03 Teman

89 55 8
                                    

Bicara tentang masa lalu, atau lebih tepatnya kehidupanku sebelumnya sebagai manusia, aku hampir lupa dengan kenangan yang bersangkutan dengan persahabatan, bahkan jika kuingat baik-baik, aku tidak memiliki kenangan yang berkesan mengenai itu.

Tidak lama setelah ayahku meninggal, aku dan ibuku pindah ke tempat nenek. Di SMP dekat situ juga aku belajar. Melanjutkan pendidikanku di kelas 8, aku sempat merasa minder karena menjadi orang asing bagi murid-murid yang telah kenal satu sama lain semenjak kelas 7. Untungnya tidak berlangsung lama karena salah satu murid mengetahui jika aku adalah keponakan dari guru yang cukup terkenal di sana. Murid-murid lain-pun ikut mengenalkan dirinya kepadaku.

Semuanya berjalan normal, hingga seorang murid SMA yang terkenal naksir denganku dan tidak lama kemudian, menembakku. Lelaki tersebut tidak buruk. Dia cukup keren, dan dari sumber yang kutau, idola di sekolahnya. Tapi aku menolaknya. Aku tidak bisa percaya dengan laki-laki yang tiba-tiba saja menembakku. Selain itu aku tidak ingin membuat kehebohan, yang terlambat kusadari, telah terjadi.

Gosip tentang aku yang menolak pria itu menyebar dengan cepat. Untungnya statusku sebagai keponakan seorang guru, juga seorang murid yang sering dipuji oleh guru-guru lain, membuatku terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sayangnya murid-murid yang tadinya mau berteman denganku, mulai menjauhiku karena takut di bully oleh kelompok murid yang tidak suka denganku.

Keadaan-pun tidak membaik saat aku sudah masuk SMA. Julukan "Ratu Sombong" telah menyebar bahkan saat aku masih ospek. Aku mencoba tidak peduli dan fokus belajar hingga aku kembali mendapat kehormatan seperti saat aku SMP. Aku berhasil dipercaya menempati posisi ketua OSIS di tahun pertama. Aku memang tidak punya teman, tapi aku punya kendali. Cemoohan mereka tidak mempengaruhiku, malahan itu membuktikan bahwa aku jauh lebih baik dari mereka.

Dora datang mengajakku bermain, dan seperti biasa, Pufu ikut bersamanya. Semenjak pembicaraan di perkumpulan waktu itu, entah kenapa Pufu juga mulai mendekatiku.

Walaupun disebut bermain, yang kami lakukan hanyalah berlarian di dalam hutan, dan jika beruntung, memburu hewan yang tersesat. Dan bisa dianggap jika Dora adalah pemimpin kami. Aku dan Pufu hanya mengikutinya.

Aku sudah memanfaatkannya jadi kupikir tidak apa meluangkan waktu untuknya. Sebelumnya, aku bertanya kepada Kronii tentang apakah aku bisa mempelajari sesuatu dari setengah-serigala, dan Kronii bilang jika aku bisa meniru cara mereka berlari.

Awalnya kupikir jika Dora memiliki sifat yang buruk. Dia tidak bisa diam, sangat hiperaktif, dan tidak pernah mau mendengarkan. Tapi kemudian aku terbiasa, dan kini, aku cukup menyukainya.

Masih menyimpan ingatan laluku membuatku tanpa sadar menyamakan semuanya. Aku lupa jika saat ini aku bukan si Ratu Sombong. Aku hanya seorang zombie.

Bersama Dora dan Pufu membawa perasaan itu kembali. Perasaan sebelum aku dan ibuku pindah. Perasaan yang telah kulupakan. Kesenangan berteman.

Aku sadar jika perasaan ini tidak mengubah fakta jika kehidupanku masih terancam. Tapi setidaknya ini menjadi obat penenang terbaik saat ini, dan siapa tau jika gadis serigala yang sangat berisik ini akan meningkatkan keberhasilanku bertahan di dunia yang kacau ini. Atau setidaknya, dia akan selalu berada di sisiku.

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 03 Teman
504 kata

31-08-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang