01 - Senja Anggraini

73 2 0
                                    

-Bagiku, kamu adalah awal hidup ku-

♥♥♥

Senja Anggraini. Gadis dengan rambut panjang sebatas pinggang itu tampak terlihat berlari dengan tergesa. Sesekali, Senja melirik arlojinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06:45. Hari ini, Senja ada wawancara untuk masuk OSIS.

Karna notabennya sebagai murid baru, Senja harus mengikuti wawancara untuk bisa lolos.

Arsha-ketua OSIS SMA Kejora- itu sudah memberitahu Senja bahwa bertemu di ruang OSIS pada pukul setengah tujuh. Namun, karna tadi jalanan macet, Senja harus telat seperti ini.

Gadis itu sedikit membungkuk dengan napas yang terengah-engah. Senja menatap pintu gerbang sekolahnya itu. Tak lama hembusan napas berat terdengar. Tak mau menunggu lama lagi, Senja akhirnya memilih untuk kembali berlari.

Saat di belokan lorong, Senja tak sengaja menabrak dada seseorang yang membuatnya sontak meringis.

"Maaf, maaf, gue gak sengaja," ucap Senja. Gadis itu perlahan menatap seseorang tinggi yang berada di hadapannya saat ini.

Degup jantungnya secara tiba-tiba menjadi berdebar tak terkontrol. Dia, lelaki yang seharusnya Senja jauhi. Tapi, kenapa kejadian ini justru terjadi?

"Maaf, sekali lagi gue minta maaf. Gue gak sengaja," ucap Senja lagi lalu berniat berlalu dari sana.

Baru ingin melangkah, tangan Senja tiba-tiba saja di cekal oleh orang tersebut. "Minta maaf yang bener."

Senja menelan salivanya susah payah. Gadis itu melirik arlojinya. Kedua keningnya mengernyit. Bagaimana kalau Arsha sudah menunggunya saat ini?

Senja akhirnya menghempas cekalan tangan tersebut. "Gue gak ada waktu buat ngurusin lo. Gue ada perlu. Intinya, gue udah minta maaf dan gue gak sengaja. Permisi," ucap Senja lalu buru-buru gadis itu pergi dari tempatnya.

Orang tersebut berdecih pelan. Pandangannya terus menatap Senja yang kian menjauh.

"Anak baru konyol."

♥♥♥

"Okey kamu keterima. Aku lihat ada bakat kamu untuk masuk organisasi OSIS ini." Arsha tersenyum ramah. "Oh ya, ini beberapa berkas yang harus kamu pahami. Tentang apa saja peraturan sekolah. Aku harap, kamu bisa paham dengan isi yang ada di dalam berkas tersebut."

"Baik Kak," balas Senja. Akhirnya, rasa yang tak karuan sejak semalam dirinya rasakan kini sudah terbalas. Di sekolah yang sebelumnya, Senja memang merupakan salah satu anggota OSIS. Dan di sekolah barunya ini, Senja juga ingin menyalonkan dirinya. Syukurnya langsung keterima.

"Yasudah kamu boleh ke kelas. Besok-besok jangan telat lagi ya," peringat Arsha dengan kekehan kecil.

Senja terkekeh pelan. Sungguh malu memang di hari pertamanya saat wawancara, Senja sudah telat seperti ini. "Sekali lagi saya minta maaf Kak."

"It's okey."

"Yasudah saya pamit ke kelas."

"Iya."

Senja akhirnya keluar dari ruangan OSIS. Gadis itu menghembuskan napas lega sebelum akhirnya kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.

Tak lama suara bel terdengar. Cepat-cepat Senja melangkahkan kakinya menuju kelas. Tak ingin keterlambatan itu terjadi lagi.

Tak berselang lama, Senja akhirnya sudah sampai di kelas. Sebagai murid baru, tentu saja Senja belum terlalu akrab dengan murid lainnya. Yang mengajak bicara Senja bahkan hanya dua orang saja. Dua orang gadis yang membuat Senja seenggaknya merasa tak terlalu kesepian di sekolah barunya ini.

"Gimana? Keterima gak?" Tanya Luna dengan raut wajah yang begitu antusias.

"Alhamdulillah keterima," balas Senja tersenyum manis.

"Alhamdulillah." Luna menghembuskan napas lega.

"Semoga berjalan lancar semuanya! Dan semoga juga tuh para kakel gak sensi sama lo," tambah Luna yang kebetulan duduk disamping Nadin.

"Gak akan. Kayaknya mereka semua baik-baik kok."

"Baru kayaknya. Kalau aslinya?" Tanya Nadin.

Senja mengangkat kedua bahunya. "Kurang tau. Ya, semoga aja baik semua. Kan OSIS itu cerminan murid lainnya. Masa iya mereka jutek-jutek?"

"Ish! Lo gak tau gimana kakel di sini," ujar Luna. Gadis itu sedikit mendekatkan wajahnya kearah Senja. "Kakel disini tuh pada sok semua gayanya. Belum lagi OSIS, beuh... gayanya udah paling sok tinggi!" Lanjut Luna.

"Makanya, nanti kalau lo di apa-apain sama OSIS yang kakelnya tuh. Lo bisa bilang sama Nadin. Jangan ke gue, karna gue juga takut sama kakel apalagi OSIS, hehe." Luna cengengesan membuat Nadin berdecak malas.

"Dasar! Sama gue aja lo berani! Giliran sama kakel takut! Sama-sama makan nasi juga!" Cibir Nadin.

"Ya intinya gue takut. Gak seberani lo. Lo kan LAKIK!" Ucap Luna dengan nada berteriak diakhir kalimatnya.

Senja terkekeh melihat itu. Ya, mungkin memang bukan hanya di sekolah barunya ini, tapi mungkin di semua daerah pasti ada aja kakak kelas yang gayanya selangit. Merasa paling kuasa mentang-mentang tingkatan tertinggi. Namun, semoga saja di dalam OSIS tidak ada kakel yang seperti itu.

Tak berselang lama, guru pengajar pun datang. Ketua kelas memberi interupsi untuk membaca doa, lalu kegiatan belajar berjalan dengan biasanya.

♥♥♥

Kalau kalian suka sama part ini jangan lupa pencet bintangnya ya😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kalian suka sama part ini jangan lupa pencet bintangnya ya😉

Oh ya, kalian bisa banget bantu aku untuk share cerita Aksara ini ke berbagai sosial media, dan jangan lupa tag aku @Selvialfni yaa!!

See you next part kamuu💅

AKSARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang