12 - Aksara rese!

27 0 0
                                    

—Bagiku, kamu adalah awal hidup ku—

♥♥♥

Senja, Luna, Nadin dan juga Dania kini sudah terduduk di tribune. Dania sedari tadi cemberut karena iri dengan ketiga temannya yang bisa ikut kelas renang sementara dirinya tidak. Wajahnya tertekuk sebal.

"Udah lah jangan cemberut mulu. Inget kesehatan lo juga, Dan," jelas Nadin yang saat ini tengah mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil.

"Bukannya apa, tapi aku tuh juga pengen kayak kalian semua. Bebas melakukan apapun yang kalian mau. Tapi, aku? Aku tuh terbatas. Gak bisa bebas." Dania menghembus napas panjang.

"Lo itu istimewa, Dania. Tuhan kasih lo sakit kayak gini karena Tuhan tau lo kuat, dan lo bisa ngelewatin ini semua. Buktinya aja, sampai sekarang lo masih bisa bertahan kan?" Ucap Senja yang rupanya di angguki oleh Luna.

"Bener tuh kata Senja. Lo itu istimewa. Udah, jangan terus kesel gitu mukanya. Di kehidupan selanjutnya, nanti kita renang bareng," ujar Luna tersenyum sumringah.

"Emangnya di kehidupan selanjutnya kita masih bisa sama-sama?" Kening Dania mengerut dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Aamiinin aja dulu, Dan. Gak ada yang gak mungkin selagi Tuhan berkehendak," jelas Senja tersenyum tipis. Senyum yang membuat Dania seenggaknya merasa sedikit lega.

Sepertinya, ucapan teman-temannya memang ada benarnya juga. Tuhan sayang sama dirinya, makanya di kasih sakit. Karena, setau Dania, kalau sakit itu dosa kita secara perlahan di hapus. Jadi, bukankah setiap masalah jantung Dania drop, Tuhan akan perlahan menghapus dosa-dosanya?

"Selalu inget kesehatan. Karena bagaimanapun juga, kesehatan itu emas. Hanya orang yang pandai bersyukur yang tau betapa indahnya kesehatan," ujar Nadin.

"Bener!" Sambung Luna seraya menjentikkan jarinya. "Kesehatan itu paling penting. Udah ah, jangan cemberut gitu. Harus semangat! Kita semua pasti bisa!" Lanjut Luna hiperbola.

Senja terkekeh kecil melihat tingkah Luna yang selalu bersemangat di setiap keadaan. Entah bagaimana aslinya, namun, yang Senja tau, Luna itu tipikal gadis yang selalu menyebarkan senyum di setiap keberadaannya.

Tak berselang lama, seorang lelaki dengan rambut yang setengah basah itu berjalan menghampiri Senja. Semuanya mengalihkan atensinya kearah Aksara sampai pada dimana lelaki itu terduduk d samping Senja.

"Mau ngapain duduk di sini?" Tanya Senja menatap Aksara dengan kernyitan di dahi.

"Keringin rambut gue," jelas Aksara seraya memberikan handuk biru tersebut kepada Senja.

"Idih! Apaan sih, enggak! Gak mau!" Balas Senja sedikit menjauhkan tubuhnya dari Aksara.

"Eh, lo masih gantu gue ya. Jangan berani buat bantah ucapan gue."

"Terus? Gue harus selalu nurut sama semua perkataan lo gitu?" Tanya Senja dengan nada yang terdengar konyol di pendengaran Aksara.

Luna, Nadin dan juga Dania terdiam memandang interaksi Aksara dan Senja. Apa keduanya sudah sedekat itu sekarang? Mengapa terlihat begitu akrab?

"Oh, oke. Gue bisa aja rebut first kiss gue sekarang. Mumpung guru udah gak ada, dan mumpung lagi banyak orang juga. Biar cepat impas." Aksara tersenyum aneh membuat Senja lantas menelan salivanya susah payah. Dasar lelaki tukang ancaman! Menolak ancam, menolak ancam! Memang dasar lelaki egois!

Senja berdecak sebal. "Yaudah yaudah! Tapi gak disini! Ikut gue!" Senja dengan segera menarik tangan Aksara untuk mengikutinya. Bukannya apa, namun, jika Senja menolak permintaan lelaki itu, bisa-bisa Senja bakal jadi bahan ejekan teman-temannya. Jadi, Senja hanya ingin cari aman saja.

AKSARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang