Aku mendengar suara.
Banyak suara.
Terdengar dari kejauhan.
Dan perlahan semakin keras dan jelas.
Suara-suara yang berbeda dan sama sekali tidak jelas.
Semua itu.."Berisik!" Bisakah aku dapat sedikit ketenangan disini?!
Kubuka mata. "Eh?" Aku berdiri di atas padang rumput di kegelapan malam. Deretan cahaya merah nampak di kejauhan depanku.
"Dimana aku?"
Aku mencoba mengingat apa yang terjadi disini? Kenapa aku bisa berada disini? Dan melakukan itu membuat kepalaku sakit, yang semakin menjengkelkan dengan suara-suara tidak jelas yang semakin dekat di belakangku.
"Dari tadi apaan sih? Berisik banget!"
Sekelompok bayang orang-orang nampak berlari dengan gaya yang aneh. Aku tidak bisa melihat wajah mereka, tapi bisa kupastikan bahwa suara-suara tidak jelas itu berasal dari mereka. Dan ketika cahaya bulan menyinari salah satu dari mereka, aku baru menyadari kesalahan fatal yang kubuat.
"Bangsat, Zombie!!"
Aku berlari secepat yang kubisa. Aku tidak percaya setelah sekian banyak menonton film tentang mereka, aku baru sadar saat mereka sudah sedekat itu.
Sembari berlari, aku mencoba memikirkan kembali apa yang terjadi hingga aku berada di situasi ini.
"Namaku Nala, 17 tahun. Saat ini aku sedang duduk di kelas 12, yang sebentar lagi akan menjalani ujian. Aku lahir di kota-"
Tidak, tidak, tidak. Flashback-nya kejauhan. Aku harus memikirkan apa yang kulakukan sebelum berada disini.
"Aku ingat sedang menonton film zombie seperti biasanya, hingga kemudian aku teringat jika esok aku ada ujian. Aku-pun pergi keluar untuk membeli peralatan sekolah yang harusnya sudah kusiapkan jauh hari. Saat mau pulang, hujan deras tiba-tiba turun. Aku tidak bawa payung dan tentu saja aku tidak ingin berlari di bawah hujan deras itu. Awalnya sih. Di saat aku sedang berteduh, ada seorang pria jelek yang memandangiku penuh nafsu. Aku sadar jika aku mempesona, tapi tetap saja itu sangat mengganggu. Jadi kuputuskan untuk berlari. Pandanganku terbatas karena hujan tersebut, lalu aku mendengar suara klakson mobil, semuanya menjadi silau, dan kemudian.. aku berada disini."
Eh? Apa aku mati? Ini neraka? Tidak, tidak, itu mustahil. Aku tidak mungkin masuk neraka. Aku pasti berada di dunia lain. Tapi serius? Karena aku menyukai film zombie bukan berarti aku ingin berada di dalamnya.
Aku semakin dekat dengan deretan cahaya merah yang sekarang terlihat lebih jelas sebagai obor-obor yang dipakai oleh orang-orang dengan zirah besi. Jadi aku berada di dunia zombie di abad pertengahan. Tanpa senjata api, tanpa teknologi. Bagus. Apa bisa lebih buruk lagi?
Aku berteriak dan melambaikan tangan agar mereka tidak salah mengira aku sebagai zombie.
Saat aku berada kurang dari satu meter dengan seorang ksatria, tiba-tiba kepalaku dengan anehnya berputar-putar hingga kemudian jatuh dan menyentuh tanah. Di sampingku, sebuah tubuh tanpa kepala roboh. Tubuhku. Eh? Apa aku baru saja dipenggal?
Oi, ini serius? Belum satu menit di dunia baru dan aku sudah mati lagi. Apa mata jeleknya tidak melihat wajah anggunku ini? Apa telinga busuknya tidak mendengar suara indahku ini? Yah, kadang di film-pun ini terjadi. Aku yakin mereka menyebutnya sebagai gangguan kepanikan.
Heh.. Sekarang aku akan ke dunia mana lagi, ke surga kah? Baguslah.. Aku tidak perlu kesusahan dikejar zombie, aku tidak perlu lagi dipaksa memenuhi harapan orang-orang, dan aku tidak perlu lagi mendengar cemoohan orang-orang rendahan itu. Sempurna.
Hm.. Lama. Sampai kapan aku sadar? Apa kematian itu emang selama ini? Di film-film, saat kepala seseorang terpenggal, mereka langsung tidak bergerak lagi. Aku tidak pernah menemukan kepala yang masih bisa sadar setelah terpisah dari tubuhnya. Ya aneh sih, jika ada kepala yang terpisah dan masih bisa bercerita. Sial, aku jadi pengen ketawa.
Sembari menunggu kesadaranku hilang. Aku akan menggunakan sisa waktu ini untuk melakukan tatapan penuh amarah kepada sang ksatria yang telah memenggalku dengan pedangnya yang masih bersimbah darahku. Yang mana aku bisa melihat wajahku dari pantulan pedangnya.
Aku masih cantik, walaupun kulitku jadi agak lebih pucat dan mataku berubah merah darah, yang dikelilingi warna hitam pekat. Ah.. Akhirnya aku sadar apa yang terjadi. Ksatria tersebut tidak salah mengira aku sebagai zombie. Tapi karena..
"Aku terlahir kembali sebagai zombie!"
-------
Lustesia's Fourth Story
Prologue
670 kata10-06-2022
31-08-2022 (Revisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Queen Nala (END)
FantasyTidak disukai banyak orang tidak membuat sang gadis kehilangan percaya diri. Itu malah membuatnya merasa lebih baik dari orang lain. Tapi tentu saja, dia terpikir untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, bahkan jika itu di dunia yang baru. Tapi baga...