21. Sehelai Kain

10 5 1
                                    

Lisa menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menghela nafas pelan, melihat seragam berlengan panjang melekat di tubuhnya.

"Non Lisa, bapak sudah nunggu di luar, Non," ucap Bibi dari balik pintu.

"Iya, Bi, Lisa keluar sekarang," sahut Lisa yang masih memandangi dirinya.

Lisa mengambil tasnya lalu segera keluar.

"Tumben pake baju panjang, Non."

Lisa hanya tersenyum mendengar apa yang dikatakan Bapak. Memang ini kali pertamanya mengenakan seragam berlengan panjang.

"Gimana kemarin di rumah Neneknya Non?" tanya Bapak.

Lisa yang memandangi keluar jendela itu menoleh, lalu kembali melihat keluar jendela.

"Seperti biasa, Pak," jawabnya.

Setelahnya Bapak hanya diam, sepertinya Lisa sedang tak ingin diganggu.

***

"Wih, nggak sekalian pake jilbab, Lisa?" tanya salah seorang siswi yang berpapasan dengan Lisa.

Lisa hanya tersenyum canggung, entahlah, ia merasa sedang diejek saja. Ia melanjutkan langkah menuju kelas, tinggal beberapa langkah lagi, dan sampai.

Hal pertama yang ia cari adalah Numa, namun gadis itu belum datang.

"Eh, sekarang lo seragam panjang?" tanya Ceisya yang baru saja menduduki bangku.

"Iya," jawab Lisa seadanya.

"Oke juga."

Ceisya dan kawan-kawan memang tak mengganggu Lisa lagi, tapi tak sedekat itu pula, seperti teman sekelas pada umumnya saja.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikummussalam warahmatullah," jawab Lisa sembari tersenyum. Ia tahu betul siapa yang mengucapkan salam ketika memasuki kelas itu.

"Numa nggak telat kan?"

Lisa menahan tawa melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Enggak kok."

"Eh," Numa menyadari ada yang berbeda dengan penampilan Numa.

"Alhamdulillah, akhirnya dipake juga, bagus," ucap Numa dengan mengacungkan dua jempol.

Lisa hanya terkekeh melihatnya. Ia menghela nafas, ia merasa tak enak pada Numa.

Kelas baru saja dimulai, ini awal baru setelah penerimaan rapor bayangan sabtu lalu.

***

"Lisa, kenapa?"

"Kenapa apanya?"

Numa menghela nafas, ia sedari tadi memerhatikan ekspresi wajah Lisa yang murung, ia tahu Lisa sedang menyembunyikan sesuatu.

"Lisa lagi ada masalah?"

Lisa spontan menggeleng, ia lalu memaksakan senyumnya.

"Kalo udah mau cerita cerita aja ya," ucap Numa pada akhirnya. Ia paham betul jika Lisa belum siap atau bahkan enggan bercerita padanya.

Lisa hanya tersenyum sekilas, lalu melanjutkan sesi makannya. Mereka sedang di kantin untuk makan siang.

"Abis ini ke mushola kan?" tanya Lisa setelah menghabiskan makanannya.

"Iya, yuk!" Numa berdiri terlebih dahulu, lalu disusul Lisa. Keduanya berjalan beriringan menuju mushola sekolah. Sebenarnya sholat berjamaah sudah dimulai sedari tadi, mereka terpaksa menunggu karena terlambat keluar dari kelas.

Cheese LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang