bab 14

325 26 7
                                    

Iris violet itu berotasi, menelusuri setiap sudut ruangan cafe tersebut. Suasana yang sunyi, tak ada hiruk pikuk yang menganggu ketenangan, karna tak banyak pengunjung yang datang. Wanita beriris violet dan surai indigo tersebut lantas mendudukan dirinya pada bangku single yang berada di tengah ruangan dengan sekatan. Ia melepas coat nya dan mendesah pelan, ketika rasa lelah segera menguar dari tubuhnya tatkala ia mendudukan diri pada bangku yang empuk. Lantas wanita tersebut memanggil pelayan, memesan beberapa makanan ringan untuknya bersantai hari ini.

Sudah lama ia tak mendapatkan libur, dan terus berkutat dengan pekerjaan yang membuatnya harus bepergian ke luar kota bahkan ke luar negeri lebih dari 2 kali sebulan. Kali ini ia benar-benar akan menghabiskan liburannya dengan memanjakan dirinya sendiri. Berbelanja, pergi ke klinik kecantikan,mendatangi restaurant yang di inginkannya, dan melakukan hal menyenangkan lainnya tanpa gangguan apapun. Setidaknya begitulah yang wanita itu pikirkan sampai sebuah suara menginterupsi pikirannya yang melalang buana merangkum betapa indahnya scenario untuk hari ini.

"Sumire?" Wanita yang merasa sebagai sang empu dari nama tersebut menoleh tatkala suara seseorang menyambangi gendang telinganya.

"Sumire kan benar? Ya Tuhan, kau benar-benar tak bisa di hubungi. Bahkan sulit sekali bertemu denganmu" Gadis dengan iris apricot itu berbinar senang. Hal tersebut agaknya berbanding terbalik dengan wanita pemilik nama tersebut. Sumire kini tersentak, dalam hati ia bercicit bahwa sial sudah liburnya hari ini.

"Iyaa, aku kembali dua minggu lalu.... Kebetulan aku baru selesai makan, aku pergi duluan ya Wasabi" Dengan senyum manis Sumire kini mengambil coat yang sebelumnya ia sampirkan pada kursi, lantas bangkit berdiri hendak meninggalkan Wasabi yang masih terdiam di samping mejanya.

"Permisi, pesanannya" Ucap seorang waiters yang mendatangi meja Sumire, membuat Sumire yang baru saja hendak pergi meringis. Tertangkap basah baru saja berbohong di hadapan orang yang di bohonginya.

"Terimakasih" Ucap Wasabi, mewakili Sumire yang masih terdiam mematung. Wasabi kini mendudukan dirinya pada kursi yang berada di samping Sumire. "Jadi? " Wasabi bertanya, tanpa menoleh sedikitpun menatap Sumire yang masih membelakanginya.

Sumire kembali mendudukan dirinya, dan mendengkus nafasnya kasar. "Sepertinya ada orang baik hati yang memesankanmu makanan lagi ya? " Ucap Wasabi sarkas.

Ah, ini menyebalkan. Kenapa sukar sekali rasanya untuk Sumire bersantai sejenak setelah akhirnya dapat libur walau sehari? Sehari saja tidak bisakah ia jauh dari kata stres.

"Aku ada janji setelah ini, maaf aku buru-buru"

"Sumire aku tidak bodoh" Apricot Wasabi menilik tajam iris violet Sumire. Apakah Sumire benar-benar berfikir dia akan percaya dengan alasan clasic semacam itu?

"Biar ku tebak, kau bukan sulit di hubungi dan ditemui, tapi sengaja menghindariku"

"Aku benar-benar sibuk. Hari ini bahkan hari liburku setelah sekian lama"

"Iya, sibuknya memang benar. Tapi di luar itu, benar juga kau menghindariku. Berhenti berdalih, katakan saja kenapa"

Sumire mengerutkan keningnya. Secarik seringai menghiasi parasnya seperkian detik. "Kau bertanya karna tak tau? "

"Aku tidak tau" Jawab Wasabi tak gentar. Sumire lagi-lagi menghela nafasnya lelah. "Kebiasaan burukmu kembali lagi. Aku tau ini ulah mu, sama seperti ketika aku dengan Kawaki dulu."

"Jangan berbelit, Sumire"

"Dan jangan pura-pura tidak mengerti, Wasabi. Aku tau kau yang menyebar rumor aneh-aneh tentang ku dan Boruto kan" Sumire mengecilkan volume suaranya. Ia menelengkan kepalanya, menatap penuh peringatan Wasabi dihadapannya.

Matchmaking To HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang