18 - Benar-benar rese!

24 0 0
                                    

—Bagiku, kamu adalah awal hidup ku—

♥♥♥

"Masih inget pulang kamu?"

Pertanyaan itu sontak saja membuat Aksara memberhentikan langkahnya sesaat.

"Ini sudah jam berapa? Kenapa baru pulang di jam segini? Kenapa gak tinggal aja di luar?" Tegas Wilan yang kini duduk di bar mini yang terdapat di dekat dapur.

"Aksa pulang jam berapa juga biasanya Ayah gak pernah perduli. Sekarang kenapa nanya?" Tanya Aksara terdengar ketus.

"Kamu ini masih anak Ayah! Jadi Ayah berhak untuk tau kamu kemana aja sampai pulang larut begini. Ayah tuh perduli sama kamu." Tegas Wilan lagi.

Terdengar tawa sarkas yang Aksara lontarkan. "Perduli ya?" Tanya Aksara. "Sejak kapan?"

"Kamu ini makin lama kenapa makin membangkang gini sama Ayah Aksa?!"

"Bukan Aksa yang membangkang, tapi Ayah yang gak ngerti caranya mendidik Aksa dengan baik." Tekan Aksara yang saat ini bersitatap langsung dengan mata tegas Wilan.

"Kurang baik apa Ayah mendidik kamu? Semua fasilitas sudah Ayah berikan untuk kamu, kurang?" Tanya Wilan membuat Aksara terdiam untuk beberapa saat.

"Harta bukan segalanya, Yah. Kebahagiaan sama sekali gak bisa di beli dengan harga. Kebahagiaan yang dulu Bunda ciptakan gak bisa di samakan dengan harta yang Ayah berikan. Sampai sini Ayah paham?" Pertanyaan sarkas Aksara sebelum akhirnya lelaki itu mulai menaiki tiap anak tangga dan meninggalkan Wilan yang masih terdiam di tempatnya.

♥♥♥

Aksara melepas jaketnya kala sudah berada di dalam kamar. Lelaki itu terduduk pada tepi ranjang dan menutup wajahnya. Menghadapi sifat ayahnya benar-benar membuat Aksara lelah. Semuanya hanya tentang harta dan juga nama baik. Aksara terkadang muak mendengarnya.

Lelaki itu menghembus napas berat. Pandangannya perlahan terangkat dan langsung menatap sebuah bingkai berukuran sedang yang terpajang tepat di hadapannya saat ini.

Senyum itu terbit, walau matanya tampak menunjukkan kesedihan.

"Semenjak Bunda pergi, semuanya makin hancur, Bun. Gak ada lagi yang bisa ngertiin perasaan Aksa..." Tutur lelaki itu seraya terus mengamati wajah almarhum bundanya.

Aksara terdiam untuk beberapa waktu. Sampai pada akhirnya hembusan napas kembali terdengar. Aksara mengusap wajahnya, tidak boleh seperti ini. Lelaki di didik untuk menjadi kuat, maka tak boleh Aksara murung seperti ini.

Untuk mengalihkan pikirannya, Aksara mengambil ponselnya yang berada pada saku jaket.

Ternyata notifikasi dari Senja banyak sekali. Aksara mulai membuka room chatnya dengan Senja.

Gantu :
gimana sa ketemu gak?
p
p
p
ett balas kek
ketemu gak??
aksa ish jawab kek!
aksaaaaaaaaaaa
hellloowwwwww
ish dah!! gue cemas banget nih tau
semoga aja deh gelangnya ketemu ya?
kalau gak ketemu gue bisa gak mood parah si
cuma pasti ketemu soalnya kan lo sama anak ryder pasti bisa diandalkan
semangat cari gelang gue aksaaaaa
gue tunggu kabar baiknya yoo

Aksara terkekeh pelan membaca pesan tersebut. Rupanya Senja benar-benar menaruh harapan besar kepada dirinya. Namun, kalau Aksara memberitahu kalau gelangnya belum juga ketemu, apakah gadis itu akan kecewa?

AKSARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang