Boruto mengedipkan matanya, ia meletakan satu tangannya menutupi matanya. Boruto tak percaya, ia sungguh tak habis fikir. Ia bahkan tidak pernah terbesit sedikitpun dalam fikirannya bahwa ia sungguh akan melakukan ini dengan saradaa di malam pertama pernikahan mereka. Wanita itu sungguh menghipnotis nya,bahkan tak lelah lelah Sarada selalu memikat boruto dengan pesonanya. Hingga sekarang, entah sudah berapa kali wanita itu membuat boruto jatuh hati padanya.
Mengalihkan pandangannya kesamping, boruto memperhatikan lamat lekuk wajah Sarada yg tergambar begitu sempurna, hingga seperkian menit kemudian Sarada mulaii mengerjapkan jelaga nya. Mempertemukan kembali jelaga onyx nya dengan jelaga biru laut boruto untuk kesekian kalinya. "Pagii" Ujaar boruto sembari menyandarkan dirinya pada headboard kasur.
"Pagi" Cicit sarada menanggapi ucapan boruto dan kembali terdiam seraya memandangi langit langit kamar.
Sarada meringiss mengingatt apa yg terjadi di antara dirinya dan boruto semalam. Ia sungguh tak menyangka bahwa dirinya sungguh dipenuhi dengan napsuu seperti itu. Jujur itu membuat saradaa menjadi sedikit takut pada dirinya sendiri. Itu normal bukan? Atau sarada memang terlalu buas? Namun boruto sungguh menghipnotis nya, ia tidak bisa melawan hasratnya, ia tidak bisa menolaknya ataupun mengendalikan dirinya sendiri.
"Apa kau lelah? Aku berencana ke rumah ayah setelah ini" Ujar boruto memulai konversasi. "Baiklah, aku akan mandi sekarang" Saut Sarada mendongak menghadap boruto.
Sarada menyibakkan bedcover dari tubuhnya. reflek boruto segera menolehkann kepalanya ke arah lain dan memejamkan matanya. Meskipun boruto telah melihatnya semalam, namun boruto tidak mau melihatnya tanpa seizin dari saradaa sendiri. Terlebih lagii, jika melihat saradaa tanpa balutan sehelai benang pun seperti sekarang, boruto yakin itu akan membuatnya menjadii canggung dan gelagapan sendiri di saat yg bersamaan.
"Borutoo..... " Panggil Sarada datar beberapa saat setelah ia pergi dari kamar.
"Hmm?? "
"Kau melihat ponselku? "
"Di atas kulkas skincare mu" Saut boruto sedikit berteriakk.
"Ohh baiklahh"
°°°°°
Suaraa gelegar tawaa terdengar seanteroo ruang kerjaa naruto. Pria itu tampak begitu asik berbincang dengan putra sulungnya siang inii.
"Bagaimana semalam? " Ucap naruto mengundang rona merah menyambangi pipi putranya tersebut. "Seperti bagaimana seharusnya(?) " Saut borutoo membuat naruto kembalii terkekeh-kekeh.
"Putraku akhirnya sudahh dewasaa, hahaha"
"Tapi aku memang sudah dewasa semejak beberapa tahun lalu yahh" Protess borutoo yg merasaa tidak Terima karna ayahnya baru mulai menganggapnya dewasa hari ini. "Tapi menurut ayah dan ibumu ini kau baru dewasa semenjak kemarin tauu, hahahahha" Ujarnya menepukk pundakk putranya tersebut berkali kali,dan benar saja kan dugaan Boruto. Boruto tersenyum masam dengan tingkah sang ayah, entah pada bagian mana yg lucu hingga membuat ayahnya tersebut tak berhenti brrhenti tertawa sejak tadii. Sungguh humor ayahnya ini memang terlewat rendah. Boruto mengakui humornya pun cukup rendah, tapi tolong bandingkan humornya dengan naruto. Maka dari situ kalian akan menyadari seberapa rendahnya humor naruto.
"Bagaimana menurut mu tentang itu? " Lanjut naruto namun tak berhasil tercerna dengan baik oleh boruto. "Itu apa? "
"Semalam"
"Ayahhh, bisa kau lupakan pembahasan itu? " Rajuknya kembali membuat naruto tertawa. Lihat? Bagian mana yg lucu hingga pantas di tertawakan? Atau dari pada humor rendah, boruto rasa ayahnya ini lebih cocok untuk di bilang garing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking To Happiness
RomansaDijodohkan dengan seorang pria yang tak ku kenal sebelumnya, bahkan wajahnya pun tak aku ketahui. sedangkan pernikahannya akan segera dilangsungkan satu bulan dari mereka memberitahu ku tentang perjodohan bodoh itu. Bagaimana mungkin aku bisa tenang...