12. Pergi

16 7 1
                                    

Kurang lebih 2 Minggu lagi, Lisa akan ujian kenaikan kelas. Ia masih melakukan rutinitas yang sama. Bersekolah, les, lalu pulang, mengerjakan latihan soal dan begitu seterusnya.

Namun, ia jadi lebih sering berbincang dengan Bu Adina di luar jam pelajaran. Ia juga sesekali berkunjung ke rumah kakek nenek untuk sekedar bertukar cerita dengan kakek.

Ceisya juga sudah jarang mengganggunya. Mereka bertiga lebih sering bertengkar sekarang. Sepertinya Lunna sudah tidak cocok dengan dua temannya itu.

"Lisa !" Panggil Nala sebelum Lisa berangkat sekolah bersama bapak.

"Iya, Tante ?" Lisa menutup kembali pintu mobil yang baru dibukanya.

"Nanti siang Om pulang."

"Beneran, Tante ?" Tanya Lisa tak percaya.

"Iya." Nala kembali masuk ke dalam, meninggalkan Lisa yang masih kegirangan.

"Kok Om nggak kasih tau Lisa ya ?" Tanyanya entah pada siapa.

"Mungkin Om mau kasih kejutan." Anggapnya, Lisa lalu masuk ke dalam mobil.

Sudah berbulan-bulan Lisa tak bertemu dengan Kevin. Menghubunginya lewat chat saja jarang. Lisa tak ingin mengganggu Kevin.

Sesampainya di sekolah, Lisa segera turun setelah menyalami tangan bapak.

"Lisa !"

Lisa menoleh, itu Lunna.

"Bisa temenin gue ke perpus ? Mau pinjem buku buat persiapan UAS."

"Nanti pas istirahat aja, ya."

"Sekarang please." Mohon Lunna.

"Oke."

Keduanya lalu berjalan beriringan menuju perpustakaan. Lisa bahkan masih menggendong tas sekolahnya.

"Gue sempet tanya ke penjaga perpusnya, buku yang gue cari masih di gudang." Lunna menjelaskan saat ia dan Lisa baru memasuki perpustakaan.

"Ya udah, kita minta tolong aja sama penjaganya." Usul Lisa.

"Lo nggak liat lagi pada sibuk ?" Tunjuk Lunna pada beberapa orang yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Ya udah, yuk !" Lisa berjalan lebih dulu agar segera sampai gudang dan menemukan buku itu.

"Di sebelah mana Lunn ?" Tanya Lisa.

"Di ujung deh seinget gue, waktu itu masih disegelin gitu."

Lisa mengangguk paham. Ia lalu berjalan ke arah ujung, memang ada beberapa dus buku yang tentunya masih di segel.

"Ada tiga macem, Lunn. Yang mana ini ?"

Tak ada jawaban. Lisa berbalik, tapi sudah tak ada orang.

"Lunna ?" Panggilnya setengah berteriak.

"Ya ampun !"

Lisa berlari ke arah pintu yang entah sejak kapan sudah tertutup.

Lisa berusaha membuka pintu gudang yang terbuat dari besi itu. Ia tak punya cukup tenaga untuk membuatnya terbuka.

"Aduh, gimana nih ?"

"Ah, HP !" Lisa segera mengambil ponselnya.

Namun, ia tak melanjutkan rencananya saat membuka aplikasi pesan.

"Lisa nggak punya siapa-siapa buat dihubungin." Lirihnya.

Bahkan, Lisa tidak masuk group kelas.

"Udah jam segini lagi." Keluhnya saat waktu menunjukkan pukul 7.20.

Cheese LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang