22 Bahamut Of Fire

59 23 4
                                    

Sambil menyantap kudapan bergizi, aku menatap sebuah lukisan paling besar di kastil. Aku sudah melihat lukisan-lukisan dan karya seni lainnya sebelum ini, dan kuakui jika aku menyukai semuanya itu. Elegan. Tapi yang satu ini- Sebuah lukisan bergambar pria yang memegang telur emas di sebelah tangannya dan sebuah pedang di tangan lainnya. Di bawah kakinya adalah bangkai seekor naga merah. Aku sangat yakin dia ingin disebut tampan dan berani, tapi bagiku itu lebih mirip tempat sampah. Sangat jelek hingga aku harus menggunakan anginku untuk menghancurkannya.

Di ujung koridor tempatku berdiri, sebuah pintu besar terbuka dan seorang lelaki yang mirip dengan lukisan tadi, tapi jauh lebih jelek berjalan dengan sangat tidak elegan ke arahku. Dari ruangan dia keluar, aku bisa melihat beberapa wanita tidak berbusana di atas kasur. Menunjukkan sangat jelas siapa dirinya, Sang Raja baru Alvecna.

Melihat gambarnya hancur, dia nampak sangat marah dan langsung memanggil tentara. Aku diam menunggunya dan tidak ada yang datang. Aku sudah membunuh semuanya. Lantas sang Raja jelek memanggil juaranya. Aku merespon dan melempar sesuatu ke arah si jelek. Kepala dari kapten ksatrianya, Bully.

Melihat kepala sang keponakan, sang Raja langsung terduduk dengan wajah terkejut. Sangat kasihan hingga aku menawarkan sesuatu.

"Jantungnya, kau mau?" ucapku menyodorkan jantung Bully yang tinggal sedikit. Sang Raja jadi lebih histeris.

"Nona Nala."

Saras menghampiriku. Di belakangnya nampak beberapa Yuki-Onna. Nampaknya dia sudah selesai melepaskan para tawanan.

"Kau menemukannya?" Aku menanyakan tugas lain yang kuberikan padanya.

"Iya." Saras menyerahkan sebuah telur emas berukuran cukup besar kepadaku. Telur emas yang kuyakin adalah kunci pembuka segel. Tidak sulit mengetahuinya melihat hampir setengah lukisan di sini ada gambarnya.

"Kalau begitu aku pergi dulu," ucapku setelah sedikit melihat keaslian telur itu. "Lampiaskan semuanya," ucapku lagi sebelum berjalan menuju luar kastil.

Tidak lama kemudian. Rentetan bunyi es yang bertabrakan dengan dinding terdengar. Aku terbang menuju lokasi segel berada- jika dugaanku benar, gunung berapi Vecna.

Aku melemparkan telur emas ke mulut kawah. Gunung bergetar. Api menyembur keatas. Saat api itu mereda, sang naga api telah nampak terbang di hadapanku.

Tanpa basa basi, naga tersebut menyemburkan bola api raksasa ke arahku. Bola api yang jika kuhindari akan terbang ke Alvecna dan menghancurkan semuanya. Aku memang tidak berniat menghindar.

Bola api dilemparkan, tapi langsung terhenti sebelum menyentuh telapak tanganku. Freezing Breath. Di antara bola dan tanganku itu, ada partikel-partikel es super dingin yang tidak terlihat. Sangat dingin hingga sanggup membekukan seseorang secara instan. Bola api-pun berubah menjadi batu biasa.

Aku melemparkan batu tersebut ke arah sang naga dengan kuat. Sangat cepat hingga dia tidak sempat menghindar. Tapi itu belum cukup. Sesaat batu tersebut hampir mengenainya, aku melesat cepat ke atas sang naga, dan menendangnya dengan kekuatan penuh hingga terlempar kembali masuk ke dalam kawah. Belum sampai disitu, aku menggunakan Ice Devil dan menciptakan jarum es raksasa yang cukup besar untuk menutupi mulut kawah.

Pertarungan belum berakhir. Tidak lama kemudian. Gunung kembali bergetar lebih hebat. Langit memerah. Es yang kuciptakan hancur dan gunung menyemburkan lahar hebat yang jika tidak dihentikan akan mencapai Alvecna. Aku kembali menggunakan Nafas Beku untuk menghentikan lahar tersebut.

Lahar baru kembali muncul dan bersamaan dengan itu, sang raksasa akhirnya muncul. Saat setengah badannya telah keluar, aku langsung mencoba menusuknya dengan Iblis Es. Tapi es tersebut langsung hancur saat bersentuhan dengan kulitnya. Aku kembali menggunakan Iblis Es, tapi kali ini kugunakan untuk menahan pergerakannya. Tidak akan bertahan lama mengingat panas dan seberapa kuatnya para raksasa itu. Tapi cukup memberiku waktu.

Menggabungkan elemen angin dan es, aku menciptakan badai es dahsyat yang menyelimuti seluruh gunung tersebut. Aku menyebutnya Badai Musim Dingin. Badai tersebut tidak memberikan dampak pada sang raksasa, tapi itu memang bukan untuk menyerang. Disembunyikan angin putih, aku memasukkan badai tersebut ke La Pucelle. Membuat bentuk baru pedang emas berlapis es raksasa, diselimuti lagi oleh angin badai yang menambah ketajaman pedang raksasa tersebut. Terinspirasi dari pertarunganku melawan Enrique. Pedang ini sanggup membelah gunung Vecna, dan angin yang melapisinya sangat kuat hingga akan menghancurkan Alvecna jika kulepaskan.

Sang raksasa merah telah terbebas sedangkan badai es menipis karena kugabungkan dengan La Pucelle. Tapi aku memang sudah tidak perlu bersembunyi. Sebelum dia terbebas sepenuhnya, aku melesat ke arah sang raksasa dan melepaskan pedang raksasaku ke arah lehernya. Badai Musim Dingin versi Kedua: Pemenggal Kepala Sang Tiran.

Melawan tiga raksasa, aku sudah menyadari jika kulit mereka tidak bisa ditembus dengan sihir maupun senjata milik manusia umumnya. Sejauh ini, keberhasilanku menembus pertahanan mereka berkat pedang cantik ini, La Pucelle. Aku masih tidak tahu apa-apa tentang pedang ini selain sebelumnya digunakan oleh Jeanne Schlain. Selain mampu merubah takdir, kemungkinan pedang ini berhubungan erat dengan Bahamut. Khususnya Bahamut Putih.

Setelah menyantap jantung sang Naga Api dan mendapatkan kekuatannya, aku kembali ke Alvecna- yang telah berubah total. Aku memang yang menyuruh Saras untuk mengamuk melampiaskan amarahnya. Tapi aku tidak tahu jika mereka semarah ini hingga menghancurkan seluruh kerajaan. Yah, kerajaan ini memang sudah hancur saat si mesum jelek itu menjadi raja.

Saras menyambutku dengan beberapa gadis monster berbagai ras di belakangnya. Sebuah pasukan baru untuk perang yang akan datang.

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 22 Bahamut Of Fire
850 kata

19-08-2022
31-08-2022 (Revisi)
10-01-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang