Sial, sial, sial! Kenapa jadi seperti ini!?
Di belakangku, seorang pria dengan topi berpinggiran lebar, jas panjang, serta rompi serba coklat mengejarku dengan wajah menyeramkan. Aku tidak paham kenapa manusia sepertinya mampu mengejarku. Padahal beberapa saat yang lalu dia berjalan lambat dan membungkuk seperti orang tua. Ya, beberapa saat yang lalu, sebelum dia membunuh Dora.
Hari ini seperti biasa, aku dan Pufu berlari mengikuti Dora yang tanpa pernah bosan, berlarian dengan wajah gembira di dalam hutan yang sangat gelap. Kami kemudian melihat seseorang yang nampak seperti orang tua dengan lampu api. Dora berniat menjahilinya walaupun sudah kuperingatkan. Jika saja waktu itu aku menahannya untuk tidak mendekati orang tersebut, hal buruk tersebut mungkin tidak akan terjadi.
Aku membiarkannya karena ini bukan pertama kalinya Dora menjahili manusia yang tersesat di dalam hutan. Selain itu, Dora memiliki kemampuan khusus yang membuatnya bisa berkamuflase dengan lingkungan dan tidak akan bisa dilihat oleh mata. Ya, aku membiarkannya karena berpikir tidak akan masalah. Aku lupa memikirkan bagaimana orang yang nampaknya tua dan susah berjalan bisa berada sedalam ini di hutan. Dan saat aku baru sadar akan kejanggalan itu, semuanya terlambat.
Semuanya terjadi begitu cepat. Sebuah pedang perak telah menembus badan Dora. Bagaimana orang tua tersebut bisa bergerak secepat itu? Bagaimana bisa dia melihat kamuflase Dora? Tapi tidak ada waktu bagiku untuk memikirkan alasannya, karena saat ini-
"Dora!!" Aku berdiri dari balik semak-semak dan berteriak.
Orang tua tersebut beralih pandang ke arahku. Bola matanya memiliki bentuk salib di dalamnya, dan dia tersenyum lebar saat melihatku, hingga air liur-nya keluar seperti anjing yang melihat daging dan sangat siap menyantapnya.
Tapi orang tersebut belum juga menerjangku. Dia masih tertahan karena Dora yang telah mengeluarkan darah dari mulutnya menahan tangan orang tersebut dengan segenap kekuatan yang ada. Orang tersebut nampak kesal, tapi Dora tidak mempedulikannya. Dora menoleh ke arahku dan berteriak. Sampai saat ini aku masih belum mengerti bahasanya, tapi untuk pertama kalinya aku paham apa yang ingin dia sampaikan, Lari!!
Pufu menggenggam tanganku dan mencoba membawaku lari. Perlu beberapa detik bagiku untuk ikut lari dari sebelumnya membatu.
Aku mencoba meyakinkan diriku kalau ini tidak terjadi. Jika semua ini hanya mimpi. Tapi tidak ada yang berubah. Pemandangan Pufu yang tidak melepaskan tanganku belum berganti. Dora terluka.
"Itu sang penjagal. Maafkan aku. Aku tidak tahu kerajaan akan mengirim penjagal kesini. Jika saja aku sadar dari awal."
Aku tidak bisa melihat wajah Pufu yang terus menghadap ke depan. Tapi aku bisa melihat air matanya yang jatuh. Dia menahan kesedihan itu demi membawaku menjauh dari tempat itu. Aku bisa merasakannya dari bagaimana dia menggenggam tanganku. Pufu juga menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.
Jika ada yang harus disalahkan, maka itu karena kami terlahir sebagai monster. Sudah menjadi takdir kami untuk diburu oleh manusia. Demi melindungi kedamaian manusia, monster harus dibasmi.
Tapi penjaga tersebut berbeda. Dia tidak melakukan ini demi melindungi manusia. Tidak dengan wajah seperti itu. Wajahnya menunjukkan kesenangan, dia menikmati ini. Baginya, berburu monster adalah permainan. Aku membencinya! Aku ingin membunuhnya! Tapi apa yang bisa satu zombie lakukan? Dia kuat, cepat, dan bahkan bisa melihat kamuflasenya Dora- tunggu, ada sesuatu yang janggal.
Aku mencoba mengingat kembali kejadian beberapa saat yang lalu, saat sebelum dia menangkap Dora hingga aku berlari menjauh. Alasan kenapa dia berpura-pura seperti orang tua. Alasan kenapa dia bisa melihat Dora. Itu dia! Aku tahu kemampuannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Queen Nala (END)
FantasyTidak disukai banyak orang tidak membuat sang gadis kehilangan percaya diri. Itu malah membuatnya merasa lebih baik dari orang lain. Tapi tentu saja, dia terpikir untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, bahkan jika itu di dunia yang baru. Tapi baga...