16. Jurig

191 26 2
                                    

Halo?

Ada yg masih baca ga?

Dah lama banget ya?

Sorry..

"Mau pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau pulang.."

Suasana mansion besar itu biasanya sangatlah hening dan suram, namun dalam beberapa jam terakhir terdengar rengekan bocah kecil yang katanya ingin pulang.

Si tuan rumah pun sudah pergi entah kemana karena terlampau lelah mendengar rengekan si bocah.

"Mau pulang, hiks."

Valkyrie, si pelaku polusi suara, setelah beberapa jam berakting tantrum namun sia-sia, akhirnya bocah itu memilih rebahan di kasur yang empuknya kaya gula-gula kapas.

"Kila-kila papa nyaliin aku gak ya?" monolog Valkyrie sambil mengupil.

Valkyrie cemberut ketika pandangannya mulai menggelap lagi, dia tahu kok dia sekarat, jadi gak perlu diingatkan terus-menerus.

Tubuh menyebalkan!

"Papa," panggil Valkyrie parau, dadanya kembali sakit seperti terinjak.

Ah, ia jadi ingat rasa saat bundanya menginjak dadanya, dulu.

Valkyrie melirik ke arah pintu kala rungunya mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Ia buru-buru membenarkan posisi dan pura-pura tidur.

●○●○●

"Paul."

"Ya, tuan besar?"

Paul maju dengan langkah berat, firasatnya tak enak. Terlebih bocah pirang yang tak diketahui asal-usulnya itu malah membuat onar di mansion majikannya.

Sudah menyusup dan memukuli sang majikan, memecahkan beberapa guci berharga milyaran, berteriak, menangis dan terang-terangan menghina majikannya. Paul benar-benar tak bisa berkomentar dibuatnya.

"Cari informasi tentang anak itu, apakah sehari cukup?" tanya pria tua itu tersenyum miring, anehnya walaupun sudah tak lagi muda, kadar ketampanan yang dimilikinya tak memudar, malah semakin berkoar-koar.

"12 jam pun cukup, tuan besar."

"Ah 12 jam ya? Hmm," pria tua itu memasang pose berpikir, namun sang tangan kanan ketar-ketir dibuatnya.

"Enam jam, beri saya waktu enam jam tuan besar," sahut Paul cepat tanpa jeda.

"Pergilah."

"Saya pergi, tuan besar."

Paul melesat secepat teman yang ditagih hutangnya, sejak awal ia tahu, tak ada yang namanya waktu sehari. Tuannya itu berhati dingin, tadi dia hanya dites saja.

Sepeninggal orang kepercayaannya, pria tua itu melangkah menuju kamarnya. Tempat di mana ia menawan bocah kecil yang sifatnya bocoran kerak neraka.

Cklek!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[01] Hiraeth : EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang