14 - Berangkat bersama

21 0 0
                                    

-Bagiku, kamu adalah awal hidup ku-

♥♥♥

Waktu kini menunjukkan pukul delapan malam. Berada pada kegiatan kesehariannya, Senja kini duduk di kursi belajar. Mulai dari mengerjakan PR, memahami ulang materi yang tadi saat di sekolah di pelajari, dan juga memahami materi yang esok akan di pelajari.

Sungguh, Senja sempat pada di titik yang benar-benar merasa bosan terus menerus belajar. Karena sedari kecil, Senja terus di suguhkan oleh berbagai macam tulisan dan angka.

Tak jarang bahkan Senja merasa ingin tidur-tiduran di malam hari, atau sekedar jalan-jalan malam naik motor. Pasti menyenangkan.

Namun, harapan hanyalah harapan. Senja itu sangat di tuntut oleh Anggun. Setiap kegiatannya harus Anggun ketahui.

Bisa dibilang, Senja itu anak strick perents. Mulai dari segala tuntutan Anggun. Senja di tuntut untuk selalu mendapatkan nilai bagus. Di tuntut untuk tidak banyak-banyak main, padahal setiap Senja izin untuk keluar bermain dengan teman-temannya, Anggun selalu melarang dengan berbagai alasan.

Terkadang, Senja berpikir, mengapa mamahnya selalu bersikap demikian? Sampai, pada dimana Senja sadar, kalau ternyata Anggun bersikap seperti itu juga karena kebaikannya.

Ayah Senja sudah meninggal sejak dirinya masuk SMP, dan saat itulah Anggun kerja banting tulang untuk mendapatkan biaya hidup keduanya. Terlebih, karena saat ini Senja bersekolah di SMA Kejora membuat beban Anggun bertambah. Sebenarnya, sekolah di SMA Kejora bukanlah kemauannya, namun, itu semua Anggun lakukan demi nama baiknya. Ya, Anggun memang selalu mementingkan nama baik saja.

Tapi, di balik tuntutan Anggun yang menyuruhnya untuk selalu belajar, membuat Senja akhirnya merasa bahagianya saat ini. Karena apa? Karena setiap ada materi apapun itu, Senja tak terlalu pusing dan langsung paham akan materi tersebut.

Senja sempat melihat beberapa temannya yang merasa kesulitan akan pelajaran apapun itu. Senja yakin, otak mereka pasti sangat pusing memikirkan pelajaran. Namun, karena sudah terbiasa belajar, Senja akhirnya tak terlalu terbebani dalam pelajaran.

Memang benar ya, semua orang itu bukannya bodoh, melainkan mereka malas dan tak mau berubah. Ya, contohnya saja Luna, gadis itu sangat malas, Nadin bahkan sudah beberapa kali memberinya nasihat kepada Luna, namum, Luna selalu menolak dengan alasan 'percuma gue belajar, gak akan ngerti juga' seperti itu.

Padahal, saat kita belajar, semuanya kan terasa lebih mudah.

Ya, balik pada diri sendiri sebenarnya. Mau terus stuck dengan kemalasan dan kebodohan, atau mau berubah menjadi lebih rajin dan pintar.

Tak berselang lama, suara notif terdengar membuat Senja mengalihkan pandangannya sesaat kearah ponsel.

Melihat nomor yang tak di kenalnya itu membuat Senja mengerut keningnya. Siapa orang tersebut? Batin Senja bertanya-tanya.

08*** :
p
gantu

Senja menghembus napas. Dengan kata gantu saja, Senja sudah yakin kalau itu adalah lelaki rese itu.

Senja :
ada apa?

08*** :
lo tau gue siapa?

Senja :
siapa lagi orang yang panggil gue gantu selain lo, aksa

08*** :
oh iya

Senja :
ada apa?

08*** :
gada apa-apa, cuma gabut aja sebenarnya

AKSARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang