22. Om Kevin?

7 6 1
                                    

Senyum Lisa terus saja mengembang sejak netranya melihat Kevin secara langsung. Rasanya sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Om tersayangnya itu.

"Lisa sehat?" tanya Kevin. Ia baru saja duduk di sofa.

Lisa mengangguk. "Sehat, Om, kalau Om gimana?"

"Sehat juga dong, tambah sehat setelah liat Lisa," katanya sembari tertawa kecil.

"Mas, istirahat dulu, pasti capek." Nala datang dari arah dapur.

Kevin dan Lisa saling tatap, Lisa lalu mengangguk, menyetujui ucapan Nala.

"Yaudah, Om istirahat dulu, ya. Lisa juga, besok sekolah kan?" Kevin berdiri dari duduknya.

"Iya, Om."

Kini hanya tersisa Lisa dan Nala. Dengan tatapan tak suka, Nala bersedekap dada menghadap Lisa.

"Lisa ke kamar dulu ya, Tante," pamit Lisa, ia sudah berdiri dan bersiap pergi.

"Jangan manja sama suami saya, jangan sok baik juga di depan dia!"

Lisa menghela nafas dan mengangguk singkat. Tak lama, Nalapun pergi ke kamarnya.

***

"Non, sudah mau jam tujuh ini lho, ndak sekolah, Non?" Bibi terus mengetuk pintu kamar Lisa dengan ritme yang semakin cepat.

"Iya, Bi, sebentar lagi," teriak Lisa dari dalam.

Lisa gelisah, ia ragu untuk berangkat sekolah, tidak, ia bahkan ragu untuk membuka pintu kamarnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin.

"Duh, aneh nggak ya?" katanya berulang-ulang.

Dengan perasaan yang masih ragu, Lisa membuka pintu kamarnya.

"Maa syaa Allah, Non Lisa, ayu tenan," takjub Bibi melihat jilbab yang melekat di kepala Lisa.

Lisa tersenyum malu, ia memegangi ujung jilbabnya.

"Nggak aneh, Bi?"

"Hus, aneh dari mana, cantik begini kok."

Lisa tersenyum senang, ia melangkah tanpa ragu untuk berangkat sekolah.

"Ada acara apa pake jilbab segala?"

Lisa berhenti sejenak, tersenyum tipis pada Nala yang menatapnya sinis.

"Pengen aja, Tante, Lisa berangkat dulu, ya." Lisa menyalami tangan Nala dan langsung pergi.

Bapak tak kalah terkejutnya, tetapi tidak ada waktu, Lisa akan terlambat jika berlama-lama.

***

Bel masuk berbunyi saat Lisa sampai di depan kelasnya. Lisa merasa lega, ia nyaris saja terlambat. Namun, ia belum juga melanjutkan langkahnya. Seisi kelas menatapnya.

"Lisa? Ini lo?"

Lisa terkejut dengan kedatangan Ceisya yang memegangi kedua bahunya. Lisa hanya diam tak tahu harus berkata apa.

"Cantik banget, gila, pangling gue."

Keterkejutan Lisa bertambah, ia mengedipkan matanya tak percaya, Ceisya memujinya? Ceisya? Yang benar saja!

"Maa syaa Allah, Lisa, Numa seneng banget." Numa menggeser Ceisya paksa, ia memeluk Lisa erat.

Ceisya yang sedikit terdorong itu mendecak sebal.

"Eh, duduk-duduk, Bu Safiyya tuh!"

Ceisya, Lisa, dan Numa buru-buru duduk di bangkunya masing-masing.

***

"Jadi kan hari ini ngerjain tugas di rumah Numa? Sama sekalian belajar, nggak lama lagi kan kita ujian."

Cheese LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang