"Lo udah gue bilangin, El. Gak usah Dateng kerumah gue, akhirnya gini kan jadinya.", Jemari Elvano membungkam mulut Alena, sampe Alena berhenti bicara. Dia gak perlu omongan itu, yang dia perlu dia ketemu sama Alena malem ini."Lo khawatir sama gue?", Alena juga bingung, sama dirinya, kenapa dia marah, aturan dia biasa aja dong, bahkan seneng. Ini bisa jadi pelajaran buat El.
Gadis berdecak sebal. "Bisa gak si Lo gak usah ngalihin pembicaraan?."
"Gue cuma tanya,"
Alena diam, sambil melihat tubuh Elvano yang bertambah luka baru, kalo kaya gini, Alena jadi gak tega. Padahal ini ulah El sendiri, mangkanya lah El, gak usah batu.
"Lagian, heran banget gue sama Lo, khawatir sama gue, tapi ikut gebukin gue, luka yang kemaren aja belum sembuh, ini lu buat luka lagi", Alena menghela napas panjang. Iya dia tau dia salah ikut mukulin El. Dan menjadi gak enak sama cowok resek ini.
Alena langsung masuk ke post satpam, dan ambil obat luka. "Sini,". Mereka berdua duduk di depan gerbang rumah Alena.
"Gue gak terima modusan lo. Jadi janji dulu kalo gue obatin, Lo gak akan kasih sun Lo itu ke gue. Kalo enggak, bakal gue tambah lagi ni luka di muka lo." Kayanya Alena bener-bener trauma waktu kejadian di warung itu. Elvano malah tertawa kecil.
"Iya Alena, janji gak sun Lo lagi", pura pura percaya aja deh si Alena.
Gadis itu mulai ngobatin Elvano, dengan telaten. Terasa sakit ternyata.
"Sakit, Al", Alena menghela napas panjang. "Namanya juga luka, pasti sakit lah."
"Mangkanya, El. Kalo gue bilangin itu nurut.", Elvano menyungging senyum kecil, ternyata cewek judes ini bisa juga lembut, perhatian lagi. "Gue bakal nurut sama Lo, kalo Lo mau jadi pacar gue"
"Gak usah mulai,. Jijik gue.",
"Emang kenapa si Lo gak mau jadi pacar gue?", Alena menatap malas Elvano, masa iya si dia pake nanya lagi alesannya apa. "Ya karena lo tu brutal, gue gak mau lah punya pacar yang gak bisa bawa gue ke jalan yang baik dan benar, adanya kalo sama lo jalan gue mendadak buntu."
"Insyallah, Al. Gue bisa kok-", belum selesai El bilang, Alena udah nyerocos lagi. "Bisa apa, bisa buat gue blangsak, iya?. Bisa buat gue kesel terus tiap hari-"
"Bukan, bisa bawa lo ke kua", Sehabis goda Alena, Elvano tertawa tengil.
Pingin banget rasanya Alena gebuk si Elvano, tapi gak mungkin juga dia lakuin, luka ini aja belum sembuh, masa mau di tambah lagi.
Bintang malem itu, sangat indah, gak nyangka Elvano bisa ada di bawah bintang-bintang itu sama Alena. "Al, liat ge, langitnya cantik ya", Alena melihat sekilas langit itu, ya memang indah, tapi Alena lanjut mengobati Elvano.
"Iya, tapi masih cantikan gue, sebelum Lo keluarin kata gombalan Lo itu, gue udah tau,.", kenapa di saat sama Alena, pria itu merasa nyaman banget, bahagia banget rasanya.
"Bukan cantik doang, tapi cantik banget.", Alena melihat wajah Elvano yang tertawa manis. Sebenernya Elvano termasuk orang yang asik, cuman cashing nya doang yang buat orang nilai dia itu urakan, gak bener, dan cuman bisa buat ulah.
"TAPI BOONG!"
**
"Gila!. Jadi ayahnya Alena gebukin Lo El, semalem?." Warung belakang mendadak heboh. Waktu Elvano ceritain soal semalem. geng Abarioz kaya udah siap mau nyerang rumah Alena.
"Gak bisa ini. Kita harus kasih pelajaran Anton Anton itu," bugh!, Elvano memukul perut Rian, karna ngomong sembarangan. "Bapak Lo lima!. Camer gue tuh, mau kasih pelajaran apa Lo?, Gak ada ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
Teen FictionKalo lo suka itu pertahanin. Jangan kena angin sedikit langsung roboh. Kaya gue dong. Elvano argantara walaupun gue kena mental tiap hari, gak pernah tu gue nyerah, ga percaya? Baca aja!