6. Dua Kali Lipat

36 8 11
                                    

Saat ini Lisa sedang menunggu sekolah sepi, membiarkan semua siswa pulang terlebih dahulu, baru nanti dirinya keluar, seperti biasa.

Setelah yakin sekolah sepi, Lisa melangkahkan kakinya ke luar kelas, hendak menunggu Bapak di depan gerbang sana.

Lisa gelisah karena Bapak tak kunjung datang, padahal ia sudah mengabari sejak tadi. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul tiga sore. Bukan apa-apa, Lisa hanya tidak suka berada di sekolah di luar jam pelajaran seperti ini.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan Lisa, ia yakin itu bukan jemputannya, Lisa hanya diam memerhatikan saja.

"Tuan putri nunggu jemputan ya ?"

Mendengar itu, Lisa membuang muka, enggan membuat keributan dengan tiga gadis pembencinya itu.

"Mau bareng sama kita ga tuan putri ?" Dari balik kemudi gadis itu berteriak, agar di dengar Lisa dan siswa lainnya.

"Kok diem aja ? Sini dong, masuk," Lisa melihat sekeliling, sudah banyak pasang mata yang memerhatikannya, mereka juga tampak berbisik-bisik.

"Kayanya Tuan Putri ga mau deh," ketiganya tertawa bersama, lalu melaju pergi dari hadapan Lisa.

"Huft," Lisa bernafas lega, tangannya terasa sakit karena mengepal kuat tanpa sadar.

Lisa kembali memerhatikan sekitar, beberapa orang masih saja berbisik-bisik tentangnya, padahal sudah jelas, yang memancing keributan adalah mereka, bukan dirinya.

Selang beberapa saat, sebuah mobil yang Lisa tunggu berhenti di hadapannya, senyumnya mengembang seketika. Dengan semangat ia menghampiri mobil dan membukanya sendiri sebelum Bapak membukakan untuknya.

"Baru Bapak mau bukakan Non," kata Bapak dengan nada sedih.

"Ga apa-apa Pak, Lisa udah gede, yok jalan," katanya riang, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.

Awalnya, Lisa tak menyadari kemana arah mereka pergi, tapi setelah ia mengingat-ingat, baru ia sadar.

"Pak, hari ini Lisa nggak ada jadwal les," katanya sembari menegakkan duduknya.

"Sekarang ada Non, memang, tuan tidak bilang ?"

Lisa berfikir sejenak, lalu menggeleng perlahan.

"Jadwalnya hari apa aja Pak ?"

"Senin sampai Jum'at Non," Lisa melongo tak percaya.

Lisa menyandarkan dirinya, berusaha mengatur nafas serta emosinya, entah apa yang ada di kepala orangtuanya, sampai berbuat seperti ini padanya.

"Lisa boleh mampir ke minimarket Pak ?" Tanyanya setelah cukup tenang.

"Non mau beli apa ? Biar Bapak belikan."

"Lisa aja Pak," Bapak lalu mengangguk.

Sesampainya di minimarket, Lisa segera turun, ia hanya membawa ponsel dan selembar uang pecahan seratus ribu.

Lisa berkeliling, ia mengambil sebotol air mineral, ia juga mengambil roti coklat kesukaannya, saat hendak menuju kasir, atensinya teralihkan pada rak yang dipenuhi keju.

Ia mengambil keju slice, beberapa bungkus, lalu berlalu menuju kasir, segera membayar belanjaannya, setelah selesai, ia masuk kembali ke dalam mobil, melanjutkan perjalanan menuju tempat lesnya.

"Nanti Bapak jemput sebelum les Non selesai," Lisa mengangguk, lalu menyalami tangan Bapak.

Lisa melangkahkan kakinya memasuki bangunan cukup besar yang merupakan tempat lesnya.

Cheese LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang