Sisi Gelap Sang Matahari

895 58 5
                                    

Sunyi.

Gelap.

Senyap.

Tidak ada seorang pun.

Dingin.

Langkah kaki yang terus menelusuri gelapnya ruangan yang hanya diterangi cahaya lampu.

Kakinya terus membawa nya sampai kedepan sebuah pintu besar, dengan di depan dirinya ada dua buah penjaga yang seolah didalam sana ada sesuatu yang berharga.

" Biarkan aku masuk "

Kedua penjaga itu mengangguk, pintu terbuka terlihat seseorang wanita dengan rambut putih panjang terutai.

Seolah dirinya sudah lama menunggu kedatangan seseorang.

*Tap

Orang itu duduk di hadapan wanita itu.

" Kau lama sekali ckck "

" Bukan urusanmu "

" Wuuuhh, dinginnya. Santai saja kawan, aku ingin berteman denganmu "

"....."

" Ahahaha ya ampun, baiklah-baiklah langsung to the point saja. Jadi apa yang kau inginkan- "

"- Aether "

Sungguh dirinya tidak menyangka, dia bisa bertemu Aether ditempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sungguh dirinya tidak menyangka, dia bisa bertemu Aether ditempatnya. Sebuah keuntungan besar tentu saja.

Pasti akan ada sesuatu besar yang akan terjadi, dirinya tidak boleh melewatkan kesempatan yang menarik ini.

Jarang jarang dirinya menerima tamu seperti dia, imut dari luar tapi sepertinya tidak didalamnya heh.

" Jadi Aether? "

" Aku tidak perlu mengulangi kalimatku bukan, Tsaritsa? "

" Ara ara baiklah, Pantalone bawakan berkasnya kemari "

Entah sejak kapan ada seseorang pria dibelakang Tsaritsa, pria dengan kacamata.

Huh? Aether bingung apakah dia seorang pria atau wanita karena wajahnya cantik.

Tapi yang pasti Aether tau kalau dia adalah pria karena tubuhnya yang besar.

Pantalone hanya memberikan senyuman nya saat Aether terus menatapnya.

" Fufu, baiklah kita mulai saja "

*****

Sementara itu di kediaman Dain, terlihat bahwa dirinya marah besar apa yang telah terjadi dengan adik laki-laki kesayangannya.

" Ck sudah ku katakan bukan pada kalian? "

Dain sudah tidak mengerti lagi kali ini, pikirannya kacau. Yang ada di benaknya sekarang adalah Aether, Aether dan Aether.

Ya Tuhan, apa yang akan di lakukan adik manisnya itu.

Dia mendengar cerita dari mereka bahwa Aether akan menghabisi nyawa kedua anaknya.

Sungguh Dain tidak habis pikir apa yang adik manisnya itu akan lakukan pada kedua malaikat kecil yang tidak berdosa ini.

Tidak, tidak.

Dain harus menghentikan ini, dia harus mengubah kembali adik manisnya ini dari kegelapan yang menyelimuti dirinya saat ini.

Mau tidak mau dia harus bekerjasama dengan para brengsek ini, demi Aether. Keluarga kecilnya.

" Kalian semua dengarkan aku. Kita harus menyusun strategi akan semua ini tidak terjadi "

Dain menjelaskan secara rinci ide yang ada di benaknya saat ini. Demi Tuhan Dain tidak bisa berfikir terlalu jernih untuk saat ini.

Pikirannya kacau, ingin rasanya dia menangis sekencang kecangnya. Tapi hanya menangis saja tidak akan langsung mengubah nasib adik manisnya itu.

" Apa kalian mengerti? Jika kalian melakukan kesalahan fatal lagi, maka tidak segan-segan aku akan menebas kepala kalian "

Hiik, empat orang itu bergidik ngery. Mereka tau mereka salah, waktu dulu mereka ingin mendapatkan kepercayaan kakak iparnya ini tapi naas kejadian yang menimpa kekasih mereka itu harus hilang dalam sementara.

Dan kini mereka membuat kesalah lagi, demi Tuhan Dain tidak akan mengizinkan mereka menikahi Aether.

Lumine berusaha menenangkan kakaknya ini dengan semaksimal mungkin, walaupun sedikit membuahkan hasil tapi setidaknya kakaknya ini bisa tenang untuk sementara.

Disisi lain Aether yang baru saja selesai bicara dengan Tsaritsa diruang nya, ditambah dengan si kacamata empat yang terus terusan tersenyum.

Aether merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dengan dirinya.

Jujur Aether sakit hati atas apa yang mereka telah lakukan pada dirinya.

Mungkin dirinya saat ini masih bisa sedikit memaafkan mereka. Mungkin di lain waktu dia tidak akan memaafkan mereka semua.

" Satu kejahatan, dibalas dengan yang segitu. Bukan kah itu adil? "

*****

Dah dah dah, watashi lupa mau up coeg.

Sumpah cokk kurikulum merdeka kayak kerja rodi. Mending kurikulum penjajahan gak sih? :((

Watashi mon maaf kalau agak gak nyambung ininya, ya jadi intinya begitu.

Otiwi ending bro yahahha hayuk.

Mafia Soft Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang