25 Akhir Kegelapan

23 18 4
                                    

Kami tiba di Lembah Naga. Masih nampak bekas pertarungan besar yang dulu terjadi disini. Dan kami berhenti di tahta sang Raja Monster yang berada di atas lantai berbatu. Shirayuuki naik ke atas dan menghadapkan kedua tangannya ke depan tahta. Lantai tersebut bergerak. Tahta sang Raja hancur, menampakkan sebuah jalan gelap di bawahnya.

"Tunggu disini," perintahku, dan turun ke jalan gelap itu. Aku harus menciptakan api di telapak tanganku untuk melewati lorong tersebut, hingga aku sampai di depan sebuah gerbang. Aku-pun mengeluarkan Buku Kebangkitan. Melihatnya membuatku teringat kembali semua yang terjadi. Buku tersebut terbakar dan perlahan gerbang terbuka.

Hanya ada kegelapan di balik gerbang. Tapi aku merasakan sesuatu di dalamnya. Sesuatu yang sangat kuat, melebihi para Bahamut yang selama ini kulawan.

"Cahaya.."

Aku mendengar sebuah suara.

"Aku membencinya. Setiap kali aku melihatnya, sesuatu yang buruk terjadi padaku. Aku dulu dikenal sebagai Pelahap Bintang. Pergi ke berbagai dunia, memakan semua cahaya yang ada di langitnya, menciptakan kegelapan mutlak yang perlahan membuat semua kehidupan lenyap dalam kurun waktu tiga hari. Hingga Cahaya Emas muncul dan membuatku kehilangan sebagian besar kekuatanku.

Aku kemudian tiba di dunia ini. Mencoba beralih dari Penghancur, menjadi Penguasa dengan memperbudak kelima Raja Naga. Semuanya berjalan baik, hingga pasangan itu muncul. Naga yang menjadi kuat dengan memakan jantung makhluk lain, dan wanita dengan pedang putih yang dapat memanipulasi takdir.

Dan di akhir penantian menunggu kebebasanku, pemegang baru pedang putih itu yang pertama kulihat.

Apa yang kau harapkan, makhluk berbau kematian?"

"Kekuatanmu," aku menjawab suara di dalam kegelapan.

"Aku paham-" Suara langkah besi terdengar dan semakin mendekat. Seseorang berzirah naga dan berwarna hitam terlihat. "Dengan memakanku. Aku bisa merasakan jiwa keempat Raja Naga yang telah kau mangsa. Apa kau ingin menjadi Penguasa, wahai kematian?"

"Tidak. Aku hanya ingin hidup. Tapi karena hidupku akan terus terancam hingga aku menjadi yang terkuat, maka bisa dibilang menguasai dunia ini menjadi syaratnya."

"Maka kau tahu aturannya. Dunia  tidak membutuhkan dua Alpha. Aku adalah Hydra sang Wabah Kegelapan."

Naga Hitam menyiapkan pedangnya. Dia menerjang. Segera aku mencoba menghentikannya dengan Iblis Es, tapi-

Tidak ada es yang tercipta. Naga Hitam telah berada di depanku dan melayangkan tebasannya. Aku melompat mundur dengan segera. Tapi dia mengenai tanganku. Membuatnya terputus.

"Apa yang terjadi?" Aku tidak bisa mengeluarkan sihirku maupun beregenerasi. Dan tanganku bisa diputus dengan mudah olehnya. Lawanku kali ini sangat berbeda.

"Kegelapanku melahap keangkuhan. Sihirmu, maupun keabadianmu. Seharusnya kau juga tidak bisa bergerak maupun bergerak, jika bukan karena eksistensimu yang menyatu dengan kematian. Kau hanya bisa mengandalkan fisikmu, yang mustahil bisa melampaui pengalamanku yang telah menghancurkan banyak dunia semenjak aku ada."

Dia kembali menerjang. Aku mencoba menahannya dengan satu tangan. Dia terus menyerangku. Kekuatan dan kecepatannya melebihiku. Aku tidak bisa menang.

"Hyah!"

Jeanne kecil muncul dan melayangkan pedang besar milikku dulu kepada Naga Hitam yang hampir membunuhku. Membuatnya mundur.

"Anak kecil, bagaimana kau juga bisa bergerak dalam kegelapan?" Naga Hitam terdiam sejenak. "Kau adalah anak mereka. Jadi begitu, kau juga mampu memanipulasi takdir. Walaupun sepertinya kau tidak menyadarinya."

"Jeanne, apa yang kau lakukan!? Cepat pergi dari sini!"

Jeanne kecil melihatku, dan melihat sebelah tanganku yang hilang, dia menjadi sangat marah dan langsung menerjang Naga Hitam.

Dibandingkan aku, perlawanan yang diberikan Jeanne lebih baik. Dia bisa bergerak cepat sambil mengayunkan pedang besar tersebut. Naga Hitam nampak agak kewalahan mencegah kelincahannya, tapi kemudian dia mulai terbiasa. Hingga mampu membaca kemana serangan Jeanne berikutnya. Dia akan membunuh Jeanne kecil dalam serangan selanjutnya.

"Berhenti!"

Aku melompat ke arahnya dan menahan pedangnya sebelum mengenai Jeanne kecil. Kali ini terasa lebih ringan.

"Hm? Kekuatanmu meningkat pesat. Kau juga bisa menggunakan kemampuan sebenarnya pedang tersebut. Ini sama seperti dulu. Saat aku hampir membunuh lelaki itu, tiba-tiba sang wanita menjadi sangat kuat. Aku kalah karena meremehkannya, tapi kali ini akan berbeda."

Kami kembali beradu pedang. Seranganku jauh lebih efektif dari sebelumnya, walaupun dia masih jauh mengungguliku. Jeanne kecil membantuku menahan serangannya.

Aku harus lebih kuat! Gunakan semua bakat dan pengalaman yang ada! Serang dengan lebih kuat! Lebih kuat!

Aku hampir bisa menyamainya. Tapi aku ragu bisa melampauinya. Karena itulah, Jeanne ada disini.

Selagi dia terus fokus kepadaku yang semakin tangguh. Jeanne kecil secara diam-diam berlari ke belakangnya. Dia melompat dan berputar, bersiap dengan sebuah serangan terkuat. Dan aku memaksa Naga Hitam untuk berada di titik itu. Dia sadar, tapi terlambat. Seranganku dan Jeanne tidak bisa dihindari.

"Apa!?"

Naga Hitam menahan padang dari Jeanne dengan satu tangannya, sedangkan pedang di tangan satunya menahanku.

Tidak bisa. Aku harus melampauinya! Kerahkan semuanya!

"Haaaaaaa!!" Aku dan Jeanne kecil berteriak keras, mendorong pedang kami dengan semua yang ada.

Tangannya yang menahan pedang Jeanne kecil terlepas, begitupun pedangnya yang dia gunakan untuk menahanku. Melihatnya tidak lagi memiliki pelindung, aku langsung menerjang cepat ke arahnya. Menusukkan La Pucelle ke dadanya.

Setelah beberapa saat, aku menarik pedangku kembali. Naga Hitam tidak terlalu bereaksi dengan darah yang keluar dari dadanya. Dia menyentuh dadanya dan melihat darah yang melekat di tangannya.

"Jadi ini akhirnya." Dia kemudian menusuk dadanya sendiri dan mengeluarkan jantungnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mempermudahmu." Naga Hitam menyerahkan jantungnya kepadaku.

"Begitu saja? Kau nampak tidak kesal."

"Keluar dari sini-pun aku akan mati."

"Apa maksudmu?"

"Selagi kita bertarung, aku merasakan bahwa sebagian besar kekuatan yang kutinggalkan di dunia sebelumnya telah mendapatkan wadah baru yang lebih mengerikan."

"S-Siapa?"

"Kalian pasti akan bertemu. Yang lebih penting, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Mendapatkan Bahamut Putih, dan semua persiapanku selesai."

"Jadi kau tidak tahu. Bahamut Putih telah lama mati."

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 25 Akhir Kegelapan
911 kata

23-08-2022
31-08-2022 (Revisi)
10-01-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang