bab 11

406 42 9
                                    

4 bulan kemudian.

"Tidakk.... Pakaian ini juga tidak pantas di tubuhku" Ujar sarada pada pantulan dirinya di cermin.

Wanita berbadan dua tersebut mengerang frustasi, sudah berbagai macam pakaian ia cobaa dan ia terus merasa tak ada yg cocok dengan dirinya. Perutnya sudah sangat membuncit saat ini, tak heran mengingat usia kandungan nya telah menginjak pertengahan tujuh bulan.

Tak lama boruto menampakan dirinya di hadapan sarada. Alisnya berkerut, menyadari wajah frustasi yg tersirat dari wajah istrinya. "Ada apa? " Tanya boruto menyambangi sarada yg terduduk pada kursi meja rias.

"Aku tak mau keluar rumah" Desis sarada lantas menenggelamkan wajanya pada meja rias.

Jawaban sarada tak ayal membuat tanda tanya besar semakin terpampang pada wajah boruto, ia mengelus puncuk kepala sarada, dan mencoba bertanya dengan hati hati,apa yg membuat istrinyanya tersebut merasa begitu. "Kenapa hn? " Tanya boruto.

Satu dua kali wanita tersebut tak mengidahkan pertanyaan boruto, ia hanya terdiam, bahkan tak mengarahkan atensinya sedikitpun pada eksistensi boruto di sampingnya. "G mau cerita nih? " Tanya boruto untuk kesekian kalinya yg akhirnya berhasil mendapatkan atensi dari sang empunya.

"Bolt.... Katakan dengan jujur, apa aku sekarang jelek? " Cicit sarada tanpa memusatkan atensinya pada boruto.

Boruto terkekeh kecil, ia sekarang mengerti apa permasalahannya disini. Namun boruto sendiri cukup terheran heran, tak biasanya ia menemukan seseorang dengan darah uchiha tak puas dengan dirinya sendiri,apalagi ini adalah sarada. Terlebih sarada pun biasanya tak seperti ini, jadi ini cukup menarik perhatian boruto.

"Kenapa bicara begitu?"

"Tak ada satu pakaian pun dilemari yg pantas di tubuhku. Aku benar benar terlihat sangat gemuk dikaca"

"Gemuk gimana? Aku masih bisa menggendong mu seperti biasa kan? Lagipula bajumu itu sangat banyak, mana mungkin kau mencobanya semua"

"Iya tapi rata rata tak cocok"

"Coba kemari, bediri" Boruto menepuk pundak sarada, meminta wanita tersebut untuk berdiri di hadapannya.

Sarada bangkit dengan malas, ia memutar bola matanya berhadapan dengan boruto. Tiba tiba tangan boruto terangkat menyentuh kedua bahu sarada dan memutar tubuh istrinya tersebut menghadap kaca. "Lihatt... Dimananya yang tak cantik?" Boruto menjulurkan tangannya dari belakang, melingkarkannya pada perut sarada yg telah membesar. "Dimananyaa yg gemuk? Kau sedang hamil, jadi jika terlihat lebih besar itu wajar" Seru boruto meletakkan dagunya pada pundak sarada. "Itukan menurut mu. Lihat saja, pakaian ini bahkan juga tak pantas ku pakai" Rutuk sarada mengelak dari segala ucapan boruto. "Yasudah, mau beli lagi? "

"Boros"

"Mau engga?"

"Gk, nanti juga ku yakin tak akan ada yg cocok" Seru sarada mengerlingkan pandangannya dari cermin. "Kamu cantik sayang"

"Gk usah bohong, orang bohong itu g setia."

Boruto mendengus kasar, ia melepaskan pelukannya dari sarada, dan meletakkan satu tangannya pada lutut bawah sarada.

Sarada terjengkit begitu dengan tiba tiba kakinya tak lagi menginjak pada lantai. "Lihat masih bisa mengangkat mu" Cicit boruto melirik sarada.

Sarada melongo dengan sifat boruto yg selalu saja berhasil membuatnya terkejut. Tiba tiba memanggilnya sayang, memeluknya, memberinya hadiah, melakukan tingkah konyol, menggombal dan sebagainya. Sarada terkekeh-kekeh dalam gendongan boruto, ia menepuk pelan bahu tegap suaminya tersebut. "Wajahmu tidak bisa berbohong kau tau? Kau sangat kepayahan bukan mengangkatku" Cebik sarada memandangi jelaga biru boruto dengan tatapan congkaknya.

Matchmaking To HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang