Prologue

1K 83 4
                                    

Ayo voment biar si bocah gembul dan babeh pirang cepet up :3

Angkasa telah lama direngkuh gelita, menampakkan sang luna yang mengintip diikuti cahayanya yang menggores dedaunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa telah lama direngkuh gelita, menampakkan sang luna yang mengintip diikuti cahayanya yang menggores dedaunan. Riuh suara binatang nokturnal saling sahut menyahut bagai alunan musik fals, lolongan binatang buas sudah menggema bagai tanda peringatan agar waspada. Namun, tak diindahkan oleh seorang pria tampan berambut pirang yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

Sepasang iris sapphire itu tiada hentinya menatap tajam makhluk bulat di depannya menuntut penjelasan. Sedangkan sepasang iris emerald yang ditatap hanya mengerjap polos seakan tak ada yang perlu dijelaskan.

Lelah ditemani keheningan membuat si pria pirang kesal setengah mati, jadi dia berinisiatif untuk bertanya.

"Siapa kau, bocah?"

Lagi-lagi makhluk bulat yang ternyata seorang anak kecil itu hanya diam membisu sembari menampakkan binar polosnya.

"Sebenarnya apa sih maumu? Aku ini orang yang sibuk, banyak pekerjaan yang menantiku. Dan kau, tiba-tiba muncul entah darimana dan berteriak kalau aku papamu. Asal kau tahu ya bocah, aku Frashrette Ainspenner tidak memiliki istri apalagi seorang anak dan tak akan pernah ingin punya keluarga apapun yang terjadi." Ucap si pirang yang ternyata bernama Frash itu sambil menunjuk-nunjuk wajah makhluk bulat itu.

"Yakin?" Tanya bocah itu dengan nada yang bisa dibilang aneh, namun menggemaskan.

Mata Frash membola, anak ini sangat menyebalkan, batinnya.

"Tentu saja bocah, dan aku benar-benar baru menyadarinya, berbicara dengan bocah aneh sepertimu hanya membuang waktuku, lebih baik aku pergi. Ingat! Jangan mengikutiku!" Ucap Frash sambil berlalu, tapi sesekali melihat ke belakang untuk memastikan bocah itu tidak mengikutinya.

Frash melihat bocah itu hanya diam di tempatnya sembari menatapnya dengan kosong, dia jadi sedikit meragukan kalau makhluk yang sejak tadi dia ajak bicara itu adalah manusia, walaupun dia tak percaya hantu itu ada tapi tetap saja ia bingung kalau harus berada di posisi seperti itu. Jadi ia semakin mempercepat langkahnya meninggalkan bocah itu.

"Valkylie." Lirih suara manis itu terdengar parau.

Brugh!

Frash refleks menoleh, dan pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah tubuh bocah manis itu yang terkulai lemah di antara dedaunan kering. Instingnya sebagai seorang dokter pun muncul, ia berjalan semakin tergesa menghampiri bocah itu setelah melihat darah segar yang mengalir di hidung kecilnya.

Frash langsung berusaha menghentikan mimisannya dengan mengapit kedua lubang hidung kecil itu dan memijatnya ke bawah.

"Santai aja om mukanya, Valkylie gapapa kok, hehe." Ucap bocah bernama Valkyrie itu lemah dengan senyuman yang membuat iris emerald nya membentuk bulan sabit, omong-omong dia cadel.

"Diam." Balas Frash dingin, sembari terus memijat pelan hidung kecil Valkyrie agar pendarahannya berhenti.

Seakan menuruti perkataan Frash, bocah imut itu benar-benar diam, diikuti dengan matanya yang meredup dan perlahan tertutup.

"Hei! Jangan tutup matamu, bocah! Hei!" Seru Frash panik ketika mata Valkyrie benar-benar terpejam sempurna.

"Valkyrie!!" Tanpa sadar Frash memanggil nama bocah itu untuk pertama kalinya. Dan entah sejak kapan, Vakyrie sudah berada di dalam dekapan hangat Frash yang sekarang sedang berlari tergesa menuju mobilnya yang sialnya jauh dari lokasinya sekarang.

"Valkyrie! Valkyrie!" Panggil Frash sekali lagi saat ia merasakan kulit anak itu yang kian mendingin, diikuti memudarnya rona di wajah bocah imut itu. Ia sendiri tak mengerti kenapa ia bisa sepanik ini hanya karena orang asing.

Dadanya terasa seakan ingin meledak karena degup jantungnya yang berdetak brutal. Dia cemas, dia takut.

Tunggu..

Cemas? Takut?

Kenapa dia harus cemas? Dia hanyalah orang asing.

Dan apa tadi, takut? Ia takut nyawa anak ini tidak tertolong di dekapannya padahal ia selalu bisa menyelamatkan orang lain dengan otak jeniusnya? Ya ini pasti instingku sebagai dokter, bukan sebagai sesama manusia, iya sebagai dokter, batinnya meyakini dirinya sendiri.

"Yakin?" Suara manis yang baru beberapa menit lalu ia dengar pun seakan terdengar mengejek.

"Persetan!" Umpat Frash sambil membuka pintu mobilnya kasar. Sangat kasar seakan pintu itu dapat retak, bersamaan dengan retaknya pintu hati yang telah lama membeku itu.

To be Continued

To be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola~

Ini cerita pertama aku, semoga suka.

Kalian bisa panggil aku Maria atau Mar. Jangan panggil aku author atau thor pleaseee, aku kan ga punya palu T°T

Sampai babai <3

Fri, 14 Oct 2022

[01] Hiraeth : EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang