11 Kekuatan Cinta

44 33 7
                                    

"Lah, udah mati aja," ejekku saat melihat sang raksasa hitam telah tidak bergerak dengan kepala yang terlepas dari tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana Alicia?" tanya sang pemenang, Enrique Creel, ksatria tingkat 2.

"Tenang saja, Pufu akan membawanya kesini," ucapku sambil berjalan ke jasad monster.

"Apa yang terjadi dengan suaramu?"

"Ah! Maaf. Aku terlalu senang suaraku terdengar manis lagi hingga lupa jika selama ini aku memakai pengubah suara."

Dengan tangan kiriku yang telah sembuh total dari remuk akibat menahan serangan raksasa hitam, aku menusuk tubuh sang raksasa, dan menarik paksa keluar jantungnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya sang ksatria yang bingung melihat kelakuanku.

"Menurutmu?" tanpa jijik sedikit-pun, jantung hitam penuh darah itu mulai kulahap. Enrique hanya terdiam melihatku hingga aku melahap habis semuanya. "Hm.. Lumayan. Juga.. Hehe, aku merasakannya!" Aura hitam menyeruak keluar dari tubuhku, menandakan kekuatanku yang bertambah.

"Mata kananmu itu.." Sepertinya sang ksatria akhirnya menyadari. "Bukankah itu Mata Kebenaran milik Abraham?"

"Maaf. Aku belum sempat berkenalan dengan pemilik asli mata ini." Aku juga tidak sudi melakukannya.

"Aku mendengar jika tuan Abraham belum kembali dari melakukan ekspedisi di suatu tempat. Apa kau membunuhnya?"

"Bukan aku. Tapi bisa dibilang aku penyebab dia mati, jadi.. ya, secara tidak langsung aku membunuhnya. Lagian dia pantas mendapatkannya."

"Siapa kau sebenarnya?" Enrique nampak bersiap dengan pedangnya.

"Ratu Mayat Hidup," ucapku dengan penuh percaya diri.

Enrique menerjang, tapi aku bisa menahannya menggunakan pedang besarku dengan mudah. Menyadari jika saat ini aku lebih kuat dari monster yang baru dia bunuh, sang ksatria-pun mulai melakukan serangan jarak jauhnya. Tapi sekarang aku melihatnya. Tebasan yang ternyata berasal dari angin super tipis dengan kecepatan super tersebut sekarang bisa kulihat dan kuhindari dengan mudah.

Setiap kali aku mendekat, dia selalu bergerak menjauh. Ini mengingatkanku pada pertarunganku melawan Alicia. Dia menungguku melakukan kesalahan. Tapi aku tidak takut, tidak lagi.

Dan sama seperti saat melawan Alicia. Dia mendapatkanku. Tapi tidak hanya pedang, lengan kananku juga putus. Aku langsung mundur, tapi dia tidak membiarkanku dan langsung menerjang, mencoba menebasku. Dan disitulah perbedaannya.

Aku telah menemukan Buku Kebangkitan milik Dracula. Saat aku membuka buku tersebut, semua ingatan tentang Dracula masuk ke dalam kepalaku. Termasuk kekuatan apa yang dia miliki. Jujur saja, aku lebih kuat dari Dracula saat dia mendapatkan buku tersebut. Buku ini memberikan dua kekuatan utama. Pertama, Regenerasi Instan. Sesuai namanya, kekuatan ini membuat pemiliknya bisa menumbuhkan bagian tubuh yang hilang, hanya saja pemilik masih bisa merasakan sakit, dan tidak akan menjadi pelindung dari kematian jika jantung atau kepalanya putus. Inilah yang membuatku lebih kuat dari Dracula, karena sebagai Zombie, aku tidak akan merasakan kesakitan, tidak akan mati walau jantungku ditusuk ataupun kepalaku putus. Dan dengan Regenerasi Instan ini, aku telah mendapatkan kekuatan sejati. Keabadian!

Sebelum pedang Enrique mengenaiku, lengan yang tadi hilang tumbuh kembali. Dan langsung menangkap pedang milik sang ksatria. Lalu aku menendangnya di bagian perut dengan kuat.

Selagi dia mencoba bangkit, aku berjalan untuk mengambil pedangku kembali. Wajahnya belum menunjukkan tanda menyerah. Tapi sia-sia saja!

Aku melakukan Super Dash dan langsung menerjangnya. Dan tanpa kusadari, dia juga mengayunkan pedangnya tersebut. Aku ingin ketawa melihat dia mencoba menebasku dari jarak seperti itu. Tapi kemudian aku menyadari kesalahan fatalku. Selagi aku berjalan mengambil pedang, dia sudah menyelimuti pedangnya dengan angin, membuat jangkauannya jadi lebih panjang. Dia tidak hanya akan mengenaiku, lokasi tebasannya mengarah ke leherku. Aku meremehkannya. Layaknya penjahat super kuat yang kalah oleh karakter utama yang jauh lebih lemah, aku terkena sindrom-terlalu-meremehkan, dan sekarang akan terkena balasannya.

Sayangnya itu tidak berlaku padaku.

"Kakak!" teriakan dari Alicia Creel terdengar.

Enrique Creel. Saat kau berniat mengikutiku. Aku telah mencari semua informasi tentangmu, kekuatan maupun kelemahanmu. Dan kesalahan terbesarmu adalah membawa kelemahanmu, yaitu adikmu sendiri bersamamu. Setelah mendapatkan Buku Kebangkitan, Aku sudah berniat untuk membunuhmu. Karenanya aku menyuruh Pufu untuk menjemput Alicia. Hidup atau mati. Karena keberadaannya saja, akan menguntungkanku melawanmu.

Enrique terlihat kaget saat mendengar teriakan sang adik, membuat serangannya jadi melambat, dan memberiku kesempatan untuk mencapai tubuhnya lebih dulu, dan dengan kekuatan penuh membelahnya jadi dua.

"Fuh.. Hampir saja. Kelihatannya kekuatan cinta berpihak padaku, hehe."

"KAKAK!!!"

"Pufu, tidurkan dia!" sang adik-pun diam. Aku tidak berniat membunuhnya, tidak ada untungnya buatku. Lagian dia akan lebih histeris jika melihat apa yang akan kulakukan pada setengah jasad kakaknya.

Seperti yang kulakukan pada raksasa hitam, aku mengambil jantung Enrique dan memakannya.

"Nala, jika kau begitu lapar. Aku bisa membuatnya jadi hidangan yang lebih enak."

Aku ingin menjawab tidak perlu, tapi mulutku sedang penuh. Dan makan sambil bicara tidak terlalu elegan. Walaupun sebenarnya mulutku celemotan dengan darah. Tapi aku tetap membuat Pufu menunggu hingga aku selesai. Lalu aku kembali merasakannya seperti saat memakan jantung si raksasa. Penambahan kekuatan! Kira-kira sekarang aku bisa melakukan serangan angin itu juga nggak?

"Devour," kini aku bicara. "Kekuatan kedua dari Buku Kebangkitan. Kemampuan untuk meningkatkan kekuatan tanpa batas dengan memakan jantung mangsaku. Kekuatan yang akan menjadikanku Predator Puncak!"

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 11 Kekuatan Cinta
820 kata

03-07-2022
31-08-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang