacak kecil puncuk rambut sarada.
Blushh...
Pipi Sarada merona. cepat cepat wanita itu membuang wajahnya ke arah jendela, tak ingin membiarkan boruto menangkap basah dirinya yg tersipu karna pria itu. Namun meski telah melakukan itu, Sarada merasa bahwa boruto menyadarinya. Sarada sangat tak mengerti mengapa akhir akhir ini ia begitu mudah terbawa perasaan pada pria itu. Ia menjadi begitu emosional, dan moodnya terasa tak stabil. Bahkan saat boruto lembur karna masalah kantor pun Sarada merasa aneh, seperti sedih, ingin marahh, takut dan sebagainya. Sarada tak mengerti kenapa, namun sampai saat ini Sarada ingin menganggap bahwa itu hanyalah bawaan dari sang bayi. Ia yakin! Pasti karna itu, bukan karna yg lain. Pasti!
Namun meskipun Sarada ingin menganggap begitu, tidak bisa Sarada pungkiri, saat boruto mengacuhkannya, Sarada merasa seperti ada yg tak beres dengan hatinya, dan itu tak seperti biasanya. Bahkan saat melihat boruto berbincang bagitu asiknya dengan wanita lainn, meskipun itu adalah teman boruto sendiri, membuat jantung saradaa berdebar tak karuan. Ia merasa takut. Takutt pria itu akan meninggalkannya, dan pergi memilih yg lainn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking To Happiness
RomanceDijodohkan dengan seorang pria yang tak ku kenal sebelumnya, bahkan wajahnya pun tak aku ketahui. sedangkan pernikahannya akan segera dilangsungkan satu bulan dari mereka memberitahu ku tentang perjodohan bodoh itu. Bagaimana mungkin aku bisa tenang...