Lima

769 9 0
                                    

Author POV

Disebuah rumah tingkat 2 ditengah perkotaan terlihat seorang wanita tengah disibukkan dengan aktivitasnya, memacking barang-barang yang mau dikirimkan ke customer.
Ya dia,  Ayu Wulansari.
Sudah beberapa bulan ini ramai pembeli, omset penjualannya tinggi,
Memang jualan online dan offline dirasa  cara terbaik baginya untuk menambah pundi-pundi rupiah tanpa harus meninggalkan anak-anak.

Terlihat rara dan alfat beserta Bu Parti membantu, memilah barang, memasukkan dalam box,  sedang rara membantu menyolasi paket.

Dan lucunya si Alfat, anak kecil itu juga membantu,
Ya dipikirannya  mungkin membantu mamahnya tapi malah justru menggangu pekerjaan mamahnya.
Tidak masalah bagi Ayu selama tidak merugikan tidak merusak barang, Ayu juga sudah memberitahu anak-anak kalau itu dagangan sudah milik orang jadi harus hati-hati.

"Bu Ayu, mau dipaketin kapan sebanyak ini"? Tanya Bu Parti

"Selesai ini Bu, nanti Bu Par tolong telponin kurir ya biar diambil, yang lain saya anter sendiri ke kantor  JN*
soalnya beda ekspedisi permintaannya Bu," sautku.

"Iya Bu,," jawabnya.

Sembari mengambil hp saat mau memberikannya pada Bu Parti ada notif pesan Wa dari nomer baru tak dikenal.
Merasa aneh saja perasaan lalu aku membuka dari siapa, siapa tau customer baru.

"Mbak boleh tanya, ada obat buat keputihan?"

"Iya ada mbak"

"Seperti apa mbak, coba kirim foto dan deskripsi produknya"

Akupun mengirim foto dan deskripsi produk.

"Berapa harganya, saya dikalimantan oh ya tolong simpan nomerku ya mbak nanti aku transfer untuk pembayarannya mbak total saja keseluruhannya, aku masih kerja soalnya"

"Baik,siaapp"


Akupun menurut sesuai permintaannya, aku save nomernya tanpa aku tanya , toh barangkali kalau perlu nanti kembali menghubungi.
Aku menyimpan nya dengan nama

*Calon Customer Kalimantan*

Aku beberapa hari ini disibukkan dengan ramainya customer yang order, ya namanya rezeki.

Bu Par sudah siap menelepon kurir, sembari menunggu paket siap diambil.
S

iap packing aku membenahi sebagian paket yang akan aku sekalian kirimkan.

Aku duduk ke kursi, sembari mengelap keringat aku teringat Mas Tyo beberapa hari ini tidak ada kabar,
Mas Tyo tidak biasanya seperti ini kenapa jadi jarang menghubungi.
Aku masih berpikir positif thingking, tiap aku chat atau telpon Mas Tyo selalu lambat balasnya.
Kadang telpon pun juga sebentar, sudah sejak 3 bulan terakhir lalu sikap Mas Tyo berubah.
Aku ingin menanyakan keadaannya disana, ada yang mengganjal dihatiku kenapa Mas Tyo, dan ada apa dengannya.
Setelah menerima kabar bahwa dia tidak bisa pulang saat itu aku justeru kuatir ada apa dengannya, apakah dalam pekerjaannya mengalami kesulitan, semua itu aku kesampingkan semoga disana dia baik-baik saja.

"Bu... Kurirnya sudah datang, " kata Bu Par, yang membuyarkan lamunanku.

" Eh , iya Bu Par, " sautku

Aku langsung bangun dan membawa paket ke depan dibantu dengan Bu Par, pak kurir juga membantu.
Lumayan agak gede paket yang kubawa tetapi sama pak kurir segera di ambilnya dari tanganku.

Salahkah aku ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang